Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membangun Ketahanan Organisasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Dunia, Dari Respons Krisis hingga Strategi Ketahanan Holistik

22 Oktober 2024   12:57 Diperbarui: 22 Oktober 2024   13:05 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis global, seperti pandemi COVID-19, telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi organisasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Krisis ini mengungkap kerentanan tersembunyi dalam kemampuan operasional dan respons terhadap gangguan, memaksa para eksekutif untuk segera merespons tantangan yang muncul. Mulai dari tantangan terkait tenaga kerja, rantai pasokan, hingga ancaman siber, perusahaan dihadapkan pada realitas lanskap bisnis yang semakin penuh ketidakpastian.

Namun, sekadar respons reaktif tidaklah cukup untuk bertahan di masa depan. Untuk mampu bertahan dan berkembang di tengah krisis, organisasi harus mengambil pendekatan yang lebih proaktif dengan mengembangkan strategi ketahanan yang holistik.

Artikel sederhana dengan sedikit pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis, mengulas bagaimana perusahaan dapat bertransformasi dari sekadar merespons krisis menuju strategi ketahanan jangka panjang yang memberikan landasan bagi keberlanjutan bisnis di masa mendatang.

Tantangan yang Dihadapi oleh Perusahaan Selama Krisis

Menurut survei yang dilakukan oleh Federation of European Risk Management Associations (FERMA) bersama McKinsey, perusahaan di seluruh dunia menghadapi tantangan operasional, teknologi, dan organisasi selama pandemi. Di antaranya:

Tantangan Operasional dan Rantai Pasokan

Banyak perusahaan mengalami disrupsi besar dalam rantai pasokan akibat penutupan wilayah, kekurangan bahan baku, dan hambatan logistik. Sebagai solusi, beberapa perusahaan global memanfaatkan teknologi digital seperti pemeliharaan prediktif dan AI untuk memantau pola pemesanan yang berubah drastis.

Perusahaan di sektor energi, misalnya, mengimplementasikan digitalisasi untuk menjaga operasional tetap berjalan, sementara sektor logistik beralih ke pengangkutan curah sebagai langkah adaptif.

Tantangan Teknologi

Lonjakan ancaman siber menjadi tantangan besar di tengah transisi mendadak ke kerja jarak jauh. Banyak perusahaan memperkuat pertahanan siber dengan merekrut pakar keamanan dan mengakuisisi perusahaan siber yang lebih kecil untuk melindungi aset digital mereka.

Kekuatan teknologi keamanan yang memadai tidak hanya penting untuk melindungi data, tetapi juga untuk memastikan operasional tetap berjalan tanpa gangguan.

Tantangan Organisasi

Kerja jarak jauh menciptakan tantangan baru bagi organisasi, mulai dari menjaga budaya perusahaan, hingga memelihara produktivitas dan kesehatan mental karyawan.

Meski sebagian perusahaan besar beradaptasi dengan cepat, banyak yang harus mengevaluasi ulang langkah-langkah keselamatan dan cara mempertahankan kinerja tinggi dalam lingkungan kerja yang terfragmentasi.

Dari Respons Krisis ke Strategi Ketahanan Holistik

Meskipun banyak perusahaan menunjukkan ketangguhan dalam merespons tantangan ini, hanya sedikit yang telah mengadopsi strategi jangka panjang untuk menghadapi krisis di masa depan.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan Copilot.Microsoft.AI

Untuk menghadapi ketidakpastian secara efektif, organisasi perlu mengembangkan pendekatan strategis yang melampaui respons reaktif. Dua elemen utama dalam strategi ketahanan holistik adalah pandangan ke depan (foresight) dan kesiapan respons krisis (crisis response readiness).

1. Mengembangkan Pandangan ke Depan (Foresight)

Pandangan ke depan adalah kemampuan organisasi untuk mengantisipasi potensi krisis dan mempersiapkan langkah-langkah mitigasi. Beberapa langkah yang dapat diambil perusahaan meliputi:

  • Pengumpulan dan Analisis Data: Mengumpulkan data dari berbagai sumber, baik internal maupun eksternal, seperti tren pasar, perilaku konsumen, dan indikator ekonomi. Data ini dapat digunakan untuk membuat keputusan yang lebih informatif dan proaktif.
  • Pengembangan Skenario Masa Depan: Dengan data yang tersedia, perusahaan dapat mengembangkan skenario potensial, misalnya, gangguan rantai pasokan akibat krisis geopolitik atau bencana alam, untuk merencanakan respons yang tepat.
  • Perencanaan Kontinjensi: Setelah mengidentifikasi skenario krisis, organisasi perlu merancang rencana kontinjensi atau mitigasi yang jelas agar bisa merespons cepat ketika gangguan terjadi, meminimalkan dampak terhadap operasional.

2. Meningkatkan Kesiapan Respons Krisis

Selain pandangan ke depan, organisasi juga harus memperkuat kesiapan mereka dalam merespons krisis. Langkah-langkah ini melibatkan penguatan sejumlah area strategis seperti:

  • Keuangan yang Diperkuat: Membangun cadangan likuiditas atau akses cepat ke pendanaan fleksibel dapat membantu perusahaan bertahan dari guncangan ekonomi.
  • Keamanan yang Lebih Baik: Ancaman siber yang semakin meningkat menuntut peningkatan pertahanan digital. Investasi dalam keamanan siber dan perlindungan data menjadi keharusan untuk menjaga kelangsungan bisnis.
  • Fleksibilitas Pasar: Kemampuan beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar, seperti yang dilakukan banyak perusahaan Indonesia dengan beralih ke model penjualan online, adalah kunci untuk tetap relevan di tengah tantangan.
  • Diversifikasi: Mengurangi ketergantungan pada sektor atau wilayah tertentu membantu perusahaan mengurangi risiko dan meningkatkan resiliensi.

Penerapan di Indonesia: Tantangan dan Peluang

Di Indonesia, banyak perusahaan masih menghadapi kendala dalam menerapkan strategi ketahanan yang holistik. Faktor-faktor seperti ketidakstabilan ekonomi, regulasi yang berubah-ubah, serta risiko bencana alam menjadi hambatan utama.

Namun demikian, dengan pesatnya perkembangan teknologi dan digitalisasi, peluang besar terbuka bagi perusahaan yang mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi untuk memperkuat ketangguhan mereka.

Perusahaan yang proaktif dalam membangun kemampuan pandangan ke depan dan kesiapan respons krisis akan lebih siap menghadapi ketidakpastian di masa depan.

Kesimpulan

Membangun ketahanan organisasi di tengah krisis bukan hanya soal merespons tantangan saat ini, tetapi juga tentang kesiapan menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

Dengan mengadopsi strategi ketahanan holistik yang mencakup pandangan ke depan dan kesiapan respons krisis, perusahaan dapat melindungi diri dari risiko, memanfaatkan peluang yang muncul, dan memastikan keberlanjutan bisnis.

Di Indonesia, langkah-langkah ini sangat penting untuk menghadapi lanskap bisnis yang semakin dinamis dan kompleks.

Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun