Pesawat ini, yang diberi nama Seulawah atau "Gunung Emas," menjadi cikal bakal berdirinya Indonesian Airways, yang kemudian berkembang menjadi Garuda Indonesia. Kehadiran Dakota RI-001 Seulawah sangat signifikan dalam membangun konektivitas antara Jawa dan Sumatra, serta membuka jalur penerbangan internasional.
Avro Anson RI-003 dan RI-004 juga memiliki kisah heroik yang mengesankan. Pesawat Avro Anson RI-003, dibeli pada awal Desember 1947 dengan sumbangan emas dari masyarakat Sumatra Barat, digunakan sebagai sarana angkutan udara militer dan sipil.
Upaya pembelian pesawat ini dimulai dengan dibentuknya Panitia Pusat Pengumpul Emas oleh Mohammad Hatta di Bukittinggi pada tanggal 27 September 1947. Panitia, yang dipimpin oleh Mr A Karim, Direktur Bank Negara, berhasil mengumpulkan emas sumbangan masyarakat Sumatra Barat seberat 14 kg, dan dibelikan pesawat terbang Avro Anson di Thailand, milik Paul H Keegan, warga negara Australia dan mantan penerbang RAF (Angkatan Udara Kerajaan Inggris). Pesawat itu lalu didatangkan sendiri oleh Keegan ke lapangan udara Gadut, Bukittinggi.
Pada akhir bulan Desember 1947, Komodor Udara Iswahjoedi dan Komodor Udara Halim Perdanakusuma menerbangkan pesawat ini menembus blokade Belanda untuk menggalang dukungan dari Singapura dan Siam. Mereka memuat peralatan perang di Songkhla, Siam, tetapi pesawat kemudian jatuh di Tanjung Hantu, Malaya, dalam perjalanannya menuju Singapura, dan menewaskan semua awaknya.
Sebagai pengganti RI-003, Avro Anson RI-004 dibeli pada awal Maret 1948 dengan dana sumbangan masyarakat Bukittinggi. Pesawat ini dibeli dari Wade Palmer, warga Skotlandia, dan diterbangkan oleh pilot Sudaryono.
Pesawat ini digunakan untuk pengantaran rute-rute Sumatra seperti ke Pekanbaru, Jambi, Tanjung Karang, dan Siborong-Borong. Namun, pesawat ini hancur ketika Lapangan Terbang Maguwo diserang oleh Belanda pada akhir 1948 dalam Agresi Militer II di Yogyakarta.
Warisan Pengorbanan yang Terus Menginspirasi
Cerita tentang sumbangan dari Sultan, masyarakat Aceh, dan Sumatera Barat menunjukkan betapa besarnya semangat persatuan dan pengorbanan rakyat Indonesia dalam menghadapi tantangan di awal kemerdekaan.
Pengorbanan mereka tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga semangat dan inspirasi bagi generasi berikutnya untuk terus menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang telah diperjuangkan dengan begitu keras.
Menghadapi peringatan kemerdekaan ke-79 ini, marilah kita mengenang dan menghargai semua pengorbanan tersebut, dan terus berkomitmen untuk menjaga negeri tercinta dari ancaman dan tantangan.
Semoga semangat persatuan dan pengorbanan ini terus menginspirasi kita untuk mencintai Indonesia dan mendukung prinsip "Bhinneka Tunggal Ika" yang menyatukan kita sebagai bangsa.