Teknologi seperti pemeliharaan prediktif---yang memungkinkan maskapai untuk mengetahui kapan pesawat memerlukan perawatan sebelum terjadi kerusakan---dapat mengurangi waktu henti pesawat dan biaya perawatan yang tinggi.
Selain itu, dengan menggunakan sistem pengelolaan rute dan jadwal penerbangan yang lebih canggih, maskapai bisa lebih efisien dalam mengelola armada mereka, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan pengalaman penumpang.
Maskapai bertarif rendah (LCC), yang selama ini mengandalkan biaya operasional yang lebih rendah, juga berada dalam posisi yang menguntungkan. Dengan armada pesawat yang lebih fleksibel dan biaya pemeliharaan yang relatif rendah, mereka dapat mengisi celah yang ditinggalkan oleh maskapai besar yang kesulitan memenuhi permintaan pasar.
Maskapai-maskapai LCC ini bisa memperluas rute mereka, baik domestik maupun internasional, dan meraih pangsa pasar yang lebih besar.
Tentu saja, dalam situasi yang serba tidak pasti ini, inovasi dalam model bisnis menjadi kunci. Maskapai penerbangan bisa menggali potensi kemitraan baru dengan penyedia teknologi atau bahkan dengan maskapai lain untuk berbagi armada atau meningkatkan efisiensi biaya.
Dengan memanfaatkan model bisnis baru ini, maskapai dapat bertahan dan beradaptasi dengan cepat, bahkan dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan sekalipun.
Untuk pasar Indonesia, tantangan yang dihadapi oleh industri penerbangan global tentu akan memengaruhi pemain-pemain lokal. Namun, ini juga membuka peluang besar bagi maskapai Indonesia untuk berinovasi dan memperkuat daya saing mereka, baik di pasar domestik maupun internasional.
Dengan perkembangan infrastruktur bandara yang semakin pesat dan peningkatan kebutuhan akan perjalanan udara di dalam negeri, Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam pasar penerbangan Asia yang tengah berkembang pesat.
Bagaimanapun juga, industri penerbangan Indonesia harus siap menghadapi tantangan ini dengan sikap yang proaktif dan visioner. Peluang besar terbuka bagi mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat, memanfaatkan teknologi, dan mengelola operasional dengan lebih efisien.
Meskipun situasi saat ini penuh dengan ketidakpastian, dengan strategi yang tepat, tahun 2025 bisa menjadi momen penting bagi pertumbuhan industri penerbangan, baik di Indonesia maupun di pasar Asia secara keseluruhan.
Sebagai penutup, kita harus mengakui bahwa turbulensi di industri penerbangan ini bukan hanya soal tantangan yang harus dihadapi, tetapi juga soal bagaimana kita memanfaatkan peluang untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Keberhasilan di tahun 2025 akan bergantung pada seberapa cepat industri ini beradaptasi dengan perubahan dan seberapa besar kemauan untuk berinovasi di tengah tekanan global yang luar biasa.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syaruah)