Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hati-Hati Gelombang PHK Mengintai akibat Menurunnya IPM Manufaktur Indonesia

4 Desember 2024   08:19 Diperbarui: 5 Desember 2024   13:09 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hati-hati dengan kondisi terkini, Sumber gambar: Reuters/File Photo 

Bayangkan sebuah mesin besar yang berfungsi sebagai penggerak utama ekonomi Indonesia. Mesin itu adalah sektor manufaktur, tempat ribuan roda berputar, menyatukan berbagai elemen seperti pekerja, teknologi, bahan baku, hingga produk jadi yang dikirim ke seluruh penjuru dunia.

Namun, sejak Juli 2024, mesin ini mulai melambat, bahkan menunjukkan tanda-tanda bahaya. Diukur melalui Purchasing Managers Index (PMI), sektor manufaktur Indonesia selama lima bulan terakhir terus berada dalam zona kontraksi. (Sumber: S&P Global Market Intelligence)

Terakhir, pada November 2024, PMI berada di angka 49,6, sedikit membaik dibanding Oktober yang berada di 49,2. Meski begitu, angka ini masih di bawah ambang batas 50,0, yang menandakan aktivitas manufaktur masih terkontraksi.

Tanda-Tanda Perlambatan

Di balik angka-angka ini, ada cerita tentang ketidakpastian. Paul Smith, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, menggambarkan situasi ini bak dua sisi mata uang.

Di satu sisi, ada sedikit harapan dengan kenaikan produksi pada November, pertama kalinya dalam lima bulan. Beberapa perusahaan mulai meningkatkan output untuk mengisi inventaris, bersiap menyambut permintaan yang diharapkan meningkat tahun depan.

Namun, sisi lain cerita ini lebih suram. Permintaan baru terus melemah, baik dari pasar domestik maupun internasional. Akibatnya, perusahaan tidak hanya menahan perekrutan tenaga kerja baru, tetapi juga mengambil keputusan sulit: tidak menggantikan pekerja yang keluar dan, dalam beberapa kasus, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dampak Gelombang Kontraksi

Bagi para pekerja, berita ini adalah alarm yang mengusik ketenangan. Sektor manufaktur selama ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, memberikan lapangan kerja bagi jutaan orang. Ketika kontraksi terjadi, roda kehidupan para pekerja ini melambat, memengaruhi daya beli, dan akhirnya berimbas pada ekonomi secara keseluruhan.

Kehati-hatian perusahaan dalam menjaga operasional mereka menunjukkan betapa lemahnya permintaan yang masuk. Tanpa dorongan permintaan, baik dari dalam maupun luar negeri, sektor ini bisa terus terpuruk dalam waktu yang tidak dapat diprediksi.

Indonesia Tertinggal di ASEAN

Sayangnya, situasi ini tidak hanya mencerminkan masalah domestik. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, PMI manufaktur Indonesia masih tertinggal jauh. Pada November 2024, Filipina mencatat PMI tertinggi di kawasan dengan 53,8, diikuti Singapura (51,0), Vietnam (50,8), dan Thailand (50,2).

Bahkan, PMI Indonesia saat ini berada di bawah Myanmar dan Vietnam, Sumber: S&P Global Market Intelligence
Bahkan, PMI Indonesia saat ini berada di bawah Myanmar dan Vietnam, Sumber: S&P Global Market Intelligence

Hal yang lebih mengejutkan, PMI Indonesia bahkan lebih rendah dibandingkan Myanmar, yang mencatat 49,8 meskipun masih di zona kontraksi. Data ini menjadi pengingat betapa seriusnya tantangan yang dihadapi sektor manufaktur Indonesia dan pentingnya segera mengambil langkah konkret untuk meningkatkan daya saing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun