Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mungkinkah Zaken Kabinet Diterapkan di Indonesia?

11 September 2024   07:44 Diperbarui: 11 September 2024   07:46 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Presiden terpilih Prabowo Subianto telah mengutarakan keinginannya untuk menerapkan Zaken Kabinet di Indonesia. Konsep ini, yang mengutamakan profesionalisme dan kompetensi dalam mengisi jabatan menteri, memunculkan pertanyaan besar: Seberapa realistisnya konsep ini diterapkan dalam sistem politik Indonesia?

Apakah Prabowo mampu mewujudkannya di tengah dinamika politik yang sarat kepentingan partai? Mari kita kaji lebih dalam potensi, tantangan, serta peluang Zaken Kabinet di Indonesia.

Apa Itu Zaken Kabinet?

Zaken Kabinet adalah kabinet yang diisi oleh para profesional atau teknokrat---orang-orang yang dipilih berdasarkan keahlian dan pengalaman teknis mereka, bukan karena afiliasi politik. Konsep ini sudah lama dipraktikkan di beberapa negara yang mengedepankan efisiensi pemerintahan dengan menteri yang benar-benar ahli di bidangnya.

Dalam konteks Indonesia, Zaken Kabinet menjadi wacana menarik karena selama ini kabinet kerap diisi oleh politisi yang ditunjuk oleh partai koalisi sebagai bagian dari perimbangan kekuasaan. Namun, jika kabinet lebih banyak diisi oleh profesional yang netral secara politik, ada harapan besar bahwa pemerintah bisa berjalan lebih efektif dan produktif.

Potensi Zaken Kabinet di Indonesia

Secara teori, Zaken Kabinet adalah pendekatan ideal untuk meningkatkan efektivitas dan kinerja pemerintahan. Pemerintahan yang dipimpin oleh para ahli di bidangnya memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat, akurat, dan berbasis data.

Langkah ini dapat memberikan kepercayaan publik yang lebih besar karena menteri yang diangkat dianggap lebih independen dan fokus pada kepentingan negara daripada kepentingan partai politik.

Namun, di Indonesia, di mana sistem politik multipartai sangat dominan, realisasi penuh Zaken Kabinet akan menghadapi tantangan besar. Partai-partai politik sering kali memegang kendali kuat dalam pengisian jabatan menteri sebagai bagian dari kesepakatan koalisi.

Hal tersebut membuat upaya sepenuhnya memisahkan kabinet dari pengaruh partai politik menjadi tugas yang sangat sulit.

Tantangan Mewujudkan Zaken Kabinet

Meskipun konsep Zaken Kabinet terdengar ideal dan menawarkan prospek yang menarik untuk memperbaiki efektivitas pemerintahan, mewujudkannya di Indonesia tidaklah mudah. Sistem politik Indonesia yang kompleks, dengan banyaknya partai politik dan budaya kompromi dalam koalisi pemerintahan, menciptakan tantangan tersendiri.

Peralihan dari model kabinet yang kental dengan kepentingan politik menuju kabinet teknokrat membutuhkan keberanian dan strategi jangka panjang yang matang. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang akan dihadapi dalam proses mewujudkan Zaken Kabinet di Indonesia:

  1. Tekanan Partai Politik: Dalam sistem politik Indonesia, partai politik yang tergabung dalam koalisi pengusung presiden hampir selalu menuntut jatah kursi di kabinet. Apabila partai-partai ini tidak terakomodasi, presiden bisa kehilangan dukungan politik di parlemen, yang tentunya akan mempengaruhi kelancaran pemerintahan.
  2. Budaya Politik Indonesia: Budaya politik yang berorientasi pada konsensus dan koalisi di Indonesia membuat pemisahan antara teknokrat dan politisi di dalam kabinet menjadi sangat menantang. Meskipun ada ruang bagi teknokrat di beberapa posisi kunci, budaya politik yang ada masih menuntut adanya keterlibatan partai politik.
  3. Stabilitas Parlemen: Presiden membutuhkan dukungan yang solid di parlemen untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya. Jika seluruh posisi kunci di kabinet diisi oleh teknokrat, partai-partai politik yang merasa tersingkirkan mungkin akan menimbulkan gesekan politik yang berpotensi menghambat stabilitas pemerintahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun