Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Merenungkan Kembali Kebijakan Penyediaan Alat Kontrasepsi Bagi Remaja: 17 Tahun Lalu Saya Dihujat Ibu-Ibu karena Mengkritik Hal Tersebut

7 Agustus 2024   19:57 Diperbarui: 7 Agustus 2024   20:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diolah dengan AI: copilot.microsoft.com, dokumentasii pribadi Merza Gamal

Perilaku seksual pranikah tidak hanya memiliki implikasi kesehatan fisik, seperti risiko infeksi PMS dan kehamilan yang tidak diinginkan, tetapi juga dampak psikologis dan sosial yang serius. Remaja yang terlibat dalam hubungan seksual pranikah cenderung menghadapi tekanan emosional, stres, dan kecemasan.

Selain itu, aktivitas ini dapat mengganggu fokus dan perkembangan akademik serta menjauhkan remaja dari nilai-nilai moral dan etika yang dijunjung tinggi dalam budaya kita.

Efek Penyediaan Alat Kontrasepsi terhadap Perlindungan Anak

Membaca tulisan Bu Yana Haudy, seorang pakar parenting terkemuka Indonesia, "Efek Penyediaan Alat Kontrasepsi di PP 28/2024 terhadap Perlindungan Anak" di Kompasiana, 6 Agustus 2024 membuat saya sangat terkesima.

Mungkin, penyediaan alat kontrasepsi dapat berfungsi sebagai alat peraga edukasi seksual, membantu remaja memahami konsekuensi dari aktivitas seksual. Akan tetapi, tanpa disertai dengan edukasi yang memadai tentang nilai-nilai moral, risiko, dan tanggung jawab, hal ini bisa saja ditafsirkan sebagai lampu hijau bagi remaja untuk melakukan aktivitas seksual.

Untuk itu, penting bagi pemerintah, pendidik, dan orang tua untuk bekerja sama dalam memberikan pendidikan yang komprehensif mengenai seksualitas, yang tidak hanya fokus pada aspek biologis tetapi juga nilai-nilai moral dan etika.

Edukasi ini harus menekankan pentingnya menunda aktivitas seksual hingga setelah menikah, menghormati tubuh sendiri dan orang lain, serta memahami tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan mereka. Bukan malah menyediakan alat kontrasepsi untuk mereka yang akan mengundang mereka untuk mencoba menggunakannya.

Kesimpulan

Kebijakan penyediaan alat kontrasepsi bagi remaja merupakan isu kompleks yang memerlukan pendekatan yang hati-hati. Dari sudut pandang konservatif, kebijakan ini perlu dipertimbangkan ulang agar tidak memberikan pesan yang salah kepada remaja.

Perlindungan anak harus tetap menjadi prioritas utama, dan hal ini bisa dicapai melalui edukasi yang berbasis nilai-nilai moral dan etika, serta penguatan peran keluarga dan masyarakat dalam membimbing generasi muda.

Remaja adalah aset bangsa, dan masa depan mereka sangat bergantung pada nilai-nilai yang kita tanamkan sejak dini. Mari bersama-sama menjaga dan membimbing mereka menuju kehidupan yang lebih baik dan bermartabat, sesuai dengan nilai-nilai luhur yang telah menjadi warisan budaya kita.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Catatan: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun