Pada tanggal 15 Oktober 2024, saya menghadiri undangan wisuda Mahasantri Pesantren Nur Iman IEBC (Islamic Entrepreneur Boarding College) Sragen, Jawa Tengah, yang dimiliki oleh keluarga salah satu jamaah dan Pengurus Yayasan Masjid Bintaro Jaya. Dalam rangka acara ini, saya bersama 18 jemaah lainnya sepakat untuk mengadakan tur ke Jawa Tengah dan Yogyakarta dari tanggal 13 hingga 16 Oktober 2024.
Perjalanan ini bukan hanya sekedar kunjungan wisata; kami juga melakukan safari shalat subuh berjamaah di tiga masjid yang berbeda, setiap masjid memberikan pengalaman spiritual yang mendalam.
Masjid Jogokariyan, Yogyakarta
Perjalanan safari subuh kami dimulai di Masjid Jogokariyan, yang terletak di tengah kawasan perumahan yang padat. Berawal dari sebuah langgar kecil, masjid ini kini telah berkembang pesat berkat dedikasi para pengurus dan jamaah.
Sejak dibangun pada 20 September 1966, Masjid Jogokariyan telah bertransformasi menjadi pusat kegiatan umat yang sejahtera, dengan logo yang mencerminkan semangat keberagaman---menggunakan tiga bahasa: Arab, Indonesia, dan Jawa. Masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai alat pemersatu masyarakat.
Ketika kami melangkah ke dalam masjid, suasana tenang menyapa kami. Di pagi yang masih dingin, kehangatan sambutan dari jamaah lainnya membuat kami merasa seperti di rumah. Ratusan jemaah berkumpul, duduk di atas karpet lembut, menanti panggilan adzan. Ketika suara gharin mulai mengumandangkan ayat-ayat suci, keheningan yang menggelora memenuhi ruangan, membawa kami dalam pelukan spiritualitas yang mendalam.
Dengan visi untuk mewujudkan masyarakat sejahtera lahir dan batin, Masjid Jogokariyan berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat dan rekreasi rohani. Jamaah dari berbagai penjuru sering berkunjung untuk beribadah dan mengikuti pengajian, menjadikannya tempat yang hangat dan ramah bagi kami yang melakukan safari shalat subuh berjamaah.
Dalam shalat subuh berjamaah, kami merasakan ketenangan yang luar biasa dan kedekatan spiritual, seolah-olah semua kekhawatiran duniawi menghilang dalam momen ibadah yang khusyuk.
Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo
Setelah itu, pada safari hari kedua kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Raya Sheikh Zayed yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Solo. Masjid ini dibangun di atas lahan bekas Depo Pertamina dan dirancang dengan arsitektur Timur Tengah yang memukau. Masjid ini merupakan hadiah dari Emirat Arab untuk Indonesia.
Begitu tiba, kami disambut oleh keindahan masjid yang megah, di mana lampu-lampu yang berkilauan di dalamnya menciptakan suasana yang penuh kedamaian dan keagungan.
Suara azan yang merdu mengalun lembut, menggugah semangat kami untuk segera menunaikan shalat. Dengan kapasitas hingga 10.000 jamaah, suasana di dalam masjid sangat damai. Di antara shalat subuh, kami menyaksikan berbagai kelompok jamaah, dari anak-anak hingga lansia, berkumpul dalam satu ikatan persaudaraan yang kuat.
Saat kami melakukan safari shalat subuh berjamaah di masjid ini, saya merasakan ketenangan yang mendalam saat melaksanakan ibadah. Setiap detak jantung seolah berpadu dengan suara lembut imam yang memimpin shalat, membawa sukma lebih dekat pada Sang Pencipta.
Dalam keheningan tersebut, kami menemukan momen refleksi diri yang dalam, merasakan kedamaian yang hanya bisa ditemukan dalam kebersamaan dengan sesama jamaah.
Fasilitas masjid yang lengkap, termasuk ruang VIP dan perpustakaan, menunjukkan komitmen masjid untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Dengan desain yang megah dan fasilitas yang memadai, Masjid Raya Sheikh Zayed menjadi tempat yang ramai dikunjungi oleh jamaah lokal dan wisatawan yang datang ke Jawa Tengah. Suara imam yang merdu menambah kedamaian dalam shalat kami, memperkuat rasa persatuan di antara jamaah.
Masjid Al-Ikhlas, Ngaran Borobudur
Safari subuh terakhir Kami lakukan di Masjid Al Ikhlas di Ngaran Borobudur, Magelang, yang terletak di seberang pagar samping kiri kompleks Candi Borobudur.
Masjid ini menawarkan pengalaman beribadah yang unik, terutama dengan bacaan Al Fatihah dan surat-surat Al-Qur'an yang dilantunkan dengan langgam Jawa. Suasana pagi di masjid ini sungguh memikat, dengan suara burung berkicau mengiringi adzan subuh yang lembut.
Adzan subuh yang datang lebih lambat 8 menit dibandingkan masjid lainnya menambah suasana tenang, memberikan waktu bagi kami untuk merenung sebelum shalat.
Dari teras masjid, pemandangan Komplek Candi Borobudur yang megah menciptakan momen yang sangat spesial. Di sini, kami merasakan perpaduan antara warisan budaya dan spiritualitas yang menyentuh hati.
Penutup
Perjalanan kami ke Jawa Tengah dan Yogyakarta bukan sekadar wisata, tetapi merupakan perjalanan spiritual yang mendalam. Safari shalat subuh berjamaah yang kami lakukan di setiap masjid menjadikan pengalaman ini sangat berarti.
Dari kehangatan Masjid Jogokariyan, keindahan arsitektur Masjid Raya Sheikh Zayed, hingga keunikan Masjid Al-Ikhlas, setiap masjid menawarkan sesuatu yang istimewa dan mendalam. Pengalaman ini menyatukan kami, jamaah dari berbagai latar belakang, dalam perjalanan menuju kebaikan dan penghayatan spiritual.
Semoga perjalanan ini menginspirasi banyak orang untuk menjelajahi kekayaan spiritual dan budaya yang dimiliki oleh tanah air kita, serta merasakan sendiri keistimewaan shalat subuh berjamaah di masjid-masjid tersebut.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H