Menjawab Tantangan
Industri mode global, termasuk di Indonesia, menghasilkan lebih dari 1 gigaton karbon dioksida setara pada tahun 2019, yang menyumbang sekitar 2% dari total emisi gas rumah kaca global.
Pertumbuhan mode cepat (fast fashion) semakin memperparah masalah ini, menjadikan industri pakaian sebagai target kritik karena mendorong konsumsi berlebihan, produksi massal yang cepat, dan menghasilkan sampah plastik dalam jumlah besar.
Tekanan untuk mengurangi dampak lingkungan semakin meningkat, baik dari regulasi pemerintah maupun tuntutan konsumen yang semakin peduli terhadap keberlanjutan.
Sebagai tanggapan, perusahaan mode mulai bereksperimen dengan bahan yang lebih berkelanjutan, beralih dari bahan bakar fosil, dan menguji model bisnis yang tidak terlalu bergantung pada produk baru. Salah satu inisiatif yang diandalkan adalah Science Based Targets (SBTi), yang bertindak sebagai verifikator utama target iklim perusahaan.
Namun demikian, upaya untuk mencapai target ini masih jauh dari mudah. Matt Dwyer, wakil presiden dampak dan inovasi produk di Patagonia Inc., menegaskan bahwa SBTi hanya memberikan sasaran dan beberapa panduan penghitungan, tanpa memberikan petunjuk rinci tentang cara mencapainya.
Di Indonesia, sejumlah perusahaan mode juga mulai melaporkan emisi mereka kepada lembaga-lembaga seperti CDP (Carbon Disclosure Project) dan mengikuti standar internasional dalam pengelolaan dampak lingkungan.
Namun, kesulitan dalam melacak dan melaporkan emisi, ditambah dengan ketidakkonsistenan dalam pelaporan, membuat evaluasi kemajuan perusahaan menjadi sulit. Hal ini terutama berlaku untuk perusahaan yang memiliki rantai pasokan yang kompleks dan tersebar di berbagai wilayah.
Meski demikian, ada perkembangan positif. Tinjauan CDP terhadap 100 perusahaan mode dengan komitmen iklim menunjukkan bahwa 80% dari mereka melaporkan emisi mereka tahun lalu, naik dari 40% di tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa kesadaran dan transparansi di industri mode semakin meningkat, meskipun masih banyak tantangan yang harus diatasi.
Kesimpulan
Meskipun pelacakan emisi di industri mode, baik global maupun di Indonesia, masih penuh dengan tantangan, tekanan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan semakin besar.
Perusahaan-perusahaan mode perlu meningkatkan upaya mereka untuk lebih transparan dalam melaporkan jejak karbon mereka dan mengambil langkah-langkah nyata untuk mengurangi emisi di seluruh rantai pasokan mereka.