Menulis adalah salah satu bentuk ekspresi diri yang memungkinkan kita berbagi pengetahuan, pemikiran, dan pengalaman dengan orang lain. Namun, belakangan ini, di berbagai platform menulis seperti Kompasiana, fenomena menulis hanya untuk mengejar prestise atau penghargaan semakin sering kita temui.
Para penulis berlomba-lomba mengikuti Topik Pilihan yang diberikan oleh admin atau redaksi, meskipun mereka sebenarnya tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang topik tersebut.
Menulis Tanpa Penguasaan yang Mendalam
Tidak jarang, banyak yang sekadar memparafrase tulisan-tulisan yang ada di internet, menjadikan kemampuan paraphrase mereka sebagai senjata utama untuk memenuhi target. Mereka mungkin berhasil melewati saringan alat pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin, namun esensi dari tulisan mereka sering kali terasa hampa.
Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan mereka di bidang yang ditulis sangat minim, bahkan tanpa pengalaman sama sekali. Akibatnya, konten yang dihasilkan menjadi dangkal dan kurang bermakna.
Lebih parah lagi, tulisan-tulisan seperti itu kadang justru terpilih sebagai Artikel Utama (Headline). Ketika artikel yang tidak didukung oleh pemahaman mendalam atau pengalaman nyata mendapatkan tempat utama, hal ini dapat menimbulkan kebingungan di antara pembaca dan menurunkan kualitas keseluruhan dari platform tersebut.
Pembaca yang berharap mendapatkan informasi yang berharga bisa saja dikecewakan karena artikel tersebut ternyata hanya hasil dari parafrase tanpa memberikan wawasan baru atau nilai tambah.
Risiko Paraphrase Tanpa Pemahaman
Bahkan lebih buruk lagi, sering kali karena keterbatasan pemahaman, penulis yang hanya mengandalkan kemampuan paraphrase tanpa penguasaan substansi sering kali salah dalam menginterpretasikan makna dari tulisan asli.
Makna yang sebenarnya bisa berubah ketika penulis melakukan parafrase tanpa benar-benar memahami apa yang ditulis. Kesalahan ini bukan hanya merugikan pembaca, tetapi juga bisa menyesatkan.
Selain itu, ada penulis yang asal comot sumber tanpa memastikan apakah informasi yang ditulisnya masih relevan atau sudah kadaluwarsa. Bisa jadi, aturan yang diparafrasekan ternyata sudah tidak berlaku karena telah digantikan oleh peraturan baru yang lebih mutakhir.
Ketidaktahuan seperti ini bisa berdampak serius, terutama ketika artikel tersebut menjadi rujukan bagi orang lain. Inilah risiko besar ketika seseorang menulis tanpa memiliki dasar ilmu pengetahuan yang kuat atau pengalaman langsung di bidang yang ditulis.
Jangan Sekadar Mengejar Reward atau Cuan