Alhamdulillah, tadi malam, Selasa, 24 September 2024, saya berkesempatan untuk menghadiri pembukaan Pameran dan Diskusi bertajuk "Jakarta dari Bawah Tanah" di Bentara Budaya Jakarta. Acara ini akan berlangsung hingga 29 September 2024.
Rasanya akan rugi jika Anda tidak hadir dan berkunjung ke pameran tersebut, terutama bagi generasi muda yang ingin memahami Jakarta yang megah saat ini dengan segala sejarah arkeologinya.
Pameran ini diprakarsai oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Jabodetabek, yang menggandeng berbagai stakeholder terkait, termasuk Museum dan Cagar Budaya (MCB) Kemendikbudristek, Kompas Gramedia, MRT-Jakarta, dan Pemerintah DKI Jakarta.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa setiap pembangunan di lokasi yang diduga sebagai situs bersejarah perlu melibatkan arkeolog dan pakar terkait. Hal ini penting untuk menyelamatkan data-data sejarah sebelum proyek pembangunan dilanjutkan.
Ketua IAAI, Marsis Sutopo, menjelaskan bahwa temuan arkeologis dari proyek MRT fase dua ini, yang berlangsung di kawasan Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota, mengungkap banyak bukti peradaban Jakarta di masa lampau. Dari keramik, sumbu roda, hingga tulang tengkorak kuda zaman Batavia, setiap artefak membawa kisah tersendiri tentang kehidupan dan budaya yang pernah ada di Jakarta.
Salah satu hal yang menarik adalah bagaimana penggalian di jalur MRT menjadi langkah penting untuk penyelamatan situs arkeologi yang berharga. "Ekskavasi ini mengungkap pipa terakota yang menandakan sistem pengelolaan air bersih pada masa kolonial serta pecahan-pecahan keramik yang menunjukkan kehidupan sehari-hari masyarakat pada masa itu," jelas Marsis.
Pameran ini menjadi tempat bagi masyarakat untuk mengeksplorasi dan memahami sejarah Jakarta yang kaya. Ahmad Mahendra, Pelaksana Tugas Kepala Museum dan Cagar Budaya, menekankan bahwa pameran ini bukan hanya tentang artefak, tetapi juga tentang interaksi budaya yang terjadi di masa lalu. "Setiap temuan memberikan kita wawasan tentang bagaimana Jakarta terbentuk menjadi seperti sekarang," ujarnya.
Saya hadir dalam pembukaan pameran bersama teman-teman dari Komunitas Kopaja 71 (Kompasianer Jakarta), yang diwakili oleh Bang Horas, Bu Ery Siahaan, Pak Andiyanto, dan Kang Taufik. Kegiatan ini bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga menguatkan rasa kebersamaan di antara kami sebagai penggiat sejarah dan budaya.
Melihat berbagai artefak yang dipamerkan, saya merasa semakin bangga dengan warisan budaya yang dimiliki Jakarta.