Pada tahun 2022, saya berkesempatan mengikuti Kongres Halal Internasional (Halal International Congress) sebagai utusan Perhimpunan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI). Kongres ini diikuti oleh 30 negara dan dihadiri oleh 350 peserta secara offline serta ribuan lainnya secara online.
Dari kongres tersebut, banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik, terutama dari negara-negara non-OKI (Organisasi Kerjasama Islam) yang mayoritas penduduknya non-Muslim, seperti Jepang, Jerman, Spanyol, dan Taiwan. Mereka berhasil mengembangkan produk dan pariwisata halal secara signifikan.
Dalam tulisan ini, saya akan membahas bagaimana Taiwan berhasil mengembangkan produk halal dan pariwisata halal hingga dapat berkontribusi dalam pasar halal dunia melalui integrasi sumber daya internasional, yang saya dengar langsung dari Dr. Nurundin N.H. Ting, Chairman Barakah Taiwan Halal Hub Co. Ltd.
Pengalaman ini menjadi pelajaran penting bagi Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim, untuk lebih serius membangun bisnis wisata halal.
Taiwan dan Keberhasilannya dalam Pariwisata Halal
Sejak tahun 2015, Taiwan telah masuk dalam 10 destinasi teratas non-OKI di peringkat Global Muslim Travel Index (GMTI). Bahkan, pada tahun 2023 yang lalu, Taiwan berhasil meraih posisi ketiga, di bawah Singapura dan Inggris. Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya agresif pemerintah Taiwan dalam mempromosikan pariwisata halal dan produk halal di negaranya.
Pemerintah Taiwan, melalui Kementerian Ekonomi, membentuk Taiwan Halal Center pada tahun 2017 untuk mempromosikan ekspor produk halal Taiwan. Langkah ini diikuti dengan pemberian insentif sertifikasi produk halal, promosi pariwisata halal secara global.
Pemerintah juga turut serta berperan dalam menyiapkan lingkungan yang ramah Muslim, termasuk ruang sholat dan hotel dengan sertifikasi halal. Tidak berhenti di situ, Taiwan juga mendirikan Barakah Taiwan Halal Hub pada tahun 2018 untuk memperkuat posisi Taiwan dalam industri halal global.
Melalui Barakah Taiwan Halal Hub, mereka tidak hanya mengembangkan produk F&B halal, tetapi juga produk perawatan kulit halal, wisata medis ramah Muslim, hingga teknologi bio-med halal. Taiwan bahkan mengintegrasikan pendekatan Bio-Circular-Green (BCG) dalam produk halalnya, yang mendukung keberlanjutan dan ramah lingkungan.Â
Kesuksesan ini tidak terlepas dari inisiatif Biro Pariwisata Taiwan (MOTC) yang telah berkomitmen untuk menciptakan lingkungan ramah Muslim. Langkah-langkah yang diambil meliputi penyediaan ruang sholat di tempat-tempat wisata, sertifikasi halal untuk hotel dan restoran, serta pelatihan staf pariwisata agar memahami kebutuhan wisatawan Muslim.
Selain itu, Taiwan juga berhasil mengembangkan wisata medis ramah Muslim. Rumah sakit di Taiwan, seperti Rumah Sakit Kota Taipei, telah mengadopsi kebijakan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pasien Muslim. Rumah sakit ini telah menerapkan standar Ramah Muslim yang mencakup kebijakan halal, prosedur operasi standar (SOP) halal, dan membentuk komite khusus yang mengawasi implementasi layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Kontribusi Taiwan terhadap Industri Halal dan Pariwisata Halal Indonesia
Pengalaman Taiwan ini menawarkan banyak pelajaran bagi Indonesia. Melalui kerjasama antara Barakah Taiwan Halal Hub dan Artford International Group Ltd., Taiwan telah berhasil membangun model pembiayaan syariah untuk mendukung proyek-proyek ramah lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST). Skema ini menunjukkan komitmen Taiwan dalam mengintegrasikan standar halal dengan prinsip keberlanjutan.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk mengikuti jejak Taiwan dalam mengembangkan produk halal dan pariwisata halal.Â
Taiwan menunjukkan bahwa dengan integrasi sumber daya internasional, inovasi teknologi, dan dukungan pemerintah yang kuat, industri halal dapat tumbuh pesat dan memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi negara.
