Merenungi Kehidupan Lewat Seni
Dunia seni rupa Indonesia semakin berwarna dengan hadirnya Basoeki Abdullah Art Award (BAAA) #5. Kompetisi dua tahunan ini menjadi ajang bergengsi bagi seniman muda untuk menampilkan karya mereka, sekaligus mengajak publik untuk merenungi isu-isu besar yang diangkat melalui seni.
Diselenggarakan oleh Indonesian Heritage Agency Unit Museum Basoeki Abdullah, BAAA #5 memamerkan karya 29 finalis terpilih di Gedung A, Galeri Nasional Indonesia, dari 22 November hingga 8 Desember 2024.
Saya berkesempatan mengunjungi pameran ini pada Sabtu, 30 November 2024, bersama teman-teman dari Komunitas Kompasianer Jakarta (Kopaja71). Momen itu menjadi pengalaman yang penuh inspirasi---sebuah perjalanan tidak hanya menyaksikan keindahan seni rupa, tetapi juga menyelami makna-makna yang tersembunyi di balik setiap karya.
Penghargaan dan Upaya Pemerintah
Basoeki Abdullah Art Award telah membuktikan dirinya sebagai ajang strategis untuk mendukung dunia seni rupa Indonesia melalui langkah-langkah berikut:
- Mendorong seniman muda: Kompetisi ini memberikan ruang bagi seniman di bawah usia 35 tahun untuk berkembang, berkreasi, dan tampil di panggung nasional.
- Mengapresiasi karya seni kontemporer:Â Dengan pameran yang berlangsung di Galeri Nasional Indonesia, karya-karya para finalis mendapatkan eksposur yang lebih luas, baik dari masyarakat umum maupun komunitas seni.
- Menginspirasi generasi berikutnya:Â Hadiah sebesar Rp 100 juta untuk masing-masing dari lima pemenang adalah bukti nyata dari komitmen pemerintah dalam mendukung kreativitas anak bangsa.
Kompetisi tahun ini berhasil menarik perhatian besar dengan 1.075 proposal dari 29 provinsi, yang kemudian disaring menjadi 29 finalis. Pameran karya mereka tidak hanya memamerkan estetika, tetapi juga gagasan besar tentang dunia yang kita hadapi saat ini.
Karya yang Mengangkat Isu Kontemporer
Sebagai bagian dari pameran, saya terkesan dengan keberanian para seniman muda untuk mengangkat tema-tema besar yang relevan dengan kehidupan modern. Karya-karya yang dipamerkan menggambarkan eksplorasi atas berbagai isu, seperti:
- Lingkungan:Â Sebuah pengingat tentang krisis ekologi yang semakin mendesak.
- Teknologi dan virtualisasi:Â Melukiskan bagaimana dunia digital memengaruhi manusia dan identitas kita.
- Refleksi pribadi: Sebuah cara untuk memahami dinamika kehidupan melalui lensa individu.
Berjalan menyusuri lorong pameran, saya merasa seperti diajak masuk ke dunia para seniman, menyaksikan bagaimana mereka memandang dunia melalui kanvas, instalasi, dan media seni lainnya.
Diskusi: "Conversation with Nothings"
Selain menikmati karya seni, saya juga menghadiri diskusi bertajuk "Conversation with Nothings" yang digelar di lokasi pameran. Diskusi ini mengangkat tema kekosongan---fenomena yang diam-diam akrab dengan kehidupan kita di era modern.
Apa sebenarnya kekosongan? Dalam diskusi tersebut, berbagai sudut pandang dibahas, mulai dari bagaimana teknologi menciptakan ruang kosong di antara interaksi manusia hingga bagaimana seni mengisi kekosongan tersebut dengan makna baru.
Diskusi ini benar-benar membuka mata saya. Bagi saya, kekosongan yang dibicarakan tidak melulu berarti nihil atau tidak ada apa-apa, melainkan sebuah ruang untuk refleksi dan peluang untuk menciptakan sesuatu yang baru.
Seni hadir di dalam kekosongan ini sebagai medium yang memungkinkan manusia untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Para Pemenang dan Pesan dalam Karya
Pada pameran ini, lima seniman muda berhasil meraih penghargaan utama, masing-masing mendapatkan hadiah Rp 100 juta. Karya-karya mereka menunjukkan keunikan dan keberanian dalam mengeksplorasi tema yang menantang:
- Agnes Hansella -- First of the Gang:Â Karya yang menggambarkan hubungan manusia dengan lingkungan dalam balutan seni kontemporer.
- Angela Sunaryo -- Kerokan:Â Mengangkat tradisi keseharian dalam visual yang mengejutkan.
- Asmoadji -- Bercermin pada Sekitar: Mengajak kita merenungkan peran kita dalam lingkungan sosial.
- Suvi Wahyudianto -- Billboard Tak Berwarna dan Utopia Pasca Ingatan:Â Sebuah eksplorasi tentang teknologi dan memori kolektif.
- Syaura Qotrunadha -- Alterasi Kisah Sang Pengelana:Â Menceritakan perjalanan manusia dengan perspektif baru.
Setiap karya memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan yang mendalam, membuktikan bahwa seni tidak hanya soal keindahan, tetapi juga cara untuk menyuarakan kritik sosial dan gagasan besar.
Kenapa Harus Mengunjungi Pameran Ini?
Bagi saya, kunjungan ke pameran ini lebih dari sekadar menyaksikan karya seni. Pameran ini memberikan ruang bagi refleksi, dialog, dan apresiasi terhadap seni rupa Indonesia yang semakin kaya dan dinamis.
Dari karya-karya yang memukau hingga diskusi yang menggugah pikiran, semuanya menginspirasi saya untuk melihat seni sebagai medium yang hidup dan relevan.
Jika Anda belum sempat berkunjung, masih ada waktu hingga 8 Desember 2024 untuk menikmati pameran ini. Percayalah, setiap langkah di dalam galeri ini akan memperkaya perspektif Anda tentang seni dan kehidupan.
Jadikan kunjungan Anda sebagai bentuk dukungan kepada para seniman muda berbakat yang telah menuangkan energi dan kreativitas mereka ke dalam karya yang luar biasa.
Kesimpulan
Mengunjungi pameran Basoeki Abdullah Art Award #5 dan menghadiri diskusi "Conversation with Nothings" bersama teman-teman dari Kopaja71 memberikan saya pengalaman yang tak terlupakan.
Saya belajar bagaimana seni tidak hanya menampilkan keindahan, tetapi juga menawarkan ruang untuk merenungi dunia yang terus berubah.
Ayo, dukung seni rupa Indonesia dan para seniman muda kita! Siapa tahu, kunjungan Anda ke pameran ini akan membawa perspektif baru dalam hidup Anda, seperti yang saya rasakan.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H