Berita meninggalnya ekonom senior Faisal Basri pada awal September 2024 mengejutkan banyak pihak. Sosok yang dikenal vokal dan kritis terhadap berbagai kebijakan pemerintah ini pergi begitu mendadak, hanya beberapa hari setelah kembali dari Medan.
Di sana ia terlibat dalam perdebatan sengit mengenai isu Blok Medan yang melibatkan penguasa Kota Medan, yang juga merupakan menantu penguasa tertinggi Republik Indonesia yang sebentar lagi akan habis masa jabatannya. Bagi banyak orang, wafatnya Faisal Basri bukan hanya kehilangan seorang ekonom, tetapi juga seorang pejuang keadilan ekonomi yang gigih.
Sebagai salah satu mahasiswanya pada program S2 tahun 2001-2002, saya merasa sangat kehilangan. Faisal Basri bukan hanya seorang pengajar yang inspiratif, tetapi juga seorang sahabat dan mentor yang rendah hati.
Saya juga sering mendengarkannya kala mengisi kajian ekonomi di kantor saya dulu, di sebuah bank nasional, di mana beliau selalu datang dengan menenteng ransel kesayangannya. Penampilan yang bersahaja ini tidak mengurangi ketajaman pikirannya, yang selalu menyuarakan transparansi, keadilan, dan kepentingan masyarakat luas.
Perjalanan Karier yang Menginspirasi
Faisal Basri dikenal sebagai salah satu ekonom paling berpengaruh di Indonesia. Dalam kariernya yang panjang, ia sering menjadi juru bicara bagi mereka yang merasa tertindas oleh kebijakan ekonomi yang tidak adil.
Kritik-kritiknya terhadap pemerintah, terutama terhadap kebijakan ekonomi yang ia anggap merugikan rakyat kecil, sering kali menjadi sorotan media. Faisal tidak segan-segan menantang kepentingan besar, termasuk kartel-kartel usaha yang menurutnya memperburuk ketimpangan ekonomi di Indonesia.
Selain itu, Faisal Basri juga dikenal sebagai seorang akademisi dan peneliti yang produktif. Ia kerap menulis artikel ilmiah dan opini yang disebarkan secara luas di berbagai media massa. Dalam setiap tulisannya, Faisal selalu berusaha memberikan analisis yang mendalam dan berimbang, tanpa kehilangan keberanian untuk menyuarakan kebenaran yang ia yakini.
Kronologi Wafatnya
Perjalanan Faisal Basri ke Medan pada akhir Agustus 2024 rupanya menjadi perjalanan terakhirnya. Sepulang dari Medan pada hari Ahad, 1 September, ia mengalami muntah-muntah yang kemudian memburuk hingga harus dibawa ke Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta, pada Senin, 2 September.
Dokter mendiagnosis adanya gangguan jantung dan merencanakan tindakan pada hari Kamis, 5 September. Namun, pada dini hari sekitar pukul 02.00, Faisal mengalami kondisi yang memburuk dan dinyatakan wafat pada pukul 03.50. Hal yang menambah kontroversi adalah kabar burung yang beredar di medsos bahwa ada oknum yang melarang dilakukan autopsi terhadap jenazahnya.
Kabar ini memunculkan berbagai spekulasi di kalangan masyarakat, terutama mengingat Faisal baru saja terlibat dalam isu besar di Medan yang menyentuh kepentingan ekonomi dan politik tingkat tinggi. Banyak pihak yang mempertanyakan, jika benar Faisal wafat karena serangan jantung, mengapa ada yang melarang autopsi?
Kontroversi yang Beredar di Media Sosial