Para pedagang Melayu, termasuk yang berasal dari Pangkalan, memainkan peran vital dalam jaringan perdagangan ini. Mereka menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan Kesultanan Sambas dan memanfaatkan jalur sungai untuk distribusi barang.
Dua mimbar kutbah kembar yang dibawa dari Kesultanan Sambas ke Pangkalan dan Pekanbaru bukan hanya sekadar artefak budaya, tetapi juga simbol dari hubungan erat dan kompleks yang terjalin antara berbagai wilayah di Nusantara.
Refleksi Akhir
Kisah mimbar kutbah kembar dari Kesultanan Sambas yang berada di Masjid Raya Pangkalan dan Masjid Raya Senapelan mencerminkan lebih dari sekadar hubungan perdagangan. Kedua mimbar di masjid yang berbeda Lokasi tersebut menjadi simbol dari interaksi budaya yang mendalam dan pengaruh historis yang membentuk keragaman Nusantara.
Saya telah mengunjungi ketiga tempat yang menjadi fokus artikel ini: Masjid Raya Pangkalan Koto Baru di Sumatera Barat, Masjid Raya Senapelan di Pekanbaru, dan Keraton serta Masjid Raya Kesultanan Sambas di Kalimantan Barat. Pengalaman langsung melihat kedua mimbar kutbah tersebut di masing-masing masjid dan menjelajahi situs sejarah di Kalimantan Barat memberikan saya pemahaman yang lebih dalam dan autentik mengenai hubungan budaya dan perdagangan antara daerah-daerah tersebut.
Kedua mimbar yang berada di dua masjid pada daerah yang berbeda menghubungkan masyarakat Pangkalan di Sumatera Barat dan Pekanbaru di Riau dengan Kalimantan dalam satu jaringan sejarah yang kaya.
Kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya sebagai bagian dari identitas bangsa. Melalui artefak sejarah seperti mimbar kembar ini, kita dapat lebih memahami dan menghargai keragaman budaya serta hubungan antarwilayah yang membentuk sejarah kita.
Hal tersebut merupakan pelajaran penting tentang bagaimana sejarah dan budaya saling terkait, dan bagaimana kita dapat melestarikan kekayaan tersebut untuk generasi mendatang.
Dengan demikian, mimbar kutbah kembar ini bukan hanya menjadi bagian dari sejarah masjid, tetapi juga bagian integral dari identitas dan warisan budaya Nusantara yang harus kita lestarikan dan banggakan.
Mereka adalah saksi bisu dari masa lalu yang menunjukkan betapa pentingnya jalur perdagangan dan hubungan antarwilayah dalam membentuk budaya dan sejarah kita.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)