Latinos (orang Latin) mungkin merupakan salah satu kelompok konsumen media terbesar di Amerika Serikat, baik secara jumlah maupun intensitas, namun ironisnya, representasi mereka di Hollywood masih jauh dari kata memadai.
Meski pun terbukti bahwa film dan acara televisi yang melibatkan talenta Latinos berkinerja lebih baik di box office dan layar kaca, orang Latin tetap mengalami kesenjangan yang signifikan dalam peran-peran penting baik di depan maupun di belakang layar.
Mengapa hal ini masih terjadi, dan apa dampak dari kurangnya representasi ini, baik bagi industri maupun budaya?
Dampak Ekonomi dari Kurangnya Representasi Orang Latin
Hollywood telah lama menjadi pusat industri hiburan global, namun potensi ekonomi dari representasi orang Latin masih sangat kurang dimanfaatkan.
Orang Latin mungkin merupakan konsumen media AS per kapita terbesar, dan budaya serta bakat mereka terbukti populer di kalangan penonton non-Latin, baik di AS maupun secara global.
Sebuah analisis menunjukkan bahwa representasi yang lebih memadai di seluruh proses produksi, dengan menampilkan lebih banyak volume, akurasi, dan keaslian pengalaman Latinos, dapat meningkatkan pendapatan tahunan Hollywood sebesar $12 miliar hingga $18 miliar. (Sumber: McKinsey.com)
Film-film yang melibatkan talenta Latin, baik sebagai aktor, produser, sutradara, maupun penulis, secara signifikan memiliki performa lebih baik di box office. Dari tahun 2013 hingga 2022, pendapatan film yang melibatkan orang Latin di peran penting tersebut mengungguli film yang tidak menampilkan orang Latin hingga 58 persen.
Bukan hanya film, acara televisi yang menampilkan Latinos di posisi krusial juga memiliki performa yang lebih baik. Acara dengan minimal satu orang Latin dalam peran pengambil keputusan mengalami peningkatan tayangan iklan hingga 60 persen.
Dengan latar belakang ini, jelas bahwa representasi Latinos yang lebih baik bukan hanya soal keadilan, tetapi juga peluang ekonomi besar yang belum sepenuhnya digarap oleh Hollywood.
Dampak Representasi Latinos dalam Musik
Tidak hanya di film dan televisi, musik juga menjadi arena di mana orang Latin berhasil menorehkan prestasi besar. Pada 2022, pendapatan dari musik Latin mencapai $1,1 miliar, rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan tingkat pertumbuhan 24 persen.
Artis-artis seperti Shakira, Ricky Martin, Jennifer Lopez, dan Bad Bunny telah membawa musik Latin ke panggung dunia, melampaui batasan genre dan bahasa. Pertunjukan paruh waktu Super Bowl 2020 yang dipimpin oleh Shakira dan Jennifer Lopez menarik lebih dari 100 juta penonton, menunjukkan bahwa budaya Latin memiliki daya tarik universal.
Seiring dengan meningkatnya kolaborasi antara artis Latin dan non-Latin, seperti dalam hit "Despacito" oleh Luis Fonsi dan Daddy Yankee yang menampilkan Justin Bieber, pengaruh Latin dalam dunia musik terus memperluas jangkauan dan relevansinya secara global.
Mengapa Artis Latinos Masih Kurang Dilirik?
Meskipun kontribusi besar orang Latin dalam seni dan budaya, representasi mereka di Hollywood tetap berada di titik yang mengkhawatirkan. Hanya 4 persen dari peran utama di film-film AS diisi oleh aktor Latinos, sementara representasi di balik layar bahkan lebih rendah. Hanya sekitar 5,5 persen eksekutif C-suite di perusahaan media AS adalah orang Latin.
Kurangnya representasi dalam peran-peran kunci di belakang layar turut memengaruhi narasi yang sampai ke penonton. Film yang tidak dipimpin oleh kreator Latinos cenderung menggambarkan karakter Latinos dalam cerita bertema kejahatan, sedangkan film dengan kreator Latin lebih sering menonjolkan tema keluarga dan budaya positif lainnya.
Kurangnya showrunner dan sutradara Latinos memperparah situasi, sehingga peluang bagi talenta Latinos lainnya juga berkurang.
Pelajaran Bagi Industri Film Indonesia
Permasalahan representasi Latinos di Hollywood dapat menjadi pembelajaran penting bagi industri film dan kreatif di Indonesia.
Seperti halnya orang Latin di Hollywood, kelompok etnis minoritas dari beberapa pelosok negeri di Indonesia juga sering kali kurang terwakili di layar maupun di belakang layar. Rendahnya keterlibatan dalam peran-peran kunci seperti sutradara, produser, dan penulis menyebabkan cerita-cerita dari berbagai daerah dan budaya Indonesia kurang terekspos.
Hollywood menunjukkan bahwa ketika orang Latin mengambil peran kreatif utama, kesempatan bagi bakat Latino lainnya meningkat. Indonesia dapat belajar dari ini dengan mendorong keterlibatan lebih banyak kreator lokal dari berbagai daerah dan budaya.
Dengan menghindari stereotip dan membuka ruang bagi cerita yang lebih beragam, industri kreatif Indonesia bisa tumbuh lebih inklusif dan kaya akan perspektif budaya.
Selain itu, pentingnya dukungan pemasaran untuk karya yang berfokus pada budaya lokal juga perlu diperhatikan, seperti tantangan yang dihadapi di Hollywood dalam mempromosikan film dengan bakat Latinos.
Kesadaran akan pentingnya representasi, baik di layar maupun di balik layar, bisa membuka peluang baru bagi bakat-bakat lokal dan memperkaya industri kreatif Indonesia secara keseluruhan.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H