Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ketahanan dan Tantangan Ekonomi Negara-negara Emerging Market di Tengah Pengetatan Moneter Global: Implikasi Bagi Indonesia

16 Juli 2024   07:33 Diperbarui: 16 Juli 2024   07:35 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian utama dunia ekonomi tertuju pada pengetatan moneter global. Suku bunga di Amerika Serikat telah mencapai titik tertinggi dalam 20 tahun, dan nilai dolar AS menguat tajam terhadap mata uang lainnya.

Dengan posisi dolar yang sangat penting dalam perdagangan internasional, situasi ini tentu memunculkan kekhawatiran di kalangan negara-negara emerging market. Laporan terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF) menunjukkan bahwa banyak dari negara-negara ini tetap menunjukkan ketahanan meskipun menghadapi tantangan yang signifikan.

Ketahanan di Tengah Tantangan Global

Sebagian besar negara emerging market, termasuk Indonesia, mampu mempertahankan stabilitas ekonomi berkat fundamental yang kuat. Banyak dari mereka kini memiliki kerangka kebijakan fiskal dan moneter yang lebih baik, yang membantu mereka menghadapi fluktuasi yang terjadi di pasar global.

Meskipun arus modal bruto---jumlah investasi asing yang masuk dan keluar---menurun, negara-negara ini masih dapat menarik investasi asing langsung (FDI) yang lebih stabil. FDI ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan pengembangan infrastruktur.

Namun, situasi ini juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara negara-negara. Misalnya, Amerika Serikat menyumbang 41 persen dari arus masuk bruto global, yang hampir dua kali lipat dibandingkan pangsa mereka di tahun 2017-2019. Ini menunjukkan bahwa AS tetap menjadi tujuan investasi utama, berkat ekonomi yang kuat dan kebijakan yang mendukung.

Di sisi lain, Tiongkok menghadapi tantangan yang lebih besar. Arus masuk dan keluar modal dari Tiongkok menurun drastis dalam periode yang sama. Hal ini mencerminkan perubahan dalam ekspektasi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan fragmentasi geoekonomi yang mempengaruhi arus modal.

Pusat-pusat keuangan global, seperti London dan Hong Kong, juga mengalami penurunan signifikan dalam arus bruto, yang mungkin mencerminkan adanya perubahan dalam strategi perpajakan dan peraturan oleh perusahaan multinasional.

Implikasi bagi Indonesia

Meskipun laporan IMF tidak secara spesifik menyebutkan dampak terhadap Indonesia, ada beberapa implikasi penting yang perlu dipertimbangkan:

  1. Arus Modal dan Investasi Asing: Penurunan arus modal bruto global dapat memengaruhi arus masuk investasi asing ke Indonesia. Namun, dengan kebijakan yang baik dan fundamental yang kuat, Indonesia masih berpeluang menjadi tujuan menarik bagi investor.
  2. Penguatan Dolar AS: Penguatan dolar dapat memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Hal ini bisa meningkatkan beban utang luar negeri yang denominasi dalam dolar, sehingga penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar agar tetap berada dalam batas yang terkendali.
  3. Diversifikasi Ekonomi: Fragmentasi dalam arus modal global menuntut Indonesia untuk terus memperkuat diversifikasi ekonominya. Ketergantungan pada satu atau dua negara besar bisa menjadi risiko yang berbahaya, jadi penting untuk mencari peluang dari pasar yang lebih luas.

Menghadapi pengetatan moneter global dan berbagai tantangan lainnya, Indonesia harus terus beradaptasi dan berinovasi. Dengan fundamental ekonomi yang solid dan kebijakan yang efektif, Indonesia memiliki peluang untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang.

Semua pihak---baik pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat---perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun