Awal Perjalanan di Yogyakarta International Airport (YIA)
Bandar Udara Internasional Yogyakarta (Yogyakarta International Airport atau YIA) adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak 45 kilometer dari Kota Yogyakarta, tepatnya di Kapanewon Temon, Kulon Progo.
YIA menggantikan Bandar Udara Internasional Adisutjipto (JOG) yang sudah tidak mampu lagi menampung kapasitas penumpang dan pesawat. Bandara YIA melayani penerbangan domestik ke beberapa kota-kota di Indonesia serta penerbangan internasional ke Kuala Lumpur dan Singapura. Per 29 April 2024, bandar udara ini merupakan satu-satunya bandar udara internasional untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan seluruh Provinsi Jawa Tengah.
Beberapa hari lalu, di awal pekan, saya terbang ke Yogyakarta untuk menjadi narasumber dalam sebuah pelatihan dan focus discussion di bidang financial technology (fintech). Pendaratan di Yogyakarta serta keberangkatan kembali ke Jakarta melalui YIA memberikan pengalaman yang berkesan.
Bandara YIA berdiri di atas tanah seluas 600 hektar dan menelan biaya hingga Rp12 triliun. Pada tahap akhir, YIA direncanakan akan memiliki terminal seluas 210.000 meter persegi dengan kapasitas 20 juta penumpang per tahun dan dilengkapi dengan hanggar seluas 371.125 meter persegi yang sanggup menampung sebanyak 28 unit pesawat, termasuk pesawat berbadan lebar seperti B777, B747, dan A380.
Bandara YIA dibangun dengan arsitektur modern dan desain futuristik, namun tetap menonjolkan unsur tradisional dan corak Yogyakarta sebagai daerah istimewa. Atap bandara memiliki motif kawung yang menyerupai kain batik jika dilihat dari atas. Di area kedatangan, terdapat replika kolam taman sari, sementara di area pengambilan bagasi terdapat tiang-tiang berbentuk tetanduran (tanaman) dengan motif batik.
Menyusuri Jejak Sejarah di Taman Sari
Ketika menyaksikan replika kolam taman sari di bandara, saya langsung terbayang kunjungan saya ke Taman Sari yang ditempuh berjalan kaki dari Keraton Yogyakarta ke arah barat daya. Taman Sari ini dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1757. Beliau menciptakan gaya arsitektur baru yang merupakan campuran gaya Jawa dan Portugis.
Perjalanan ke Taman Sari dari Keraton Yogyakarta hanya sekitar sepuluh hingga lima belas menit saja berjalan kaki. Arahnya dari pintu masuk keraton (tempat pembelian tiket), belok ke kiri ke arah tempat-tempat penjual cinderamata.