Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Harapan Baru dari COP29 di Baku; Mewujudkan Komitmen Bersama untuk Bumi

21 November 2024   07:58 Diperbarui: 21 November 2024   07:59 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia tengah menyaksikan momen penting dalam sejarah upaya global melawan krisis iklim. Konferensi Perubahan Iklim PBB/UN Climate Change Conference (COP29), yang berlangsung sejak 11 November 2024 di Baku, Azerbaijan, kini memasuki tahap akhir.

Dengan hanya satu hari tersisa sebelum berakhir pada 22 November 2024, ketegangan memuncak di ruang negosiasi. Para pemimpin dunia berlomba dengan waktu untuk mencapai kesepakatan terkait isu-isu krusial, terutama pendanaan iklim bagi negara-negara berkembang.

Selama hampir dua minggu terakhir, diskusi di COP29 difokuskan pada tantangan besar untuk menggantikan target pendanaan $100 miliar per tahun yang akan berakhir pada 2025. Kini, desakan muncul agar dunia menetapkan target baru sebesar $1 triliun per tahun hingga 2030.

Angka ini mencerminkan urgensi yang semakin meningkat untuk membantu negara-negara rentan menghadapi dampak perubahan iklim, seperti bencana cuaca ekstrem, sekaligus mendorong transisi ke sistem energi yang lebih bersih.

Namun, negosiasi yang berlangsung tidak sederhana. Sejumlah isu masih menjadi perdebatan, termasuk siapa yang harus menjadi penyumbang utama. Haruskah negara-negara seperti Tiongkok dan India, yang kini menjadi kekuatan ekonomi besar, juga dimasukkan sebagai donor?

Bagaimana mekanisme pendanaan ini akan diimplementasikan---apakah melalui hibah, pinjaman, atau bahkan pajak internasional seperti pajak karbon atau pajak perjalanan udara global?

Pendanaan menjadi fokus utama di COP29. Hibah, pinjaman, bahkan pajak baru sedang dibahas untuk memenuhi kebutuhan dana yang besar. Salah satu ide menarik adalah pengenaan pajak karbon internasional atau pajak perjalanan udara global.

Satuan Tugas Pemungutan Dana Solidaritas Global (GSLT) yang dipimpin Prancis, Barbados, dan Kenya tengah mengeksplorasi kemungkinan ini. Meski inovatif, ide-ide ini juga menghadapi skeptisisme, terutama terkait implementasi dan dampaknya terhadap masyarakat umum.

Dalam konteks ini, Indonesia memainkan peran yang tidak kalah penting. Sebagai negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti kenaikan permukaan laut, bencana banjir, dan kebakaran hutan, Indonesia hadir di COP29 dengan suara yang lantang.

Komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060 menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam menghadapi krisis iklim. Program-program seperti restorasi mangrove, rehabilitasi lahan gambut, dan pengembangan energi terbarukan menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya meminta dukungan, tetapi juga menawarkan solusi.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk mencapai net zero emission pada 2060, sementara masyarakat semakin aktif dalam gerakan pelestarian lingkungan, mulai dari pengelolaan sampah hingga inisiatif komunitas dalam mitigasi perubahan iklim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun