Shell: Terlalu Berat untuk Bersaing
Shell, perusahaan minyak global asal Inggris, yang sempat menjadi pemain besar di bisnis SPBU Indonesia, juga merasakan tantangan yang sama. Pada tahun 2023, terdengar kabar bahwa Shell akan menutup seluruh jaringan SPBU-nya di Indonesia.
Hal ini bukanlah hal yang mengejutkan, mengingat kekuatan Pertamina yang terus meningkat. Sejak awal masuknya Shell, mereka sempat unggul dalam hal kualitas dan layanan, namun dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini kesulitan mempertahankan posisinya.
Salah satu alasan utama di balik penurunan daya saing Shell adalah kebijakan pemerintah yang hanya memberikan izin kepada Pertamina untuk menjual BBM bersubsidi. Ini memberikan Pertamina keuntungan harga yang sulit disaingi oleh perusahaan asing. Ditambah lagi, pengaruh kualitas dan layanan yang semakin baik dari Pertamina semakin menyulitkan Shell untuk mempertahankan pangsa pasar yang signifikan.
Namun berita terakhir, pada 24 November 2024, Shell Indonesia mengeluarkan klarifikasi resmi yang membantah kabar yang beredar tentang penutupan seluruh SPBU mereka.
Susi Hutapea, Vice President Corporate Relations Shell Indonesia, menyatakan bahwa informasi tersebut tidak benar dan perusahaan tetap fokus pada kegiatan operasional SPBU. Shell Indonesia saat ini memiliki lebih dari 170 SPBU di Indonesia dan terus berupaya memberikan layanan terbaik bagi pelanggan mereka.
Meskipun demikian, Shell memilih untuk tidak memberikan komentar lebih lanjut mengenai spekulasi yang berkembang di pasar terkait kondisi bisnis penyaluran BBM di Indonesia. (Disarikan dari berbagai media)
Perusahaan Asing yang Masih Bertahan: ExxonMobil dan Vivo Energy
Namun, tidak semua perusahaan asing memilih untuk menarik diri dari pasar Indonesia. Beberapa pemain, seperti ExxonMobil dan Vivo Energy, memilih untuk menyesuaikan strategi mereka untuk bertahan dan berkembang.
ExxonMobil, misalnya, memulai proyek SPBU mini di daerah-daerah yang lebih terpencil pada akhir 2018. Dengan fokus pada daerah yang tidak dijangkau oleh SPBU besar, ExxonMobil berusaha untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terabaikan oleh pemain besar seperti Pertamina.
Strategi ini membuka peluang untuk memperluas jangkauan mereka ke daerah-daerah yang lebih sulit dijangkau, sekaligus memperkenalkan inovasi dalam bentuk SPBU mini yang lebih efisien dan terjangkau.
Di sisi lain, Vivo Energy, yang merupakan anak usaha Vitol Group, berfokus pada segmen yang berbeda dengan menawarkan produk yang bersaing dengan kualitas dan harga yang lebih variatif.
Keberhasilan mereka juga dapat dilihat dari kemampuannya untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasar dan memperkenalkan produk yang lebih sesuai dengan preferensi konsumen Indonesia.