Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Rontoknya Bisnis Hypermarket di Tengah Perubahan Perilaku Konsumen

28 November 2024   08:41 Diperbarui: 29 November 2024   07:44 5437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Praktis Jadi Prioritas

Jika kita perhatikan, perubahan perilaku konsumen ini sangatlah wajar. Masyarakat modern lebih sibuk dari sebelumnya. Mereka menginginkan pengalaman belanja yang cepat dan tidak merepotkan. Minimarket yang tersebar di mana-mana menjadi solusi sempurna untuk kebutuhan harian.

Namun, tidak hanya itu. Kehadiran teknologi juga mengubah segalanya. Layanan quick commerce (q-commerce) seperti Astro dan Segari kini menawarkan belanja daring dengan pengiriman super cepat, bahkan hanya dalam hitungan menit.

Tanpa perlu keluar rumah, konsumen bisa mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan mudah. Inilah tantangan besar yang harus dihadapi hypermarket.

Apakah Ada Harapan untuk Bangkit?

Meskipun hypermarket terlihat seperti kalah bersaing, sebenarnya peluang untuk bangkit masih ada. Dengan perubahan strategi yang tepat, mereka bisa kembali relevan di era yang serba cepat ini.

Misalnya, bagaimana jika hypermarket mulai mengadopsi format toko kecil seperti minimarket? Dengan cara ini, mereka bisa lebih dekat dengan konsumen tanpa harus bersaing langsung dengan pemain besar seperti Alfamart dan Indomaret.

Tidak hanya itu, memperkuat kehadiran di dunia digital juga menjadi langkah penting. Hypermarket perlu menawarkan pengalaman belanja daring yang seamless, dengan aplikasi yang mudah digunakan, berbagai opsi pembayaran digital, dan pengiriman cepat.

Kombinasi toko fisik dan daring bisa menciptakan pengalaman belanja yang berbeda, menjadikan mereka lebih kompetitif.

Namun, yang paling menarik adalah bagaimana hypermarket bisa memberikan sesuatu yang tidak ditawarkan oleh kompetitor lain: pengalaman. Misalnya, area bermain anak, demo masak, atau acara bazar komunitas bisa menjadi nilai tambah yang membuat konsumen kembali.

Kesimpulan: Berubah atau Tertinggal

Dunia ritel sedang berubah, dan hypermarket menjadi saksi paling nyata dari perubahan ini. Kehidupan modern yang serba praktis dan kehadiran teknologi telah mendikte cara baru dalam berbelanja. Hypermarket, yang dulu menjadi tempat favorit, kini harus memilih: beradaptasi atau lenyap.

Namun, di balik semua tantangan ini, ada peluang besar untuk bangkit. Dengan inovasi, keberanian untuk berubah, dan fokus pada kebutuhan konsumen, hypermarket masih bisa menjadi bagian penting dari dunia ritel Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun