Paling Banyak Kelaparan di ASEAN, tetapi Meraih Penghargaan Negara Paling Dermawan di Dunia

Indonesia, negeri yang sering disebut "gemah ripah loh jinawi," ternyata menyimpan paradoks yang mencengangkan.

Data Global Hunger Index (GHI) 2023 menunjukkan skor Indonesia sebesar 17,6, menempatkannya sebagai salah satu negara dengan tingkat kelaparan tertinggi di ASEAN. Hanya Timor Leste yang skornya lebih buruk (29,9).

Namun di sisi lain, World Giving Index (WGI) menyebut Indonesia sebagai negara paling dermawan di dunia dengan skor 74 poin. Hampir semua orang Indonesia pernah menyumbang uang atau meluangkan waktu untuk membantu sesama.

Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: Mengapa di tengah tingginya kedermawanan masyarakat, masalah kelaparan masih begitu akut?

Bagaimana mungkin kelaparan masih menjadi masalah serius di tengah kemurahan hati yang begitu besar? Mari kita selami ironi ini lebih dalam.

Baca juga: Pelajaran dari Dermawan Rp 500 Juta yang Terlihat Miskin

Kenapa Kelaparan Masih Ada?

Kelaparan di Indonesia bukan hanya soal ketersediaan makanan, melainkan masalah yang kompleks. Berikut beberapa hal yang menjadi penyebab:

• Bantuan yang Tidak Merata: Banyak bantuan yang terkonsentrasi di kota-kota besar, sementara daerah terpencil sering kali terabaikan.
• Kedermawanan yang Tidak Terkoordinasi: Bantuan yang sifatnya sporadis sering kali tidak mampu menyelesaikan masalah mendasar.
• Akses yang Sulit: Infrastruktur yang terbatas membuat distribusi pangan ke daerah pelosok menjadi tantangan besar.
• Kemiskinan Struktural: Banyak keluarga miskin yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar meskipun ada bantuan.

Bagaimana Mengubah Kedermawanan Menjadi Solusi?

Semangat gotong-royong masyarakat Indonesia adalah kekuatan besar yang bisa menjadi solusi kelaparan jika diarahkan dengan baik. Beberapa langkah yang bisa diambil:

• Pemberdayaan Komunitas: Mengintegrasikan donasi masyarakat dengan program-program pengentasan kemiskinan dari pemerintah.
• Menggunakan Teknologi: Dengan aplikasi dan platform digital, bantuan bisa didistribusikan secara lebih cepat dan transparan.
• Edukasi Masyarakat: Mengajarkan pentingnya diversifikasi pangan lokal dan gizi seimbang agar ketahanan pangan meningkat.

Melangkah Bersama untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Baca juga: Peran Agama dalam Pemberantasan Korupsi; Pelajaran dari GagasRI KompasTV episode 11

Kita semua memiliki peran dalam menciptakan Indonesia yang bebas dari kelaparan. Berikut cara sederhana yang bisa dilakukan:

• Peduli Tetangga: Mulailah dari lingkungan terdekat, pastikan tidak ada yang kekurangan makanan.
• Ikut Gerakan Sosial: Bergabunglah dengan komunitas yang fokus pada pemberantasan kemiskinan dan kelaparan.
• Kampanye Kesadaran: Dorong lebih banyak orang untuk peduli melalui media sosial atau kegiatan lokal.

Baca juga: Sebuah Ironi yang Menyayat Hati tentang Peringkat Indonesia di Global Hunger Index (GHI) 2023

Peran Pemerintah yang Tidak Kalah Penting

Untuk mendukung masyarakat, pemerintah perlu mengambil langkah nyata seperti:

• Memperbaiki Infrastruktur: Pastikan semua daerah, terutama yang terpencil, mendapatkan akses pangan.
• Kebijakan yang Pro-Poor: Fokus pada kebijakan yang mendukung kelompok rentan.
• Menghapus Korupsi: Pastikan anggaran sosial digunakan secara maksimal tanpa kebocoran.

Bersama Kita Bisa

Indonesia memiliki semua yang dibutuhkan untuk mengatasi kelaparan---kekayaan alam, semangat gotong-royong, dan kepedulian sosial. Dengan mengubah ironi ini menjadi kekuatan bersama, kita bisa menciptakan negeri yang benar-benar "gemah ripah loh jinawi."

Saatnya bertindak, berbagi, dan bergerak bersama. Karena setiap langkah kecil adalah bagian dari perjalanan besar menuju Indonesia tanpa kelaparan.

Mari Wujudkan Indonesia Tanpa Kelaparan!

Dengan semangat kedermawanan dan gotong royong, tekad bersama, dan strategi yang tepat, kita bisa mewujudkan Indonesia tanpa kelaparan pada tahun 2025.

Setiap langkah kecil dari kita---baik berupa donasi, waktu, atau tenaga---adalah bagian dari perjalanan besar menuju Indonesia yang adil, sejahtera, dan berkelimpahan.

Saatnya bertindak, berbagi, dan bergerak! Mari kita wujudkan mimpi bersama untuk Indonesia yang benar-benar "gemah ripah loh jinawi."

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)