Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

New World Artikel Utama

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kasus Tuntutan Hukum Monopoli Google?

21 November 2024   21:09 Diperbarui: 25 November 2024   01:06 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengungkap Persaingan dan Dampak Monopoli Pencarian Daring

Pada tanggal 20 November 2024, berita dari Reuters mengungkapkan perkembangan terkini terkait kasus monopoli pencarian yang melibatkan raksasa teknologi Google.

Dalam sidang yang melibatkan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ), jaksa mengusulkan solusi untuk mengakhiri dominasi Google dalam pasar pencarian daring dan iklan terkait. Namun, lebih dari sekadar pertempuran hukum, kasus ini membuka diskusi tentang persaingan yang sehat, kebijakan teknologi, dan masa depan mesin pencari.

Google, melalui mesin pencarinya, telah mendominasi pasar pencarian daring selama lebih dari dua dekade. Dengan lebih dari 90% pangsa pasar global, Google menjadi pemain utama dalam mengarahkan trafik internet dan mengendalikan iklan daring yang sangat menguntungkan.

Namun demikian, dominasi ini tidak lepas dari perhatian otoritas antimonopoli di berbagai negara, yang menilai bahwa posisi Google dapat merugikan konsumen dan pesaing di pasar pencarian. Pada bulan Agustus 2024, pengadilan AS memutuskan bahwa Google mempertahankan monopoli ilegal dalam pencarian daring dan iklan terkait.

Hal ini memicu rangkaian proses hukum yang mengarah pada usulan sejumlah solusi, termasuk yang paling kontroversial: pembubaran atau pemisahan beberapa bisnis besar milik Google, seperti peramban Chrome dan sistem operasi Android, serta penghentian perjanjian eksklusif dengan perusahaan besar seperti Apple untuk menjadikannya sebagai mesin pencari default pada perangkat mereka.

Sumber gambar: REUTERS/Steve Marcus/
Sumber gambar: REUTERS/Steve Marcus/

Solusi Potensial: Merombak Model Bisnis Google

Dalam menghadapi gugatan ini, jaksa dari DOJ mengusulkan berbagai solusi yang bisa memaksa Google untuk merombak model bisnisnya. Salah satunya adalah dengan mengakhiri perjanjian eksklusif dengan perusahaan-perusahaan besar yang menjadikan Google sebagai mesin pencari default.

Google diketahui membayar miliaran dolar setiap tahun kepada Apple dan perusahaan lain agar mesin pencarinya tetap dipilih secara otomatis pada perangkat-perangkat mereka.

Selain itu, usulan lainnya mencakup pemisahan bisnis Google yang lebih besar, seperti mengharuskan perusahaan untuk mendivestasikan peramban Chrome, yang juga mendominasi pasar peramban web.

Semua langkah ini, menurut jaksa, akan membuka peluang lebih besar bagi pesaing untuk bersaing secara adil, serta memberikan konsumen lebih banyak pilihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun