Banyak negara berpendapatan rendah sedang menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kewajiban keuangan mereka. Meningkatnya pembayaran bunga dan pelunasan utang, dampak ekonomi dari pandemi, konflik global, dan kenaikan suku bunga yang tiba-tiba telah menambah beban ekonomi yang berat.
Data menunjukkan bahwa rata-rata negara berpendapatan rendah saat ini mengalokasikan sekitar 14 persen dari pendapatan mereka untuk membayar utang kepada kreditor asing pada akhir tahun 2023, angka yang meningkat dari 6 persen satu dekade sebelumnya. Tingginya beban pelunasan utang ini menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, serta memberikan tekanan yang signifikan pada keuangan publik.
Kondisi tersebut terjadi di saat negara-negara tersebut sangat membutuhkan investasi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif, serta untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.
Jika tidak segera ditangani, tekanan likuiditas ini bisa berkembang menjadi masalah solvabilitas, yang berpotensi berubah menjadi krisis utang dengan dampak luas pada kesejahteraan masyarakat.
Langkah-Langkah untuk Mengatasi Krisis
Untuk menghindari potensi krisis ini, masyarakat global perlu bertindak sekarang. IMF dan Bank Dunia telah mengusulkan paket tindakan yang dirancang untuk membantu negara-negara berpendapatan rendah dan rentan dalam menghadapi tekanan ini. Pendekatan ini terdiri dari tiga pilar utama:
1. Mobilisasi Sumber Daya Domestik
Pemerintah negara-negara yang terpengaruh didorong untuk meningkatkan mobilisasi sumber daya domestik sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Inisiatif Mobilisasi Sumber Daya Domestik dari IMF dan Bank Dunia akan memberikan saran kebijakan dan bantuan pengembangan kapasitas untuk membantu negara-negara melaksanakan reformasi yang diperlukan.
Hal tersebut mencakup langkah-langkah untuk memperbaiki tata kelola, mengatasi korupsi, meningkatkan efektivitas belanja publik, dan mengembangkan pasar keuangan domestik. Tujuannya adalah untuk menciptakan ruang fiskal yang lebih besar sehingga pemerintah dapat mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan prioritas.
Dukungan keuangan dari mitra pembangunan bilateral dan multilateral sangat penting untuk membantu negara-negara ini melaksanakan reformasi yang diperlukan. Banyak negara yang menghadapi tekanan pembiayaan kembali membutuhkan arus kas bersih positif selama beberapa tahun ke depan.
Dalam hal ini, IMF dan Bank Dunia akan memainkan peran kunci. Tahun 2024 akan menjadi tahun penting untuk menyelesaikan pengisian kembali ke-21 Asosiasi Pembangunan Internasional Bank Dunia dan tinjauan Dana Pengurangan Kemiskinan dan Pertumbuhan IMF.
Dukungan ini diharapkan dapat membantu negara-negara tersebut mengatasi tantangan finansial yang mereka hadapi.
3. Mengurangi Beban Pembayaran Utang
Solusi inovatif diperlukan untuk membantu negara-negara yang menghadapi beban utang yang tinggi namun tidak memiliki masalah solvabilitas. Ini bisa termasuk mekanisme mobilisasi pembiayaan baru dari mitra multilateral atau bilateral, termasuk sektor swasta, dengan persyaratan yang terjangkau.
Negara-negara tersebut juga dapat melakukan operasi manajemen liabilitas, seperti pertukaran utang untuk pembangunan atau pembelian kembali utang jika sesuai.
Pendekatan ini diharapkan dapat membantu negara-negara tersebut mengelola utang mereka secara lebih efektif dan menciptakan kondisi yang lebih stabil untuk pertumbuhan ekonomi.
Dampak Sosial dan Manusia
Krisis likuiditas ini tidak hanya berdampak pada statistik ekonomi tetapi juga pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Pengurangan anggaran untuk layanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan pokok lainnya dapat meningkatkan kesulitan bagi mereka yang sudah rentan.