Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perempuan Berisiko Kalah dalam Transisi Menuju Pekerjaan Ramah Lingkungan

18 Oktober 2024   20:14 Diperbarui: 18 Oktober 2024   20:24 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, kurangnya pendidikan STEM di kalangan perempuan di Indonesia memperburuk kesenjangan ini. Banyak perempuan yang tidak memiliki akses atau paparan terhadap pendidikan STEM sejak dini, yang berarti mereka lebih kecil kemungkinannya untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-pekerjaan dengan prospek pertumbuhan tinggi seperti energi terbarukan dan teknologi hijau.

Jika kesenjangan ini tidak ditangani, perempuan Indonesia berisiko kehilangan akses ke pekerjaan yang menawarkan stabilitas dan gaji lebih tinggi di masa depan.

Pentingnya Pendidikan STEM untuk Perempuan

Salah satu hambatan terbesar yang dihadapi perempuan dalam mengakses pekerjaan ramah lingkungan adalah kurangnya partisipasi mereka dalam pendidikan STEM. Bidang STEM adalah kunci untuk inovasi dan pengembangan teknologi hijau, yang merupakan inti dari pekerjaan di sektor ramah lingkungan.

Tanpa keterampilan ini, perempuan tidak hanya tertinggal dari laki-laki, tetapi juga berisiko kehilangan kesempatan dalam pekerjaan dengan gaji tinggi dan stabil di masa depan.

Beberapa negara telah membuat kemajuan dalam mengatasi hambatan ini. Misalnya, Irlandia berhasil menggandakan jumlah perempuan muda yang meraih gelar STEM dalam kurun waktu delapan tahun dengan mengintegrasikan mata pelajaran ini di semua jenjang pendidikan.

Paparan STEM sejak dini menjadi solusi penting di negara ini, dengan pendekatan yang mencakup kurikulum yang sensitif terhadap gender dan pelatihan khusus bagi pendidik. Langkah-langkah ini perlu diadopsi di Indonesia untuk memastikan bahwa lebih banyak perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam sektor energi terbarukan.

Mengatasi Kesenjangan untuk Masa Depan yang Berkelanjutan

Mengatasi kurangnya representasi perempuan dalam pekerjaan ramah lingkungan memiliki konsekuensi ekonomi dan lingkungan yang signifikan. Negara-negara dengan porsi pekerja berpendidikan STEM yang lebih besar dan kebijakan kesetaraan gender yang lebih kuat cenderung memiliki pengurangan emisi gas rumah kaca yang lebih tajam sebagai respons terhadap kebijakan iklim.

Pendidikan STEM mendorong inovasi ramah lingkungan dan memberi pekerja keterampilan yang mereka butuhkan untuk pekerjaan ramah lingkungan.

Pembuat kebijakan di Indonesia dan di seluruh dunia harus menurunkan hambatan ini dengan memberikan insentif kepada perempuan untuk pendidikan STEM dan memastikan akses yang sama terhadap pekerjaan ramah lingkungan. Ini termasuk paparan STEM sejak dini, bimbingan, dan kemitraan publik-swasta, seperti yang telah berhasil dilakukan di beberapa negara.

Hal tersebut juga berarti menciptakan lingkungan yang lebih inklusif di tempat kerja, memberikan akses ke keuangan, dan memperbaiki kerangka hukum yang dapat menghalangi partisipasi perempuan.

Jalan Menuju Ekonomi Berkelanjutan

Untuk mewujudkan ekonomi berkelanjutan, jalan menuju transisi energi hijau harus diaspal dengan inklusivitas. Ini berarti bahwa semua individu, tanpa memandang jenis kelamin, harus memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari perubahan yang terjadi dalam sektor energi dan lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun