Di era bisnis modern yang terus berubah, konsep memanusiakan bisnis semakin menjadi fokus utama bagi para pemimpin di berbagai industri. Tidak lagi hanya tentang keuntungan atau efisiensi operasional, tetapi juga tentang bagaimana bisnis dapat menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi, di mana kesejahteraan karyawan, koneksi sosial, dan keberlanjutan menjadi prioritas.
Seiring dengan perubahan ini, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa cara terbaik untuk meraih kesuksesan jangka panjang adalah dengan menempatkan kemanusiaan di pusat strategi bisnis mereka.
Dari penelitian yang menunjukkan bahwa orang cenderung bertahan dan berkembang dalam suatu pekerjaan ketika mereka memiliki teman di kantor, hingga inisiatif-inisiatif besar yang mendukung kesejahteraan karyawan, memanusiakan bisnis tidak hanya berhubungan dengan hasil finansial tetapi juga dengan menciptakan lingkungan yang mendukung interaksi sosial dan kepedulian satu sama lain.
Di tengah pengaturan kerja yang semakin fleksibel dan tingginya pergantian karyawan, koneksi yang bermakna menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Pemimpin yang Memanusiakan Bisnis: Belajar dari Pengalaman
Contoh nyata dari pemimpin yang menerapkan filosofi ini adalah Sunny Gurpreet Singh, yang mendirikan perusahaan teknologi kesehatan Edifecs dan kemudian mendirikan Roundglass setelah berjuang melawan kelelahan serius.
Setelah dua dekade bekerja keras, Singh menyadari bahwa kelelahan fisik dan mental dapat merusak lebih dari sekadar produktivitas, tetapi juga mengancam kesehatan pribadi. Singh kemudian mengundurkan diri sebagai CEO Edifecs untuk berfokus penuh pada misi baru: membina kesejahteraan diri dan komunitas.
Melalui yayasannya, Singh berinvestasi dalam keberlanjutan, pemberdayaan pemuda, kesehatan mental, dan pemberdayaan perempuan, terutama di tanah kelahirannya, Punjab.
Kisah Singh menunjukkan bahwa pemimpin bisnis yang peduli pada kesehatan mental dan kesejahteraan karyawannya dapat menciptakan dampak yang signifikan, tidak hanya dalam perusahaan tetapi juga di komunitas yang lebih luas. Koneksi, kesehatan mental, dan dukungan sosial menjadi pilar utama dalam menjalankan bisnis yang lebih manusiawi.
Singh bahkan mempraktikkan filosofi ini dengan mengadakan acara seperti makan malam CEO Fortune di Seattle, di mana para pemimpin berbagi cerita dan mempererat hubungan antar satu sama lain---menunjukkan bahwa di balik kesuksesan bisnis ada kebutuhan untuk terhubung secara personal.
Pelajaran dari Indonesia: Bisnis yang Mengedepankan Kemanusiaan
Indonesia juga tidak ketinggalan dalam memanusiakan bisnis. Perusahaan-perusahaan besar seperti Gojek, Unilever, dan Bukalapak menunjukkan bahwa kesejahteraan karyawan dan komunitas dapat berjalan seiring dengan kesuksesan bisnis.
Di Gojek, misalnya, Nadiem Makarim membangun ekosistem yang mendukung mitra pengemudinya, memberikan akses kepada layanan kesehatan dan program pelatihan keterampilan untuk meningkatkan taraf hidup. Program "Swadaya" yang menawarkan diskon pada kebutuhan sehari-hari menjadi salah satu contoh nyata dari cara perusahaan memanusiakan mitra bisnisnya.
Unilever Indonesia mempromosikan "sustainable living" sebagai bagian dari upaya mereka untuk mendukung kesehatan dan keseimbangan hidup karyawan. Selain itu, melalui program Green and Clean, Unilever mendorong pengelolaan sampah berbasis komunitas yang tidak hanya bertujuan melindungi lingkungan, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.
Demikian pula, Bukalapak mendukung para pelaku UMKM dengan memberi mereka akses ke pasar yang lebih luas, mendorong pertumbuhan ekonomi sambil memperkuat komunitas lokal.
Di sisi lain, Tanoto Foundation, yayasan yang didirikan oleh Sukanto Tanoto, menunjukkan bagaimana bisnis dapat memberikan dampak sosial melalui pendidikan. Melalui program beasiswa dan pembangunan sekolah, Tanoto Foundation membantu masyarakat untuk tumbuh dan berkembang, menciptakan efek jangka panjang bagi komunitas di seluruh Indonesia.
Nilai-Nilai Bersama dan Koneksi di Tempat Kerja
Penelitian menunjukkan bahwa memiliki teman di tempat kerja dapat meningkatkan retensi karyawan dan membuat mereka lebih bahagia. Di dunia kerja yang semakin fleksibel, mudah untuk melupakan pentingnya terhubung dengan orang lain berdasarkan minat dan nilai yang sama.
Hal ini terutama dirasakan oleh para imigran seperti Singh yang datang ke Amerika Serikat, tertarik oleh nilai-nilai bersama seperti kesempatan yang setara, kebebasan, dan inklusivitas. Nilai-nilai ini, yang juga menjadi daya tarik bagi banyak orang di seluruh dunia, harus diperkuat dalam kehidupan bisnis sehari-hari, terutama ketika kita memasuki era baru dalam dinamika tempat kerja.
Dengan pemilihan umum yang semakin dekat di banyak negara, ada harapan bahwa nilai-nilai tersebut akan diperkuat, menciptakan iklim yang lebih baik untuk para pemimpin bisnis yang ingin memanusiakan organisasi mereka.
Mereka yang merangkul nilai-nilai bersama dan menjalin koneksi di tempat kerja akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dan memimpin organisasi mereka menuju masa depan yang lebih manusiawi dan berkelanjutan.
Penutup: Membangun Bisnis yang Memanusiakan
Pada akhirnya, bisnis yang memanusiakan bukan hanya tren, tetapi sebuah kebutuhan dalam dunia yang semakin kompleks. Para pemimpin yang berani merangkul kemanusiaan, baik dalam bentuk kesehatan mental, kesejahteraan fisik, atau koneksi sosial, akan mampu menciptakan organisasi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Contoh dari para pemimpin seperti Sunny Gurpreet Singh dan perusahaan-perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa memanusiakan bisnis dapat menciptakan dampak positif, tidak hanya bagi karyawan tetapi juga bagi komunitas dan masyarakat yang lebih luas.
Membina koneksi, mendukung kesejahteraan, dan memegang teguh nilai-nilai bersama adalah cara untuk membangun bisnis yang lebih manusiawi---dan, pada akhirnya, bisnis yang lebih sukses dan bertahan lama.
Penulis: Merza Gamal (Advisor & Konsultan Transformasi Corporate Culture)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI