belanja daring tahunan di berbagai belahan dunia, termasuk di Tiongkok. Festival yang dimulai pada 11 November setiap tahun ini tidak hanya menjadi ajang belanja terbesar di Tiongkok, tetapi juga mencerminkan sebuah fenomena sosial dan ekonomi yang lebih dalam.
Singles' Day kini telah berkembang jauh melampaui asal-usulnya sebagai acaraFestival ini yang sebelumnya hanya berlangsung dalam 24 jam, kini telah meluas menjadi promosi multi-hari yang berlangsung di seluruh platform e-commerce besar dan juga di toko fisik. Tahun ini, festival yang dimulai pada 14 Oktober dan berakhir pada 11 November, menjadi sorotan global mengingat ketidakpastian ekonomi yang melanda Tiongkok.
Penurunan Ekspetasi dan Peningkatan Pembeli
Meskipun ekspektasi pertumbuhan penjualan tahun ini lebih rendah, mengingat krisis properti yang berkepanjangan dan tekanan ekonomi makro yang masih dirasakan di Tiongkok, Singles' Day tetap menunjukkan ketertarikan yang besar dari para konsumen.
Alibaba Group, salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Tiongkok, melaporkan adanya "pertumbuhan yang kuat" dalam penjualan dan peningkatan jumlah pembeli yang signifikan. Meskipun perusahaan tidak merilis angka total penjualan, mereka menyebutkan bahwa 45 merek besar, termasuk Apple, Haier, Midea, dan Xiaomi, masing-masing melampaui 1 miliar yuan ($138,62 juta) dalam nilai penjualan kotor (GMV).
Sementara itu, JD.com, pesaing utama Alibaba, tidak mengungkapkan informasi tentang penjualan, tetapi melaporkan adanya peningkatan jumlah pembeli lebih dari 20% dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut data dari penyedia data Syntun, total penjualan di seluruh platform e-commerce utama naik 26,6% menjadi 1,44 triliun yuan selama festival tahun ini, yang berlangsung selama 10 hari lebih lama dibandingkan dengan tahun lalu.
Festival Singles Day, yang awalnya hanya berlangsung 24 jam pada tanggal 11 November, kini telah menjadi acara multi-hari yang dimulai lebih awal, sejak pertengahan Oktober, menjadikannya sebagai festival belanja terpanjang sejauh ini.
Produk Premium dan Kategori Baru yang Menarik
Tahun ini, kategori produk premium seperti peralatan rumah tangga menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya, seiring dengan adanya dukungan skema subsidi tukar tambah senilai 150 miliar yuan yang diumumkan oleh pemerintah pada bulan Juli.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan konsumsi, dengan produk seperti AC hemat energi, penyedot debu robot, dan toilet pintar menjadi beberapa barang yang paling banyak dicari oleh konsumen.
Namun demikian, ada kategori yang tak terduga yang mengalami lonjakan pertumbuhan: mainan dan barang koleksi. Ini mencakup barang-barang yang terkait dengan anime, komik, dan gim, yang sangat populer di kalangan anak muda di Tiongkok. Merek-merek seperti MiHoYo, Pop Mart, Paperpresented, dan Jellycat melaporkan GMV lebih dari 100 juta yuan di platform Alibaba.
Hal tersebut menunjukkan bagaimana tren konsumsi telah bergeser, dengan generasi muda lebih memilih barang-barang yang tidak hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga berfungsi sebagai ekspresi diri dan pelarian dari tekanan hidup.
Shan Yin, seorang mahasiswa berusia 23 tahun dari Hangzhou, misalnya, menghabiskan 3.200 yuan untuk membeli barang-barang koleksi yang terkait dengan gim 'League of Legends' dan anime 'Noragami' serta 'Banana Fish'.
Bagi Shan, membeli barang-barang ini bukan hanya sekadar berbelanja, melainkan juga cara untuk mengatasi stres yang ia rasakan akibat studi tekniknya. "Cosplay dan membeli barang dagangan ini adalah cara bagi saya untuk mengatur emosi saya," ungkapnya. (Dikutip dari berita Reuters)
Kondisi ini mencerminkan bagaimana konsumsi barang koleksi, khususnya yang berhubungan dengan budaya pop, kini menjadi bagian dari cara anak muda mengelola emosi dan menyatakan identitas mereka.
Pengaruh Stimulus Pemerintah dan Dampak Belanja Daring
Meskipun ada pengumuman stimulus besar dari pemerintah Tiongkok yang mendorong pasar saham, pengaruhnya terhadap pengeluaran konsumen selama Singles Day kali ini dipandang tidak terlalu signifikan.
Jacob Cooke, CEO WPIC Marketing + Technologies, menyatakan bahwa meskipun stimulus ini sedikit membantu pasar saham, itu bukanlah faktor utama yang mendorong belanja konsumen pada festival ini. "Itu jelas tidak merugikan," kata Cooke. "Tetapi apakah itu kontributor utama untuk yang satu ini? Mungkin tidak sebanyak yang akan kita bicarakan di 618 (festival penjualan tengah tahun) tahun depan."
Festival Belanja dan Perubahan Sosial
Singles' Day 2024 lebih dari sekadar ajang belanja besar-besaran. Festival ini mencerminkan perubahan yang lebih dalam dalam gaya hidup dan kebiasaan konsumsi masyarakat Tiongkok. Bagi banyak konsumen, terutama generasi muda, berbelanja bukan hanya tentang membeli barang, tetapi juga tentang memenuhi kebutuhan emosional dan psikologis mereka.
Dengan semakin banyaknya platform e-commerce dan media sosial yang memainkan peran besar dalam menciptakan tren konsumsi, belanja daring tidak hanya menjadi tentang barang yang dibeli, tetapi juga tentang cara konsumen mengekspresikan diri, mengatasi stres, dan berhubungan dengan budaya populer.
Di tengah ketidakpastian ekonomi, fenomena ini menunjukkan bahwa, meskipun banyak konsumen yang lebih berhati-hati dalam mengeluarkan uang, festival belanja seperti Singles' Day tetap memiliki daya tarik yang kuat.
Acara ini bukan hanya soal mendapatkan diskon besar, tetapi juga tentang bagaimana festival ini beradaptasi dengan kebutuhan konsumen yang semakin kompleks. Dari barang-barang premium hingga barang koleksi yang berkaitan dengan hobi dan identitas, Singles' Day semakin mencerminkan perubahan sosial dan budaya di Tiongkok.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H