Dengan kolaborasi antara Indonesia dan Taiwan, diharapkan pariwisata halal di Indonesia bisa lebih maju, terutama dalam mengadopsi teknologi dan standar internasional yang diterapkan oleh Taiwan.
Langkah Konkret Membangun Pariwisata Halal yang Berkelanjutan
Pengalaman Taiwan dalam mengembangkan produk dan pariwisata halal menjadi inspirasi berharga bagi Indonesia. Dengan potensi besar sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang emas untuk menjadi pemimpin dalam industri halal global.
Langkah-langkah yang diambil Taiwan, mulai dari inovasi teknologi hingga integrasi sumber daya internasional, bisa menjadi contoh yang layak diikuti untuk memperkuat ekosistem halal dalam negeri.
Indonesia perlu memanfaatkan kekayaan budaya dan keindahan alamnya untuk menciptakan destinasi wisata yang tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga ramah bagi wisatawan Muslim. Pengembangan pariwisata halal harus mencakup semua aspek, mulai dari akomodasi yang bersertifikat halal, restoran dengan menu halal, hingga penyediaan fasilitas ibadah di berbagai destinasi wisata.
Selain itu, pelatihan dan pendidikan untuk pelaku industri pariwisata mengenai kebutuhan dan ekspektasi wisatawan Muslim juga harus menjadi prioritas.
Untuk menjadi referensi bagi banyak pihak, Indonesia bisa mengambil langkah lebih jauh dengan:
- Mengadakan Forum Pariwisata Halal Nasional:Â Mengundang para pemangku kepentingan dari sektor pariwisata, industri, dan lembaga sertifikasi halal untuk berdiskusi dan berbagi pengalaman. Forum ini bisa menjadi ajang untuk merumuskan langkah konkret dalam membangun ekosistem pariwisata halal yang Moslem Friendly.
- Melakukan Kolaborasi dengan Negara Non-OKI:Â Seperti yang dilakukan Taiwan, Indonesia dapat menjalin kerjasama dengan negara-negara non-OKI yang sukses dalam mengembangkan pariwisata halal. Ini akan membuka peluang pertukaran pengetahuan, teknologi, dan standar sertifikasi yang bisa diterapkan di Indonesia.
- Menciptakan Pusat R&D Halal: Selain mengembangkan pariwisata halal, Indonesia perlu fokus pada riset dan pengembangan produk halal yang inovatif. Dengan adanya pusat riset ini, Indonesia bisa menjadi pionir dalam menciptakan produk-produk halal yang tidak hanya memenuhi standar nasional, tetapi juga standar internasional.
- Memanfaatkan Teknologi Digital untuk Promosi Pariwisata Halal:Â Teknologi digital dan media sosial bisa menjadi alat yang ampuh untuk mempromosikan destinasi wisata halal Indonesia ke pasar global. Pembuatan aplikasi yang memudahkan wisatawan Muslim untuk menemukan hotel, restoran, dan fasilitas ibadah ramah Muslim di berbagai daerah di Indonesia bisa menjadi langkah strategis.
Dengan mengambil pelajaran dari Taiwan dan negara lain, Indonesia dapat menciptakan pariwisata halal yang lebih inklusif dan kompetitif di pasar internasional. Melalui inovasi, kolaborasi, dan komitmen dari semua pihak, Indonesia bisa menjadi salah satu tujuan utama wisata halal dunia, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui industri pariwisata yang berkelanjutan dan ramah Muslim.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H