Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Matahari Semakin Meredup di 2024, 13 Gerai Tutup, Mungkinkah Bersinar Kembali di Tahun 2025?

11 Desember 2024   09:16 Diperbarui: 13 Desember 2024   05:18 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sinar matahari di pagi hari, Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal 

Pada suatu masa, Matahari Department Store adalah ritel yang gemilang, membawa nama besar di berbagai pusat perbelanjaan Indonesia. Namun, layaknya mentari yang kadang tertutup awan, Matahari menghadapi tantangan besar di tahun 2024.

Dengan ekonomi yang melemah dan perubahan perilaku belanja konsumen, perjalanan perusahaan ini berubah menjadi kisah penuh liku. Mari kita susuri perjalanan Matahari, dari masa kelam menuju harapan.

Awan Gelap di Tahun 2024

Bayangkan sebuah pusat perbelanjaan, di mana lampu-lampu toko perlahan meredup. Di situlah Matahari berada sekarang. Tujuh gerai telah tutup hingga September, dan masih ada enam gerai lagi yang dijadwalkan menyusul sebelum tahun ini berakhir. Tak hanya itu, manajemen bahkan mengawasi 20 gerai lain yang kinerjanya belum memuaskan.

Angka-angka pun berbicara. Hingga kuartal III-2024, penjualan Matahari turun 1,4% menjadi Rp9,48 triliun. Pendapatan bersih ikut tergelincir 1,3% menjadi Rp4,91 triliun. Meski margin kotor stabil, laba operasional mereka terpukul. Bayangkan tekanan bagi manajemen---seperti mendayung di arus deras, mencoba bertahan tanpa tenggelam.

Menyalakan Cahaya di Tengah Gelap

Namun, cerita ini bukan hanya tentang kesulitan. Di tengah badai, Matahari mencoba menyalakan lilin. Mereka mengadopsi strategi omni-channel (integrasi saluran belanja fisik dan online), merangkul dunia digital untuk melengkapi kehadiran fisik mereka.

Tiga perempat vendor kini telah terintegrasi dalam portal digital Matahari, memudahkan akses produk bagi pelanggan online.

Mereka juga membuka official store di berbagai e-commerce besar, sambil memperbarui platform Shop & Talk untuk menghadirkan pengalaman belanja yang lebih segar. Tidak hanya itu, merek eksklusif seperti SUKO menjadi simbol harapan baru, menyasar generasi muda dengan desain modern dan harga terjangkau.

Hembusan Angin dari Tantangan Ekonomi

Tetapi, perjalanan ini tidak mudah. CEO Matahari, Monish Mansukhani, menggambarkan situasi ini sebagai salah satu yang paling menantang. Pelemahan daya beli masyarakat akibat deflasi dan kontraksi ekonomi menjadi hambatan besar.

Bahkan, proyeksi EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) akhir tahun hanya Rp1,2 triliun, turun dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, Monish percaya bahwa badai ini akan berlalu. Renovasi gerai strategis dan inovasi merek mereka menjadi fondasi untuk menatap masa depan dengan optimisme.

Tahun 2025: Harapan Baru?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun