Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memaknai Bekerja Sebagai Amal Ibadah

20 September 2024   09:56 Diperbarui: 20 September 2024   16:33 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam mengajarkan umatnya untuk hidup layak di tengah masyarakat, dengan memenuhi kebutuhan pokok seperti sandang dan pangan, serta memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan.

Setiap individu diharapkan dapat menjalani kehidupan yang memungkinkan mereka melaksanakan kewajiban kepada Allah dan memenuhi tanggung jawab sosialnya. Untuk mencapai hal tersebut, Islam mewajibkan umatnya bekerja dan berusaha, memanfaatkan rezeki yang Allah berikan, sebagaimana difirmankan-Nya dalam Al-Qur'an:

"Dialah Yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (QS. Al-Mulk: 15).

Bekerja dalam ajaran Islam berarti upaya untuk menghasilkan sesuatu, baik dalam bentuk barang atau jasa, yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat. Kerja merupakan senjata utama untuk memerangi kemiskinan, mendapatkan penghasilan, serta memakmurkan bumi sebagai khalifah Allah.

Namun, sering kali ajaran yang memotivasi umat Islam untuk bekerja dan berusaha disalahpahami. Salah satu contohnya adalah konsep tawakkal. Banyak orang mengartikan tawakkal sebagai sikap pasrah sepenuhnya tanpa usaha.

Padahal, Islam menegaskan bahwa tawakkal sejati harus disertai dengan usaha yang sungguh-sungguh. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan makna tawakkal yang sebenarnya:

"Jika kalian tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, Allah akan memberi kalian rezeki seperti Dia memberi rezeki kepada burung yang terbang tinggi dari sarangnya pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dengan perut kenyang." (HR. Tirmidzi).

Hadits ini mengajarkan bahwa seseorang harus berusaha, mencari nafkah, dan meninggalkan tempat tinggal untuk bekerja, bukan hanya berdiam diri menunggu rezeki datang.

Etos Kerja dalam Islam

Islam menghendaki adanya etos kerja yang tinggi, seperti yang disampaikan dalam Surah Al-Jumu'ah ayat 10:

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. Al-Jumu'ah: 10).

Ayat ini menegaskan pentingnya bekerja setelah melaksanakan kewajiban ibadah, karena bekerja juga merupakan bagian dari ibadah. Rasulullah SAW memotivasi umatnya untuk berbisnis dengan jujur dan lurus, seperti sabdanya:

"Pedagang yang lurus dan jujur kelak akan tinggal bersama para nabi, siddiqin, dan syuhada." (HR. Tirmidzi).

Kerja keras dan usaha yang halal adalah bentuk ibadah yang mulia. Dalam hadits lain, Rasulullah SAW menyatakan: "Makanan yang paling baik dimakan oleh seseorang adalah hasil usaha tangannya sendiri." (HR. Bukhari). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bekerja untuk mendapatkan rezeki yang halal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun