Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Punya Teman Tone Deaf Banget, Harus Gimana Ya?

29 Agustus 2024   20:05 Diperbarui: 29 Agustus 2024   20:20 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan AI:Copilot.Microsoft

Setiap kali menghadapi dilema ini, saya mencoba mendengarkan intuisi saya sendiri. Kalau hubungan itu penting, saya lebih memilih untuk berusaha memahami dan memberi mereka kesempatan untuk berubah. Tapi, kalau hubungan itu justru terus menguras energi saya, nggak ada salahnya untuk menjaga jarak.

Bagaimana Reaksi Mereka?

Dari pengalaman saya, ketika berbicara dengan teman tentang sikap mereka yang kurang peka, reaksi mereka bisa macam-macam. Ada yang langsung sadar dan berusaha memperbaiki diri.

Mereka mulai lebih hati-hati dalam berbicara dan berusaha lebih memahami perasaan orang lain. Tapi, ada juga yang menolak kritik dan merasa mereka tidak melakukan kesalahan.

Dalam situasi ini, saya mencoba memberi mereka waktu untuk mencerna apa yang saya sampaikan. Kalau mereka tetap tidak mau berubah, mungkin memang sudah saatnya saya mempertimbangkan ulang seberapa penting hubungan itu untuk saya.

Akhir Kata

Berhadapan dengan orang tone deaf memang nggak mudah. Terkadang, kita harus melindungi diri sendiri, tapi di sisi lain, memberi orang lain kesempatan untuk belajar dan berubah juga bisa menjadi langkah yang berarti.

Pada akhirnya, kunci dari semua ini adalah keseimbangan antara menjaga kesehatan mental kita sendiri dan tetap berusaha memahami orang lain.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan AI:Copilot.Microsoft
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dengan AI:Copilot.Microsoft

Ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda, dan sikap mereka mungkin terbentuk dari pengalaman yang tidak kita ketahui. Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang mereka, namun jangan pernah mengorbankan kesehatan mental dan kebahagiaan kita sendiri. Berikan ruang untuk pertumbuhan bagi diri kita dan mereka yang ada di sekitar kita.

Saat kita menghadapi orang yang tone deaf, penting untuk tidak kehilangan harapan. Melalui komunikasi yang baik, kesabaran, dan ketegasan, kita bisa menciptakan perubahan yang positif---baik dalam hubungan kita dengan orang lain maupun dalam kesejahteraan diri kita sendiri.

Pada akhirnya, kita semua adalah pembelajar, dan melalui proses ini, kita bisa menjadi versi yang lebih baik dari diri kita sendiri.

Jadi, ketika menghadapi teman atau orang dekat yang tone deaf, ingatlah bahwa kita punya kendali atas bagaimana kita merespons. Jadikan setiap interaksi sebagai kesempatan untuk tumbuh dan belajar, baik bagi diri kita maupun orang lain.

Tetap semangat, dan jangan ragu untuk melangkah dengan bijaksana dalam menghadapi tantangan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun