Di tengah keragaman masyarakat, rumah ibadah memiliki peran penting sebagai tempat suci yang mempersatukan umat. Akhir tahun adalah momen refleksi, saat kita merenungkan perjalanan hidup selama setahun dan menyusun harapan baru untuk masa depan.
Dalam konteks ini, rumah ibadah menjadi simbol penting persatuan bangsa, tempat di mana umat dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menemukan kedamaian dan mempererat tali persaudaraan.
Namun, sejarah dan realitas saat ini mengingatkan kita bahwa ada pihak-pihak yang terkadang menyalahgunakan rumah ibadah untuk kepentingan tertentu.
Dalam konteks Islam, kisah tentang Masjid Dhirar dalam Surah At-Taubah ayat 107-110 memberikan pelajaran mendalam tentang pentingnya menjaga kesucian niat dalam membangun dan memanfaatkan rumah ibadah.
Kisah Masjid Dhirar: Sebuah Pengingat Penting
Masjid Dhirar dibangun oleh sekelompok kaum munafik dengan tujuan memecah belah umat Islam dan mendukung musuh Nabi Muhammad SAW. Meski tampak seperti masjid pada umumnya, tempat ini dirancang untuk menyebarkan kekufuran dan menciptakan konflik.
Allah SWT dengan tegas memerintahkan Nabi untuk tidak mendirikan shalat di masjid tersebut dan akhirnya memerintahkan penghancurannya.
Ayat-ayat ini menekankan bahwa rumah ibadah harus didirikan dengan niat suci dan digunakan untuk tujuan yang mendekatkan diri kepada Allah serta mempererat persaudaraan di antara umat.
Sebaliknya, jika niatnya menyimpang, maka keberadaan rumah ibadah tersebut justru akan menjadi sumber kerusakan.
Relevansi dengan Kondisi Saat Ini
Di masa kini, kita sering menyaksikan bagaimana rumah ibadah kadang-kadang digunakan untuk agenda yang justru memecah belah umat.
Contohnya adalah ketika tempat ibadah dijadikan alat untuk menyebarkan kebencian, ideologi ekstremis, atau kepentingan politik sempit. Situasi ini mencerminkan paralel dengan apa yang digambarkan dalam kisah Masjid Dhirar.