Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Misteri Mimbar Kembar Masjid Raya Pangkalan dan Masjid Raya Senapelan dari Kesultanan Sambas

3 Agustus 2024   19:52 Diperbarui: 3 Agustus 2024   20:28 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di tengah kekayaan sejarah dan budaya Nusantara, terdapat sebuah kisah menarik yang menghubungkan dua masjid bersejarah di Indonesia, yaitu Masjid Raya Pangkalan Koto Baru di Sumatera Barat dan Masjid Raya Senapelan di Pekanbaru, Riau.

Kisah ini berpusat pada dua mimbar kutbah kembar yang dibawa dari Kesultanan Sambas di Kalimantan Barat, mengungkap hubungan budaya dan perdagangan yang mendalam antara berbagai wilayah di Nusantara.

Sejarah Masjid Raya Senapelan Pekanbaru

Masjid Raya Pekanbaru, salah satu masjid tertua di Riau, memiliki sejarah yang kaya dan erat kaitannya dengan kebudayaan masyarakat Pekanbaru. Masjid ini awalnya dikenal dengan nama Masjid Senapelan dan telah berdiri sejak abad ke-18.

Pendirinya adalah Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah, raja keempat Kerajaan Siak Sri Indrapura, yang mendirikan masjid ini pada tahun 1762 Masehi. Pada masa itu, Pekanbaru merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Siak.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Pembangunan Masjid Senapelan dilakukan di atas tanah waqaf milik Haji Muhammad dan Hajjah Sa'diyah dan melibatkan masyarakat Siak secara gotong royong. Pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah, Sultan Siak ke-5, pembangunan masjid ini diteruskan dan diperluas.

Kemudian, pada masa Sultan Siak ke-12, Tengku Said Kasim, dibangun bangunan masjid yang baru sekitar 30 meter dari bangunan lama pada tahun 1926. Sayangnya, perombakan besar pada 2009 mengubah arsitektur masjid secara signifikan, menghilangkan ciri khas awalnya.

Sejarah Masjid Raya Pangkalan Koto Baru

Di sisi lain, Masjid Raya Pangkalan Koto Baru di Sumatera Barat juga memiliki cerita yang tidak kalah menarik. Nagari Pangkalan Koto Baru adalah sebuah pelabuhan besar dan ramai di masa lalu yang dikenal sebagai Sungai Mahek.

Masjid Raya Pangkalan Koto Baru di Sumatera Barat adalah salah satu tempat ibadah bersejarah dengan arsitektur awal bergaya Bodi Caniago. Didirikan pada awal abad ke-19, masjid ini awalnya terbuat dari kayu dengan atap ijuk berbentuk tungkuih nasi, mencerminkan gaya khas masyarakat Koto Baru.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Foto sejarah dari tahun 1900 menunjukkan bangunan masjid yang bergaya panggung dan dilengkapi dengan menara unik. Di sebelah masjid terdapat bangunan kecil bagonjong untuk tabuah (bedug besar), serta kemungkinan adanya surau berdekatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun