Dalam laporan yang dikeluarkan oleh Bloomberg, disebutkan bahwa Jun Seki, kepala strategi divisi EV Foxconn, telah menyampaikan minat perusahaannya untuk membeli saham Nissan kepada Nissan sendiri.
Namun demikian, respon Nissan terhadap tawaran ini tidak begitu positif. Sebagai langkah alternatif, Foxconn kemudian berfokus pada pendekatan langsung kepada Renault untuk memperoleh saham tersebut. Jika kesepakatan ini terwujud, Foxconn akan mendapatkan pengaruh besar dalam keputusan-keputusan strategis yang dibuat oleh Nissan.
Langkah ini memicu ketegangan di antara produsen otomotif Jepang. Honda, yang sebelumnya sudah menjalin kemitraan strategis dengan Nissan, memberikan peringatan keras.
Jika Nissan benar-benar memilih untuk bekerja sama dengan Foxconn, Honda mengancam akan mengakhiri kemitraan perangkat lunak strategis mereka dengan Nissan. Honda bahkan menawarkan diri untuk menjadi "investor ksatria putih" bagi Nissan, melindungi perusahaan dari pengambilalihan oleh Foxconn.
Reaksi Pasar dan Implikasi Bagi Industri
Reaksi pasar terhadap berita ini cukup dramatis. Saham Nissan, yang sebelumnya mengalami lonjakan sebesar 24% setelah berita tentang merger dengan Honda mencuat, justru jatuh sekitar 6,5% setelah kabar tentang kemungkinan akuisisi Foxconn beredar.
Sementara itu, saham Honda juga terjun lebih dari 2,5% setelah pengumuman tersebut. Mitsubishi Motors, yang memiliki hubungan erat dengan Nissan, turut merasakan dampak positif dengan kenaikan saham sebesar 14%.
Langkah Foxconn untuk mengakuisisi saham Nissan berpotensi mengubah lanskap industri otomotif Jepang, bahkan global.
Apabila Foxconn berhasil memperoleh kendali lebih besar atas Nissan, ini dapat mengubah arah dan strategi perusahaan, memaksakan Nissan untuk berfokus lebih besar pada kendaraan listrik dan teknologi lainnya, yang mungkin mengubah rencana merger mereka dengan Honda.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Jika merger Honda dan Nissan benar-benar terjadi, hal ini akan menciptakan benteng pertahanan yang kuat terhadap Toyota di pasar domestik Jepang. Selain itu, kedua perusahaan akan dapat mengumpulkan sumber daya untuk bersaing dengan Tesla dan produsen kendaraan listrik Tiongkok dalam skala global.
Akan tetapi, keberhasilan merger ini sangat tergantung pada apakah kedua perusahaan dapat menyatukan visi mereka dan mengatasi tantangan finansial yang ada.
Namun, dengan adanya godaan akuisisi dari Foxconn, situasi menjadi semakin kompleks. Renault, yang memegang 36% saham Nissan, akan memainkan peran penting dalam keputusan apapun yang diambil.
Foxconn jelas berusaha meraih pengaruh yang lebih besar dalam industri otomotif dengan memasuki pasar kendaraan listrik melalui akuisisi Nissan, sementara Nissan dan Honda masih berusaha mengoptimalkan rencana mereka untuk merger.