Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari ini Saya menjadi Kompasianer "Fanatik"

21 Agustus 2024   20:00 Diperbarui: 21 Agustus 2024   20:04 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal dari Tangkapan Layar Kompasiana

Kisah Perjalanan Penuh Semangat di Kompasiana: Dari Tantangan Menuju Legacy, Dari Penjelajah ke Fanatik

Kompasiana merupakan lebih dari sekadar platform penulisan; ia adalah komunitas penulis yang bersemangat. Meskipun ada perubahan dalam dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh para penulis, semangat untuk berbagi ilmu dan inspirasi tetap ada. Kompasiana adalah tempat di mana pengetahuan menjadi berharga dan dihargai.

Saya sendiri telah menjadi bagian dari Kompasiana sejak awal munculnya pada tahun 2008. Aktivitas menulis saya di platform ini dimulai pada tahun 2011, dan saya terus berkontribusi hingga tahun 2015.

Akan tetapi, karena kesibukan dan keadaan hidup membuat saya vakum menulis untuk Kompasiana sejenak. Hingga tahun 2020, saat dunia dihadapkan pada pandemi COVID-19, minat menulis saya sebagai Kompasianer terbangkitkan kembali.

Perjalanan saya di Kompasiana sejak tahun 2008 bukanlah tanpa hambatan. Pada 4 Juni 2022, akun Kompasiana saya diblokir dengan tuduhan plagiasi terhadap tulisan sendiri, yang menyebabkan sebuah bank membatalkan rencana kerjasama dengan saya. Email saya juga terblokir di Kompas Media Group akibat blokir oleh Admin Kompasiana hingga hari ini.

Meskipun secara pribadi saya sudah memohon kepada SEO Kompasiana untuk membuka kembali blokir akun lama saya, tetapi mereka hingga hari ini tidak mendengarkan dan menanggapi permohonan saya.

Awalnya, saya ingin berhenti menjadi Kompasianer. Namun, atas saran dan dorongan dari beberapa teman, seperti Pak Tjiptadinata, Acek Rudy, Engkong Felix, dan Bu Isti, serta tantangan menulis hatrick selama 60 hari dari Omjay (Wijaya Kusumah), saya memutuskan untuk kembali menulis dengan akun baru.

Saya menyadari bahwa jika saya berhenti, citra saya sebagai plagiator yang dicap oleh Admin Kompasiana dapat melekat dan sulit untuk dibuang. Selain itu, saya merasa bahwa melalui menulis, saya dapat berbagi ilmu dan pengalaman yang bermanfaat bagi banyak orang.

Hari ini, saya merasa sangat bahagia karena saya telah mencapai poin di atas 50.000, yang berarti level saya di Kompasiana meningkat dari "Penjelajah" menjadi "Fanatik." Ini adalah pencapaian yang saya rayakan dengan penuh syukur dan semangat.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal dari Tangkapan Layar Kompasiana
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal dari Tangkapan Layar Kompasiana

Saat ini, ada tujuh level Kompasianer di Kompasiana: Debutan (100-500 poin), Junior (501-1.500 poin), Taruna (1.501-10.000 poin), Penjelajah (10.001-50.000 poin), Fanatik (50.001-100.000 poin), Senior (100.001-250.000 poin), dan Maestro (250.001-1.000.000 poin).

Perjalanan mencapai level Fanatik tentu saja bukan perjalanan yang mudah, tetapi setiap langkah dan tantangan yang dihadapi telah memberikan saya pelajaran berharga.

Menulis adalah tekad saya untuk berbagi ilmu dan pengalaman. Jika ilmu dan pengalaman tidak kita bagikan, maka akan hilang ditelan masa. Sebaliknya, jika kita bagikan dan menjadi jejak digital, itu akan menjadi legacy setelah kita tiada.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan dan rintangan, saya akan terus menulis di Kompasiana dengan semangat dan tekad yang tulus, untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi pembaca dan negeri tercinta, Indonesia.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Melalui tulisan-tulisan ini, saya berharap dapat menginspirasi banyak orang untuk tetap menulis, meskipun berbagai hambatan dan rintangan menghadang. Karena menulis bukan hanya tentang mengejar penghargaan atau pengakuan, tetapi juga tentang menyampaikan gagasan, berbagi pengetahuan, dan meninggalkan jejak yang bermanfaat bagi orang banyak.

Saya telah berkontribusi di banyak media mainstream seperti Kompas, Media Indonesia, Republika, Detik, dan banyak lagi. Namun, menulis di Kompasiana memberikan kepuasan yang berbeda. Di sini, saya bisa bebas berekspresi dan berbagi tanpa tekanan komersial, meski di balik itu ada tantangan yang tidak ringan.

Kompasiana telah menjadi tempat di mana saya dapat berbagi ilmu dan pengalaman dengan tujuan mulia: memberikan kontribusi yang berarti bagi masyarakat dan negeri tercinta, Indonesia. Bagi saya, menulis di Kompasiana bukan tentang mengejar penghargaan atau penghasilan, melainkan tentang berbagi dengan ikhlas.

Setiap tulisan yang saya bagikan di sini sering kali saya gunakan juga dalam berbagai sesi berbagi di berbagai korporasi dan institusi, di mana saya biasanya menerima imbalan untuk setiap sesi.

Selain menulis di Kompasiana, saya juga pernah diundang ke Malaysia oleh Malaysia Tourism Promotion Board dan Air Asia untuk menulis artikel tentang pengalaman wisata. Sheraton Group Asia Tenggara pernah mengundang saya menginap di hotel mereka dengan imbalan menulis artikel. Beberapa Pemerintah Daerah yang sedang mengembangkan destinasi wisata daerah mereka juga pernah mengundang saya untuk menulis artikel traveling.

Namun, perjalanan menulis di Kompasiana juga menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dengan sistem K-Reward yang tidak transparan. Banyak Kompasianer merasa kecewa karena sistem ini tidak selalu mencerminkan usaha dan jumlah pembaca yang mereka dapatkan.

Kurangnya responsivitas dan komunikasi dari admin juga menjadi masalah besar. Komentar, umpan balik, dan permintaan seringkali tidak direspon dengan baik, menimbulkan frustrasi di kalangan penulis.

Walaupun saya secara pribadi menjadi Kompasianer tidak untuk mendapatkan honor atau penghasilan, atau pun reward, tetapi saya hanya merasa sayang dan tidak ingin kehilangan komunitas yang berharga ini.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Saya berharap agar setiap kontributor diberikan kesempatan yang setara dan mendapatkan umpan balik yang konstruktif, sehingga semua Kompasianer dapat terus mengembangkan kemampuan menulis dan memberikan kontribusi yang berarti.

Menulis dan berbagi di Kompasiana dapat menjadi legacy ketika kita sudah meninggalkan dunia ini. Semoga semangat ini bisa terus hidup dan berkembang di kalangan Kompasianer dan penulis lainnya, demi masa depan yang lebih baik bagi kita semua.

Terus semangat, Kompasiana! Bersama, kita akan terus menulis untuk masa depan yang lebih cerah dan terinformasi.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

_____________________________________________

Semoga artikel sederhana ini dapat memberikan inspirasi dan semangat bagi pembaca serta memperkuat komunitas Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun