Pada penghujung tahun 2024, menjelang malam tahun baru 2025, Indonesia mendapat kabar yang cukup mengejutkan bagaikan sebuah kado pahit di saat pesta akan dimulai.
Semuanya itu terjadi dengan berita yang dilansir CNN terkait masuknya mantan Presiden ke-7 Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), dalam daftar finalis Person of the Year 2024 untuk kategori "Kejahatan Organisasi dan Korupsi" yang dirilis oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP). (Sumber: https://www.occrp.org/en/person-of-the-year/bashar-al-assad)
OCCRP, sebuah organisasi jurnalisme investigasi independen yang fokus pada kejahatan terorganisir dan korupsi, merilis daftar ini di situs resmi mereka sebagai bagian dari penghargaan tahunan mereka, "Person of the Year in Organized Crime and Corruption" untuk tahun 2024.
Pengumuman yang Mengejutkan
Dalam daftar tersebut, selain Jokowi, terdapat beberapa nama besar lainnya seperti Presiden Kenya William Ruto, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, dan pengusaha India Gautam Adani.
Namun, yang lebih menarik perhatian adalah pemenangnya, Presiden Suriah Bashar Al-Assad, yang telah digulingkan dari kekuasaannya. Penghargaan ini menjadi sorotan tajam karena dianggap mengungkap fakta kelam tentang kepemimpinan dunia yang gagal melindungi rakyatnya dari korupsi dan kejahatan.
Bagi Indonesia, berita ini menjadi semacam "kado pahit" menjelang tahun 2025. Publik dikejutkan oleh fakta bahwa nama pemimpin mereka masuk dalam daftar memalukan tersebut, yang dianggap mencoreng reputasi bangsa di mata dunia.
Penghapusan Berita oleh CNN Indonesia dan Reaksi Media Lokal
Berita ini sempat dimuat oleh CNN Indonesia sebelum akhirnya dihapus dari situs mereka. Keputusan ini justru memunculkan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Apakah penghapusan ini dilakukan karena tekanan politik, atau hanya keputusan editorial biasa?
Langkah CNN ini, alih-alih meredam diskusi, malah membuat isu ini semakin ramai diperbincangkan.
Media lokal dan independen segera mengambil alih pemberitaan. Mereka memberitakan ulang kabar tersebut dengan sudut pandang yang lebih berani, bahkan mempertanyakan independensi media besar seperti CNN.
Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan pers di Indonesia masih menghadapi tantangan besar ketika berhadapan dengan isu sensitif yang melibatkan figur penting nasional.
Efek Domino di Tengah Publik