Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Jejak Sejarah dan Keindahan Taman Sari Yogyakarta

27 Juli 2024   20:01 Diperbarui: 27 Juli 2024   20:04 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awal Perjalanan di Yogyakarta International Airport (YIA)

Bandar Udara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport atau YIA) adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak 45 kilometer dari Kota Yogyakarta, tepatnya di Kapanewon Temon, Kulon Progo.

YIA menggantikan Bandar Udara Internasional Adisutjipto (JOG) yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang dan pesawat. Bandara YIA melayani penerbangan domestik ke beberapa kota-kota di Indonesia serta penerbangan internasional ke Kuala Lumpur dan Singapura. Per 29 April 2024, bandar udara ini merupakan satu-satunya bandar udara internasional untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh Provinsi Jawa Tengah.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Beberapa hari lalu, di awal pekan, saya terbang ke Yogyakarta untuk menjadi narasumber dalam sebuah pelatihan dan focus discussion di bidang financial technology (fintech). Pendaratan di Yogyakarta serta keberangkatan kembali ke Jakarta melalui YIA memberikan pengalaman yang berkesan.

Bandara YIA berdiri di atas tanah seluas 600 hektar dan menelan biaya hingga Rp12 triliun. Pada tahap akhir, YIA direncanakan akan memiliki terminal seluas 210.000 meter persegi dengan kapasitas 20 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan hanggar seluas 371.125 meter persegi yang sanggup menampung sebanyak 28 unit pesawat, termasuk pesawat berbadan lebar seperti B777, B747, dan A380.

Sumber gambar: Dokuemntasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokuemntasi Merza Gamal

Bandara YIA dibangun dengan arsitektur modern dan desain futuristik, namun tetap menonjolkan unsur tradisional dan corak Yogyakarta sebagai daerah istimewa. Atap bandara memiliki motif kawung yang menyerupai kain batik jika dilihat dari atas. Di area kedatangan, terdapat replika kolam taman sari, sementara di area pengambilan bagasi terdapat tiang-tiang berbentuk tetanduran (tanaman) dengan motif batik.

Menyusuri Jejak Sejarah di Taman Sari

Ketika menyaksikan replika kolam taman sari di bandara, saya langsung terbayang kunjungan saya ke Taman Sari yang ditempuh berjalan kaki dari Keraton Yogyakarta ke arah barat daya. Taman Sari ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757. Beliau menciptakan gaya arsitektur baru yang merupakan campuran gaya Jawa dan Portugis.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Perjalanan ke Taman Sari dari Keraton Yogyakarta hanya sekitar sepuluh hingga lima belas menit saja berjalan kaki. Arahnya dari pintu masuk keraton (tempat pembelian tiket), belok ke kiri ke arah tempat-tempat penjual cinderamata.

Dari sana lurus saja sampai pertigaan Pasar Ngasem, belok ke kiri lagi. Setelah itu lurus sampai perempatan, lalu belok kanan. Dari sini sudah ada papan petunjuk yang akan menuntun kita menuju Taman Sari. Setelah belok kanan dari perempatan, lurus saja mengikuti papan petunjuk dan belok ke kanan, maka sampailah di Taman Cagar Budaya Taman Sari.

Taman Sari Keraton Yogyakarta adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta yang dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) antara tahun 1758-1765. Awalnya, taman ini memiliki luas lebih dari 10 hektar dengan sekitar 57 bangunan yang terdiri dari gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, danau buatan, pulau buatan, dan lorong bawah air.

Taman yang digunakan secara efektif antara tahun 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun, saat ini, sisa-sisa Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Konon, Taman Sari dibangun di bekas keraton lama, Pesanggrahan Garjitawati, yang didirikan oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai tempat istirahat kereta kuda yang akan pergi ke Imogiri. Tumenggung Mangundipuro ditunjuk sebagai pimpinan proyek pembangunan Taman Sari, dengan seluruh biaya pembangunan ditanggung oleh Bupati Madiun, Tumenggung Prawirosentiko, beserta seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, daerah Madiun dibebaskan dari pungutan pajak.

Di tengah pembangunan, pimpinan proyek diambil alih oleh Pangeran Notokusumo setelah Mangundipuro mengundurkan diri. Walaupun secara resmi sebagai kebun kerajaan, beberapa bangunan yang ada mengindikasikan Taman Sari berfungsi sebagai benteng pertahanan terakhir jika istana diserang oleh musuh. Salah satu arsitek kebun kerajaan ini adalah seorang Portugis yang dikenal dengan Demang Tegis.

Kompleks Taman Sari setidaknya dapat dibagi menjadi empat bagian: danau buatan di sebelah barat, bangunan di sebelah selatan danau buatan seperti Pemandian Umbul Binangun, Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati di selatan bagian kedua, serta bagian timur yang meluas sampai tenggara kompleks Magangan.

Pada mulanya, Taman Sari adalah taman air yang indah dan menawan. Daerah di sebelah timur taman sampai ke perempatan kota disebut Suryoputran. Segaran dalam bahasa Jawa berarti laut buatan. Setiap kali Sultan mengunjungi taman tersebut, beliau akan mendayung perahu pribadinya melewati jembatan gantung yang disebut 'Kreteg Gantung' yang terletak di depan gerbang Keraton, ke arah selatan atau utara Kemandungan. Bagian lain dari bangunan yang dulu terhubung dengan jembatan gantung masih dapat dilihat.

Selain transportasi air, terdapat juga jalan bawah tanah atau terowongan dari Keraton Yogyakarta yang menuju salah satu bangunan di taman yang disebut Pasarean Ledok Sari.

Keraton Yogyakarta didirikan oleh Pangeran Mangkubumi pada abad XVII, tepatnya pada tahun 1755. Keraton Yogyakarta merupakan pusat Pemerintahan Kasultanan Yogyakarta yang beribu kota di Yogyakarta.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Sebagai ibukota, Yogyakarta merupakan kota yang direncanakan keberadaannya. Tatanan kota dibuat sedemikian rupa sehingga ada pengelompokan profesi, fasilitas penunjang sebagai ibukota kerajaan, maupun aspek strategis penataannya. Salah satu fasilitas yang ada di kota ini adalah Taman Sari, yang sering juga disebut Water Castle.

Taman Sari adalah taman kerajaan atau pesanggrahan Sultan Yogyakarta dan keluarganya. Selain Taman Sari, Kasultanan Yogyakarta memiliki beberapa pesanggrahan lain seperti Pesanggrahan Warung Boto, Pesanggrahan Manukberi, Pesanggrahan Ambarbinangun, dan Pesanggrahan Ambarukmo.

Kesemuanya berfungsi sebagai tempat beristirahat dan bersemedi Sultan beserta keluarganya. Selain komponen-komponen yang menunjukkan sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan-pesanggrahan tersebut juga memiliki komponen pertahanan.

Dahulu, Istana Air ini bukan sekedar taman yang indah, namun juga digunakan untuk tempat perlindungan. Saat musuh menyerang Keraton, Sultan dan keluarganya dapat menyelamatkan diri lewat jalan bawah tanah. Setelah mereka sudah berada dalam keadaan aman, pintu air akan dibuka sehingga air mengaliri jalan tersebut dan menenggelamkan musuh-musuh yang mengejar.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Salah satu tempat di taman tersebut disebut Pulau Kenanga karena di halaman depan gedung tumbuh pohon Kenanga (Canangium Odoratum). Bunga Kenanga menyebarkan bau yang harum ke seluruh bagian taman. Bangunan yang tinggi seperti kolam dibangun khusus untuk digunakan oleh Sultan dan keluarganya untuk mandi.

Bangunan-bangunan yang telah direnovasi antara lain jalan bawah tanah menuju ke sebelah barat, benteng yang mengelilingi Keraton, serta yang menuju selatan ke arah sebuah desa kecil yang disebut Krapyak.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Selain menikmati gedung-gedung kuno, wisatawan dapat mengunjungi banyak toko dan galeri seni di sepanjang gang/jalan kecil. Batik dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko maupun galeri tersebut. Dulu, daerah ini merupakan tempat bagi para seniman Keraton.

Wasana Kata 

Perjalanan saya ke Yogyakarta untuk menjadi narasumber dalam sebuah pelatihan dan focus discussion memberikan kesempatan untuk menjelajahi keindahan dan kekayaan budaya Yogyakarta.

Dari Yogyakarta International Airport yang modern dan sarat dengan elemen tradisional, hingga ke Taman Sari yang bersejarah, setiap momen memberikan pengalaman yang tak terlupakan. Yogyakarta memang selalu memikat hati dengan pesona dan sejarahnya yang kaya.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Yogyakarta selalu memiliki cara untuk menyentuh hati setiap pengunjungnya. Dari keramahan penduduk lokal hingga kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki, setiap perjalanan ke Yogyakarta selalu meninggalkan kesan mendalam.

Jadi, jika Anda mencari destinasi yang menawarkan lebih dari sekadar pemandangan indah, Yogyakarta, dengan Taman Sari sebagai salah satu permata tersembunyinya, adalah pilihan yang sempurna.

Mari kita jaga dan lestarikan warisan budaya ini agar tetap bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Selamat berpetualang di Yogyakarta!

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun