Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Matahari Semakin Meredup di 2024, 13 Gerai Tutup, Mungkinkah Bersinar Kembali di Tahun 2025?

11 Desember 2024   09:16 Diperbarui: 13 Desember 2024   05:18 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika 2024 adalah tahun bertahan, 2025 adalah waktu untuk bangkit. Matahari tidak hanya ingin memperbaiki kinerja, tetapi juga menciptakan pengalaman baru bagi konsumen. Dengan kombinasi gerai fisik yang efisien dan inovasi digital, Matahari berharap untuk menarik kembali hati pelanggan.

Ilustrasi Sinar matahari di pagi hari, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal 
Ilustrasi Sinar matahari di pagi hari, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal 

Pendekatan berbasis data dari media sosial, Key Opinion Leaders (KOL, yaitu individu berpengaruh di bidangnya seperti influencer), dan acara komunitas menjadi senjata mereka untuk memahami konsumen. Strategi ini tidak hanya meningkatkan keterlibatan, tetapi juga memastikan produk yang ditawarkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Pelajaran Bagi Industri

Kisah Matahari bukan hanya tentang perjuangan satu perusahaan, tetapi juga mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh industri ritel di era digital yang serba cepat ini. Salah satu pelajaran utama yang dapat dipetik adalah pentingnya beradaptasi atau tertinggal.

Matahari yang telah beroperasi selama beberapa dekade harus menghadapi kenyataan bahwa model bisnis tradisional tidak lagi cukup untuk bertahan di pasar yang sangat kompetitif dan digital-first.

Inovasi dan transformasi menjadi kata kunci. Seiring dengan penutupan gerai fisik yang terpaksa dilakukan, Matahari berusaha memperkuat kehadirannya secara online dengan berbagai inisiatif omni-channel, seperti peningkatan platform e-commerce dan integrasi dengan lebih dari tiga perempat vendor konsinyasi.

Hal ini menunjukkan bahwa bahkan perusahaan besar yang sudah mapan pun harus berani mengambil langkah besar untuk merombak model bisnisnya agar tetap relevan.

Keberanian Matahari untuk merombak dan melibatkan pelanggan muda melalui merek eksklusif seperti SUKO, serta upaya menggunakan media sosial, Key Opinion Leaders (KOL), dan acara komunitas, adalah langkah cerdas untuk memperluas jangkauan pasar. Transformasi ini tidak hanya soal beradaptasi dengan perubahan, tetapi juga tentang membangun ketahanan untuk jangka panjang.

Bagi industri ritel secara keseluruhan, pelajaran utama adalah bahwa tanpa inovasi dan keberanian untuk berubah, perusahaan-perusahaan bisa kehilangan pangsa pasar dan relevansi mereka.

Keberhasilan atau kegagalan bisnis kini lebih ditentukan oleh seberapa cepat dan efektif mereka bisa bertransformasi, baik dari segi digitalisasi, pemahaman konsumen, maupun efisiensi operasional.

Bagi para pemain ritel lainnya, kisah Matahari ini adalah peringatan untuk selalu siap menghadapi perubahan dan mengadopsi teknologi serta pendekatan baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar yang terus berubah.

Kesimpulan: Matahari di Langit Baru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun