Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rumah Gadang nan Tatinggahan: Warisan yang Terlupakan

8 Juli 2024   07:58 Diperbarui: 15 Juli 2024   15:12 1587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

Rumah Gadang bukan hanya sekadar bangunan fisik bagi masyarakat Minangkabau di Sumatera Barat, tetapi juga merupakan simbol yang mendalam dari identitas dan struktur sosial mereka.

Dalam budaya Minangkabau yang matrilineal, Rumah Gadang tidak hanya tempat tinggal tetapi juga pusat kegiatan keluarga, tempat melaksanakan upacara adat, dan pusat pengambilan keputusan keluarga. Setiap Rumah Gadang dimiliki oleh satu kaum yang terdiri dari seketurunan perempuan dari satu nenek, menjadikannya simbol yang kuat dari solidaritas dan identitas keluarga.

Perubahan Persepsi dan Penyebab Pengabaian

Pada tahun 1960-an, setelah periode Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), terjadi perubahan signifikan dalam persepsi masyarakat terhadap Rumah Gadang.

Modernisasi dan urbanisasi membawa perubahan nilai yang mengarah pada preferensi untuk memiliki rumah pribadi yang terpisah dari rumah adat mereka.

Biaya tinggi dalam mempertahankan struktur dan konstruksi Rumah Gadang, bersama dengan tantangan ekonomi, membuat banyak keluarga Minangkabau meninggalkan dan tidak memelihara Rumah Gadang mereka dengan baik.

Di banyak nagari seperti Nagari Limokaum, Tanah Datar, fenomena Rumah Gadang nan Tatinggahan yang terbengkalai sangat mencolok.

Bangunan-bangunan yang dulunya menunjukkan keanggunan dan kekayaan tradisional kini sering ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan. Atap yang rusak dan dinding yang keropos menjadi ciri khas dari banyak Rumah Gadang yang tidak terawat.

Fenomena ini mencerminkan tidak hanya perubahan dalam nilai budaya, tetapi juga tantangan dalam pelestarian warisan arsitektur dan keindahan tradisional Minangkabau.

Pengabaian terhadap Rumah Gadang nan Tatinggahan bukan sekadar masalah fisik semata, tetapi juga mencerminkan perubahan signifikan dalam cara hidup dan nilai-nilai sosial masyarakat Minangkabau.

Seiring dengan modernisasi dan urbanisasi, banyak keluarga beralih dari hidup berkelompok dalam rumah adat ke memiliki rumah pribadi yang lebih modern. 

Hal ini mengarah pada pengabaian dan terbengkalainya banyak Rumah Gadang yang dulunya menjadi pusat kegiatan keluarga dan upacara adat.

Dampak Perubahan Terhadap Lingkungan

Perubahan dari Rumah Gadang ke rumah beton modern juga memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan.

Arsitektur Rumah Gadang yang menggunakan material alami seperti kayu dan ijuk tidak hanya memberikan jejak karbon yang lebih rendah, tetapi juga lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan bangunan beton modern.

Konstruksi Rumah Gadang yang tahan gempa, dengan atap yang mengadopsi bentuk tanduk kerbau dari ijuk, menunjukkan pengetahuan mendalam masyarakat Minangkabau dalam beradaptasi dengan lingkungan alaminya secara berkelanjutan.

Perubahan sosial dan ekonomi yang mengakibatkan beralihnya preferensi masyarakat ke rumah beton modern telah menciptakan tantangan baru dalam konservasi lingkungan dan keberlanjutan.

Penggunaan bahan bangunan modern yang lebih tidak ramah lingkungan meningkatkan jejak karbon dan mengurangi keberlanjutan lingkungan alam sekitarnya.

Kondisi tersebut menyoroti pentingnya untuk mempertimbangkan nilai-nilai lingkungan dan keberlanjutan dalam pengambilan keputusan terkait perumahan dan pembangunan di wilayah-wilayah yang kaya akan warisan budaya seperti Sumatera Barat.

Upaya Pelestarian dan Harapan untuk Masa Depan

Meskipun menghadapi tantangan besar dalam pelestarian, ada berbagai saran yang dapat dipertimbangkan untuk melestarikan Rumah Gadang sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Minangkabau.

  1. Pemugaran dan Perawatan Fisik: Pemugaran fisik Rumah Gadang yang terbengkalai dapat menjadi langkah penting dalam memulihkan kondisi fisik bangunan yang rusak. Proses ini tidak hanya bertujuan untuk memperbaiki bangunan, tetapi juga untuk menjaga keaslian arsitektur tradisional Minangkabau. Pemerintah daerah dapat menginisiasi program pemugaran dengan melibatkan ahli arsitektur dan budaya lokal untuk memastikan pemeliharaan yang tepat.
  2. Kampanye Kesadaran Budaya: Kampanye kesadaran budaya bisa menjadi sarana yang efektif untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya lokal, termasuk pentingnya melestarikan Rumah Gadang. Melalui pendidikan dan promosi yang tepat, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami dan terlibat aktif dalam pelestarian warisan budaya ini.
  3. Program Pendidikan dan Pelatihan: Mendorong pendidikan tentang nilai-nilai tradisional dan keindahan arsitektur Minangkabau di sekolah-sekolah dan komunitas lokal dapat membantu membangkitkan kembali kebanggaan terhadap warisan budaya ini. Generasi muda perlu didorong untuk memahami pentingnya merawat dan melanjutkan tradisi budaya yang telah ada selama berabad-abad.
  4. Kemitraan dan Kolaborasi: Kemitraan antara pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan organisasi budaya dapat memperkuat upaya pelestarian. Kolaborasi yang baik dapat menciptakan strategi yang lebih efektif dalam menjaga keberlanjutan Rumah Gadang sebagai bagian penting dari identitas dan sejarah lokal.

Dengan implementasi saran-saran ini, diharapkan Rumah Gadang dapat tetap menjadi bagian yang hidup dan relevan dalam masyarakat modern, serta dinikmati oleh generasi mendatang sebagai warisan budaya yang kaya dan berharga dari Sumatera Barat.

Wasana Kata

Rumah Gadang adalah lebih dari sekadar struktur arsitektural; ia adalah warisan budaya yang mencerminkan keindahan, ketahanan, dan identitas masyarakat Minangkabau.

Melestarikan Rumah Gadang bukan hanya tugas bagi pemerintah atau masyarakat lokal, tetapi juga bagi setiap individu yang menghargai sejarah dan budaya kita.

Dengan usaha kolektif dan kesadaran yang tinggi, kita dapat memastikan bahwa Rumah Gadang tetap berdiri megah sebagai saksi bisu perjalanan panjang budaya Minangkabau dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.

Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Merza Gamal

Mari kita bersama-sama menjaga, merawat, dan menghargai warisan ini agar tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu, tetapi juga masa depan kita yang penuh kebanggaan.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun