Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Mengapa Slow Living Bisa Membuat "Katak dalam Tempurung"?

27 Desember 2024   09:54 Diperbarui: 27 Desember 2024   10:02 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana Menghindari Risiko Ini?

Meskipun slow living memiliki risiko-risiko tertentu, ada cara untuk menjalani gaya hidup ini dengan tetap produktif dan relevan. Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan:

  • Tetap Terkoneksi dengan Dunia Luar: Manfaatkan Teknologi Secara Bijak: Gunakan internet untuk belajar, menjalin komunikasi, atau mencari ide-ide baru. Ikuti Berita Global: Tetaplah terinformasi dengan membaca berita atau buku yang memperluas wawasan.
  • Kembangkan Hobi yang Menantang: Slow living tidak berarti stagnasi. Cobalah hobi baru yang memacu kreativitas atau keterampilan, seperti menulis, melukis, atau belajar bahasa asing. Kegiatan ini tidak hanya mengisi waktu, tetapi juga memperkaya pengalaman hidup.
  • Berkeliling dan Menjelajah: Gunakan waktu untuk mengeksplorasi tempat baru, baik itu di luar kota kecil tempat tinggalmu maupun di lingkungan sekitar. Perjalanan ini akan memberikan perspektif baru tanpa harus mengorbankan prinsip slow living.
  • Terlibat dalam Komunitas Virtual atau Proyek Global: Bergabunglah dengan komunitas online yang mendukung pertumbuhan pribadi, seperti kelompok literasi, seni, atau proyek sukarela. Komunitas semacam ini membantu memperluas wawasan dan memberikan stimulasi intelektual tanpa harus meninggalkan kenyamanan rumah.
  • Pertahankan Sikap Terbuka terhadap Perubahan: Meskipun hidup lambat, tetaplah fleksibel dan siap beradaptasi. Evaluasi gaya hidupmu secara berkala untuk memastikan bahwa itu masih relevan dengan tujuan dan kebutuhanmu. Jangan takut untuk berubah jika diperlukan.

Slow Living sebagai Kombinasi, Bukan Isolasi

Slow living bukanlah alasan untuk berhenti berkembang, melainkan cara untuk hidup lebih mindful. Keseimbangan adalah kuncinya: nikmati ketenangan hidup tanpa kehilangan semangat untuk terus belajar, berkembang, dan terhubung dengan dunia.

Dengan mengadopsi slow living sebagai kombinasi, bukan isolasi, kita tidak hanya mendapatkan ketenangan, tetapi juga tetap relevan di dunia modern.

Bagaimana Menurut Anda?

Slow living memiliki potensi untuk memberikan kehidupan yang lebih bermakna, tetapi juga memiliki risiko jika tidak dijalani dengan bijak. Apakah Anda pernah mengalami hal serupa?

Silahkan bagikan pengalaman Anda pada kolom komentar dan mari berdiskusi lebih lanjut tentang bagaimana menjalani slow living dengan cara yang seimbang.

Jangan menjadi "katak dalam tempurung" karena salah mengadopsi slow living...!!!

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun