Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Sajian Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya Masakan Sendiri untuk Jamuan Keluarga

30 September 2024   08:12 Diperbarui: 30 September 2024   08:15 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di setiap rumah, hidangan memiliki cerita dan kenangan tersendiri. Bagi keluarga kami, Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya adalah dua masakan istimewa yang selalu hadir dalam momen-momen penting, seperti perayaan ulang tahun atau anniversary pernikahan.

Kedua hidangan ini bukan hanya soal cita rasa yang lezat, tetapi juga warisan resep turun-temurun dari ibu saya yang kami jaga dan nikmati bersama keluarga besar. Walaupun saat ini sudah tersedia dalam kemasan frozen food.

Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya: Kelezatan dari Perpaduan Budaya

Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya berasal dari perpaduan budaya Tionghoa dan Melayu. Lontong Cap Go Meh kerap disajikan dalam perayaan Imlek dan Malam Cap Go Meh, melambangkan harapan panjang umur dan keberuntungan. Hidangan ini terdiri dari lontong, bihun, opor ayam, telur pindang (cha ye dan), dan daun kemangi, menciptakan harmoni rasa yang lezat.

Masakan dapur rumah, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Masakan dapur rumah, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Sementara itu, Laksa Nonya adalah hidangan berkuah santan yang kaya rasa, dengan mie, tahu, udang, dan telur sebagai topping utamanya. Laksa Nonya menggambarkan kompleksitas kuliner peranakan, yang menggabungkan keunikan rempah Melayu dengan teknik masak Tionghoa.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Memasak Bersama: Tradisi Keluarga yang Penuh Kehangatan

Di rumah kami, Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya sering hadir dalam momen istimewa lainnya seperti ulang tahun anggota keluarga. Saya dan istri sering memasak kedua hidangan ini sebagai cara kami menjaga warisan kuliner dari ibu saya.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Resep-resep yang telah diwariskan bertahun-tahun ini kami teruskan, menjadikan setiap acara perayaan terasa lebih istimewa.

Selain itu, kami juga membuat telur pindang (cha ye dan) sendiri di rumah. Proses memasak telur dengan bumbu teh ini menghadirkan aroma yang khas dan menjadikannya pelengkap sempurna bagi hidangan Lontong Cap Go Meh.

Masakan dari dapur sederhana di rumah, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Masakan dari dapur sederhana di rumah, sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Setiap kali keluarga besar datang, kami menyajikan makanan ini dengan penuh cinta, menciptakan suasana yang hangat dan penuh kenangan.

Popularitas di Luar Perayaan

Meskipun Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya awalnya merupakan hidangan yang identik dengan perayaan Imlek dan Cap Go Meh, kini kedua makanan ini bisa dinikmati kapan saja, tanpa harus menunggu momen perayaan tersebut.

Hidangan ini telah menjadi bagian dari kuliner sehari-hari, terutama dengan semakin banyaknya restoran yang menyajikan menu peranakan di luar perayaan tradisional.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Saat ini, banyak restoran asal Malaysia dan Singapura di beberapa kota besar Indonesia yang menyajikan Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya sebagai bagian dari menu harian mereka. Restoran-restoran tersebut menawarkan variasi otentik dengan cita rasa khas, yang memungkinkan siapa saja untuk menikmati kelezatan hidangan peranakan ini kapan pun mereka inginkan. Di samping, di beberapa supermarket juga tersedia dalam frozen food. 

Dengan begitu, penggemar kuliner dapat terus merasakan keunikan perpaduan budaya dalam setiap suapan, baik di acara khusus maupun dalam santapan sehari-hari.

Popularitas Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya di luar momen perayaan menunjukkan bagaimana kuliner peranakan terus bertahan dan berkembang, menjadi bagian dari warisan kuliner yang bisa dinikmati kapan saja dan di mana saja.

Memaknai Tradisi melalui Makanan

Dalam setiap suapan Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya, tersimpan nilai-nilai keluarga dan tradisi. Bagi kami, menyajikan makanan ini bukan hanya soal memasak, tetapi juga tentang menjaga kenangan masa lalu dan merayakan kehadiran keluarga di setiap momen spesial.

Makanan ini menjadi simbol cinta yang diwariskan dari generasi ke generasi, dan menjadi pengingat bahwa setiap perayaan keluarga adalah kesempatan untuk mempererat ikatan dan menciptakan kenangan baru.

Jadi, meskipun saat ini kedua hidangan ini sudah bisa ditemukan di restoran-restoran di berbagai tempat, di rumah kami, Lontong Cap Go Meh dan Laksa Nonya tetap menjadi sajian spesial yang membawa kehangatan di setiap perayaan keluarga.

Opor Ayam untuk siraman Lontong Cap Go Meh,  sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Opor Ayam untuk siraman Lontong Cap Go Meh,  sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Setiap kali saya dan istri memasak hidangan ini, kami tidak hanya menyiapkan makanan, tetapi juga menjaga tradisi dan menghadirkan kebahagiaan dalam setiap gigitan.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun