Perilaku doom spending dapat menimbulkan dampak serius pada stabilitas keuangan individu. Meskipun belanja impulsif mungkin memberikan kepuasan sementara, pengeluaran yang tidak terkontrol akan memperburuk kondisi keuangan dalam jangka panjang.
Ketika seseorang terus-menerus menggunakan uang untuk "menghibur diri" di tengah kecemasan finansial, mereka cenderung mengabaikan prioritas keuangan yang lebih penting seperti menabung atau berinvestasi.
Selain itu, doom spending juga berdampak buruk pada kesehatan mental. Meskipun belanja impulsif mungkin meredakan stres untuk sementara waktu, kecemasan finansial yang timbul akibat utang dan ketidakstabilan keuangan akan menumpuk seiring waktu.
Hal ini menciptakan lingkaran setan di mana stres keuangan memicu pengeluaran impulsif, yang kemudian memperburuk masalah keuangan, dan pada akhirnya menambah tingkat stres.
Bagaimana Mengatasi Doom Spending?
Untuk menghindari dampak negatif dari doom spending, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
- Tingkatkan Literasi Keuangan: Memahami cara mengelola keuangan pribadi, menabung, dan berinvestasi dapat membantu individu lebih bijaksana dalam menghadapi tekanan finansial.
- Buat Anggaran yang Realistis:Â Menyusun anggaran bulanan dan berkomitmen untuk mematuhinya adalah cara efektif untuk menghindari pengeluaran berlebihan.
- Kurangi Pengaruh Media Sosial: Mengurangi paparan terhadap media sosial yang mendorong gaya hidup konsumtif dapat membantu menahan keinginan untuk berbelanja impulsif.
- Fokus pada Tujuan Jangka Panjang: Mengalihkan perhatian dari keinginan sesaat ke pencapaian tujuan keuangan jangka panjang, seperti menabung untuk masa depan atau membeli aset yang produktif, dapat memberikan motivasi yang lebih baik.
Penutup
Fenomena doom spending, terutama di kalangan laki-laki dan generasi milenial, adalah tantangan yang perlu disikapi dengan serius.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, penting bagi setiap individu untuk lebih sadar akan kebiasaan finansial mereka dan mengelola pengeluaran dengan bijaksana. Meskipun belanja impulsif mungkin memberikan kepuasan sementara, dampak jangka panjangnya bisa sangat merugikan kesehatan keuangan dan mental.
Bagi masyarakat Indonesia, tren ini perlu diwaspadai, terutama dengan semakin mudahnya akses ke belanja online dan promosi-promosi yang menggoda.
Penting bagi kita semua untuk mengambil langkah proaktif dalam meningkatkan literasi keuangan dan membangun kebiasaan pengelolaan keuangan yang sehat. Dengan demikian, kita dapat menghadapi tekanan ekonomi tanpa harus terjebak dalam perilaku doom spending yang merugikan.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H