Perjalanan saya berlanjut ke Masjid Tua Al Mujahidin, yang dibangun pada tahun 1890 pada masa pemerintahan Raja Bone ke-30, We Fatimah Banri Datu Citta, dan Raja Bone ke-31, Lapawawoi Karaeng Sigeri. Masjid ini merupakan simbol keagamaan dan budaya di Watampone, dan bukan hanya sekadar tempat ibadah tetapi juga merupakan pusat kegiatan syiar agama Islam dan musyawarah.
Ketika menginjakkan kaki di masjid ini, saya dapat merasakan aura spiritual dan historis yang kuat. Masjid ini menjadi tempat yang sakral bagi masyarakat sekitar, tidak hanya sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat belajar dan berdiskusi. Di belakang masjid, terdapat kompleks makam Lalebbata, tempat peristirahatan para raja dan tokoh penting Bone, termasuk Raja Bone ke-24, TO Appatunru', dan Raja Bone ke-29, Singkeru' Rukka.
Pada Kamis, 15 Desember 2022, Masjid Tua Al-Mujahidin kembali diresmikan setelah direnovasi oleh Muhammad Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia yang juga putra Bugis. Prosesi peresmian ini turut dihadiri oleh Bupati Bone, Andi Baso Fahsar M. Padjalangi, dan Wakil Bupati Bone, Ambo Dalle, serta Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bone, Abd. Hafid M. Talla. Saya sempat mengunjungi masjid ini sebelum peresmian, dan itu adalah kenangan yang sangat berharga.
Selain kedua destinasi tersebut, saya juga mengunjungi Pelabuhan Rakyat Bajoe. Pelabuhan ini menggambarkan kegagahan orang Bone sebagai pelaut ulung di masa kejayaan Kesultanan Bone.
Sebagai pelabuhan yang bersejarah, Bajoe menjadi saksi bisu aktivitas perdagangan dan pelayaran yang berlangsung selama berabad-abad. Melihat pelabuhan ini, saya bisa membayangkan betapa sibuknya pelabuhan ini di masa lalu, penuh dengan kapal-kapal yang membawa dan mengantar barang dagangan dari dan ke berbagai daerah.
Menghargai Warisan Budaya dan Sejarah
Kunjungan saya ke Watampone memberi saya kesempatan untuk menyaksikan langsung jejak sejarah dan kebudayaan Kesultanan Bone. Dari Saoraja Petta Ponggawae yang penuh dengan nilai sejarah hingga Masjid Tua Al-Mujahidin yang kokoh berdiri sebagai pusat spiritual, setiap tempat memiliki cerita yang mengingatkan kita akan kejayaan masa lalu dan perjuangan para pahlawan Bone.
Watampone adalah destinasi yang wajib dikunjungi bagi mereka yang mencintai sejarah dan budaya. Keberadaan situs-situs bersejarah ini tidak hanya menjadi simbol kebanggaan masyarakat Bone tetapi juga mengajak kita untuk terus mengenang dan melestarikan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Dengan mengunjungi dan memahami tempat-tempat bersejarah seperti Saoraja Petta Ponggawae, Masjid Tua Al-Mujahidin, dan Pelabuhan Rakyat Bajoe, kita dapat lebih menghargai dan menjaga warisan budaya yang kita miliki. Warisan ini adalah pengingat akan identitas kita sebagai bangsa dan tanggung jawab kita untuk melestarikannya bagi generasi mendatang.
Semoga artikel sederhana ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menjelajahi dan menghargai kekayaan sejarah Indonesia.
Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)