PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) telah resmi mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) dalam rangka spin-off BTN Syariah.
Keputusan ini menandai langkah strategis bagi BTN dalam memperkuat posisi unit usaha syariah mereka. Sebelumnya, pilihan lain yang sempat dipertimbangkan adalah akuisisi Bank Muamalat, bank syariah tertua di Indonesia.
Mengutip prospektus BTN yang dipublikasikan di media massa, bank pelat merah tersebut berencana mengakuisisi seluruh saham BVIS yang tercatat nilainya mencapai Rp1,06 triliun. Struktur pemegang saham BVIS saat ini terdiri dari PT Victoria Investama Tbk. (VICO) sebanyak 80,18%, PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) sebanyak 19,80%, dan Balai Harta Peninggalan (BHP) Jakarta sebanyak 0,0016%.
BTN menyatakan bahwa tujuan dari akuisisi ini adalah untuk meningkatkan layanan perbankan syariah yang selama ini telah disediakan oleh Unit Usaha Syariah BTN, dengan membentuk Bank Umum Syariah melalui strategi anorganik, yaitu pengambilalihan BVIS.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan persetujuan awal pada 17 Januari 2025. Kreditur BVIS diberi waktu 14 hari sejak publikasi rencana untuk menyampaikan keberatan, sesuai Peraturan OJK No. 41 Tahun 2019. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) BTN dan BVIS dijadwalkan pada 14 Maret 2025 untuk memutuskan kelanjutan rencana ini. Proses akuisisi ditargetkan selesai pada Mei 2025, meskipun jadwal dapat berubah tergantung situasi.
Rencana Awal BTN Akuisisi Bank Muamalat
BTN awalnya berencana mengakuisisi Bank Muamalat Indonesia Tbk., bank syariah pertama di Indonesia, untuk mempercepat transformasi Unit Usaha Syariahnya menjadi Bank Umum Syariah. Akuisisi Bank Muamalat dianggap strategis mengingat bank ini memiliki pengalaman dan posisi mapan di industri perbankan syariah.
Langkah tersebut sejalan dengan dorongan pemerintah untuk memperkuat sektor perbankan syariah di Indonesia. Meskipun proses awal berjalan cukup jauh, BTN membatalkan rencana akuisisi ini.
Keputusan tersebut membuka peluang bagi BTN untuk mencari alternatif yang lebih sesuai dengan kebutuhan strategisnya, dan akhirnya memilih mengakuisisi Bank Victoria Syariah
Perbandingan Bank BTN mengakuisisi Bank Victoria Syariah dengan Bank Muamalat:
Jika BTN Syariah mengakuisisi Bank Muamalat, yang memiliki aset senilai Rp59,87 triliun (per September 2024), total aset gabungan BTN Syariah akan mencapai sekitar Rp115,41 triliun. Hal ini akan membawa BTN Syariah naik ke peringkat ke-2 bank syariah terbesar di Indonesia, melewati CIMB Niaga Syariah yang memiliki aset Rp65,99 triliun.
Sebaliknya, akuisisi BVIS, yang memiliki aset Rp3,33 triliun, hanya akan meningkatkan total aset BTN Syariah menjadi Rp58,87 triliun. Angka ini masih jauh di bawah CIMB Niaga Syariah dan tidak mengubah posisi BTN Syariah di peringkat ke-4.
2. Keunggulan dan Tantangan BTN Akuisisi Bank Muamalat
Keunggulan:
- Ekspansi Skala Besar: Akuisisi Bank Muamalat memberikan lonjakan signifikan pada total aset BTN Syariah, meningkatkan daya saing di pasar perbankan syariah.
- Sejarah dan Reputasi: Sebagai bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat memiliki reputasi kuat yang dapat meningkatkan citra BTN Syariah.
Tantangan:
- Kondisi Keuangan: Bank Muamalat mencatatkan penurunan aset sebesar 9,56% YoY pada September 2024. Ini menunjukkan potensi risiko keuangan yang perlu diatasi setelah akuisisi.
- Kompleksitas Integrasi: Menggabungkan dua entitas besar membutuhkan waktu, sumber daya, dan manajemen yang cermat.
3. Keunggulan dan Tantangan BTN Akuisisi BVIS
Keunggulan:
- Proses Akuisisi yang Lebih Mudah: Dengan aset yang lebih kecil, integrasi BVIS ke BTN Syariah relatif lebih sederhana dibandingkan dengan Bank Muamalat.
- Investasi Lebih Ringan: Biaya akuisisi BVIS jauh lebih kecil, sehingga mengurangi tekanan pada keuangan BTN.
Tantangan:
- Dampak Terbatas pada Peringkat Aset: Akuisisi BVIS tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap posisi BTN Syariah dalam daftar bank syariah terbesar di Indonesia.
- Skala Bisnis: Dengan aset yang kecil, kontribusi BVIS dalam meningkatkan daya saing BTN Syariah di pasar akan membutuhkan waktu lebih lama.
Dampak Strategis dan Pilihan BTN
Keputusan BTN untuk memilih BVIS mencerminkan strategi yang lebih konservatif dan bertahap dalam pengembangan unit usaha syariahnya. Fokus pada BVIS memungkinkan BTN meminimalkan risiko keuangan sambil tetap memenuhi regulasi spin-off unit usaha syariah.
Namun demikian, hal ini juga berarti BTN Syariah harus bekerja lebih keras untuk mengejar ketertinggalan dari bank syariah lain, seperti CIMB Niaga Syariah.
Sementara itu, opsi Bank Muamalat yang tidak terpilih tetap menjadi perbandingan menarik dalam melihat bagaimana keputusan strategis dapat memengaruhi dinamika industri perbankan syariah di Indonesia.
Penutup
Langkah akuisisi PT Bank Victoria Syariah (BVIS) oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) bukan hanya sekadar keputusan strategis dalam memperkuat posisi BTN Syariah, tetapi juga mencerminkan visi jangka panjang BTN untuk mendominasi sektor perbankan syariah Indonesia yang semakin kompetitif.
Dalam kondisi pasar yang terus berkembang, keputusan ini memungkinkan BTN Syariah untuk terus bertumbuh secara berkelanjutan, meski dengan langkah yang lebih hati-hati dan terukur.
Meskipun akuisisi BVIS tidak memberikan dampak langsung yang signifikan terhadap peringkat aset BTN Syariah, langkah ini membuka potensi besar dalam memodernisasi dan memperluas layanan syariah, memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menikmati produk dan layanan perbankan yang berbasis pada prinsip syariah.
Dengan pengelolaan yang tepat, BTN Syariah dapat menciptakan sinergi yang kuat antara kedua entitas, memperkenalkan inovasi yang lebih beragam, dan meningkatkan daya saing di pasar.
Ke depan, kita dapat mengharapkan BTN Syariah untuk terus memperkuat posisinya di industri perbankan syariah, tidak hanya melalui akuisisi, tetapi juga dengan meningkatkan digitalisasi layanan, memperluas jaringan, dan menggali peluang baru di sektor-sektor yang masih memiliki potensi pertumbuhan yang besar.
Selain itu, di tengah berbagai tantangan dan potensi risiko yang ada, BTN harus tetap fokus pada prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko yang bijaksana untuk memastikan keberlanjutan kesuksesan di pasar yang sangat dinamis ini.
Dengan komitmen yang terus diperkuat dan strategi yang matang, BTN Syariah memiliki kesempatan besar untuk menjadi pilar utama dalam pengembangan ekonomi syariah Indonesia, mengubah tantangan menjadi peluang dan menginspirasi pertumbuhan berkelanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Penulis: Merza Gamal (Advisor & Kosultan Transformasi Corporate Culture)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H