Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenang Semangat dan Pengorbanan Besar Bangsa Indonesia di Awal Kemerdekaan NKRI

17 Agustus 2024   13:49 Diperbarui: 17 Agustus 2024   13:59 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Elshinta.com

Menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-79 pada tanggal 17 Agustus 2024, kita patut mengenang dan menghargai pengorbanan besar yang dilakukan oleh para pendahulu kita.

Perjuangan kemerdekaan Indonesia bukanlah hasil dari satu individu atau kelompok saja, melainkan buah dari kerja keras, pengorbanan, dan cinta yang tulus dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk para Sultan, masyarakat Aceh, Minangkabau, dan banyak lagi yang tidak tercatat dalam sejarah.

Sumbangan Besar dari Sultan Hamengku Buwono IX dan Sultan Syarif Kasim II

Tidak banyak yang tahu bahwa di awal kemerdekaan, Indonesia hampir saja bangkrut karena kas negara yang kosong. Namun, dua sumbangan besar dari dua kesultanan telah menyelamatkan negara ini dari krisis ekonomi yang parah.

Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Yogyakarta menyumbang 6,5 juta gulden, setara dengan Rp 0,500 triliun, untuk kas negara. Sumbangan ini sangat berarti bagi pemerintah Indonesia yang baru berdiri, membantu negara bertahan di tengah gejolak politik dan ekonomi.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Kompas.id
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Kompas.id

Tak kalah besar, Sultan Syarif Kasim II dari Siak, Riau, memberikan sumbangan sebesar 13 juta gulden, setara dengan 69 juta euro atau Rp 1,074 triliun, sebagai modal untuk Republik Indonesia yang baru lahir. Sumbangan ini menunjukkan komitmen dan cinta yang mendalam dari Sultan Syarif Kasim II untuk kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Kontribusi Besar Masyarakat Aceh dan Sumatera Barat

Sumbangan masyarakat Aceh dan Sumatera Barat juga memainkan peranan yang sangat penting dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dakota RI-001 Seulawah, pesawat angkut pertama milik Republik Indonesia, dibeli dari sumbangan rakyat Aceh.

Pada 16 Juni 1948, di Hotel Kutaraja, Presiden Soekarno berhasil membangkitkan patriotisme rakyat Aceh melalui kepanitiaan yang diketuai oleh Djuned Yusuf dan Said Muhammad Alhabsji. Mereka berhasil mengumpulkan sumbangan setara dengan 20 kg emas, yang kemudian digunakan untuk membeli pesawat Dakota.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari indonesiadefense.com
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari indonesiadefense.com

Pesawat ini, yang diberi nama Seulawah atau "Gunung Emas," menjadi cikal bakal berdirinya Indonesian Airways, yang kemudian berkembang menjadi Garuda Indonesia. Kehadiran Dakota RI-001 Seulawah sangat signifikan dalam membangun konektivitas antara Jawa dan Sumatra, serta membuka jalur penerbangan internasional.

Avro Anson RI-003 dan RI-004 juga memiliki kisah heroik yang mengesankan. Pesawat Avro Anson RI-003, dibeli pada awal Desember 1947 dengan sumbangan emas dari masyarakat Sumatra Barat, digunakan sebagai sarana angkutan udara militer dan sipil.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Elshinta.com
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Elshinta.com

Upaya pembelian pesawat ini dimulai dengan dibentuknya Panitia Pusat Pengumpul Emas oleh Mohammad Hatta di Bukittinggi pada tanggal 27 September 1947. Panitia, yang dipimpin oleh Mr A Karim, Direktur Bank Negara, berhasil mengumpulkan emas sumbangan masyarakat Sumatra Barat seberat 14 kg, dan dibelikan pesawat terbang Avro Anson di Thailand, milik Paul H Keegan, warga negara Australia dan mantan penerbang RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris). Pesawat itu lalu didatangkan sendiri oleh Keegan ke lapangan udara Gadut, Bukittinggi.

Pada akhir bulan Desember 1947, Komodor Udara Iswahjoedi dan Komodor Udara Halim Perdanakusuma menerbangkan pesawat ini menembus blokade Belanda untuk menggalang dukungan dari Singapura dan Siam. Mereka memuat peralatan perang di Songkhla, Siam, tetapi pesawat kemudian jatuh di Tanjung Hantu, Malaya, dalam perjalanannya menuju Singapura, dan menewaskan semua awaknya.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari wikipedia
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari wikipedia

Sebagai pengganti RI-003, Avro Anson RI-004 dibeli pada awal Maret 1948 dengan dana sumbangan masyarakat Bukittinggi. Pesawat ini dibeli dari Wade Palmer, warga Skotlandia, dan diterbangkan oleh pilot Sudaryono.

Pesawat ini digunakan untuk pengantaran rute-rute Sumatra seperti ke Pekanbaru, Jambi, Tanjung Karang, dan Siborong-Borong. Namun, pesawat ini hancur ketika Lapangan Terbang Maguwo diserang oleh Belanda pada akhir 1948 dalam Agresi Militer II di Yogyakarta.

Warisan Pengorbanan yang Terus Menginspirasi

Cerita tentang sumbangan dari Sultan, masyarakat Aceh, dan Sumatera Barat menunjukkan betapa besarnya semangat persatuan dan pengorbanan rakyat Indonesia dalam menghadapi tantangan di awal kemerdekaan.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal/diolah dari Nukilan.com
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal/diolah dari Nukilan.com

Pengorbanan mereka tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga semangat dan inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan begitu keras.

Menghadapi peringatan kemerdekaan ke-79 ini, marilah kita mengenang dan menghargai semua pengorbanan tersebut, dan terus berkomitmen untuk menjaga negeri tercinta dari ancaman dan tantangan.

Semoga semangat persatuan dan pengorbanan ini terus menginspirasi kita untuk mencintai Indonesia dan mendukung prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" yang menyatukan kita sebagai bangsa.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Kompas.com
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal diolah dari Kompas.com

Hidup Indonesia, Negeri ku Tercinta!

Terus Semangat!!!

Tetap Semangat!!

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun