Dalam dua tahun terakhir, istilah "vibecession" menjadi populer di kalangan masyarakat yang mengikuti berita keuangan Amerika Serikat atau sekadar menggunakan TikTok.
Istilah "vibecession" ini mengacu pada ketidakselarasan antara perasaan kegelisahan masyarakat terhadap perekonomian dan metrik resmi yang tampaknya menggembirakan, seperti pertumbuhan PDB dan tingkat pengangguran yang rendah. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Kyla Scanlon, seorang edukator ekonomi berusia 27 tahun, dalam postingan Substack tahun 2022.
Sejak itu, "vibecession" telah menjadi bagian dari wacana nasional, masuk ke Dictionary.com, dan dibahas oleh media seperti CBS News, New Yorker, dan Oprah Daily.
Scanlon telah menjadi salah satu komentator ekonomi terkemuka di kalangan Gen Z. Ia menulis untuk Bloomberg dan membuat konten di YouTube, yang memiliki lebih dari 42.000 pengikut, serta akun TikTok dengan hampir 180.000 pengikut. Ia juga memiliki Substack yang dikenal sebagai buletin Kyla.
Baru-baru ini, Scanlon menerbitkan buku berjudul "In This Economy: How Money & Markets Really Work" (2024, Self-published), yang juga ia ilustrasikan sendiri.
Ketertarikannya pada dunia keuangan dimulai sejak usia muda. Pada usia 16 tahun, ia mendaftar untuk akun E*Trade anak-anak dan belajar cara berdagang opsi dari ayahnya. Ketika kuliah di Western Kentucky University, ia memilih jurusan keuangan dan ekonomi, dan sejak itu tidak pernah menoleh ke belakang.
Setelah lulus, Scanlon bekerja di sebuah perusahaan manajemen aset di Los Angeles, namun ia merasa bahwa pekerjaannya untuk "membuat orang kaya semakin kaya" bukanlah panggilannya.
Selama pandemi, ia mulai membuat video tentang fenomena saham meme Gamestop dan akhirnya meninggalkan pekerjaannya untuk fokus pada pembuatan konten dan menulis secara penuh waktu. Tujuannya adalah menjelaskan konsep ekonomi dengan cara yang mudah dipahami oleh generasi muda.
"Alasan orang-orang ketakutan adalah karena mereka tidak memahami dunia di sekitar mereka," kata Scanlon. "Saya mencoba untuk menghilangkan kebisingan."
Meskipun usia, jenis kelamin, dan latar belakangnya membuatnya bukan figur ekonom pada umumnya, justru hal ini yang membuat karyanya menarik bagi pembaca muda. Scanlon dapat memahami dan mengartikulasikan apa yang dirasakan oleh Gen Z dan menemukan cara untuk menyampaikan informasi penting kepada mereka.
"Memiliki perspektif yang unik dan suara yang beragam sangat penting," katanya. "Tetapi bidang ini membutuhkan lebih dari sekedar saya; perlu ada lebih banyak keterwakilan di seluruh bidang."
Pada akhirnya, Scanlon ingin lebih terlibat dalam pengembangan dan penerapan kebijakan. Untuk saat ini, ia senang menjangkau sebanyak mungkin orang dengan buku, video, renungan buletin, dan tweetnya.
"Baby boomers sedang menguasai dunia saat ini. Seringkali suara kaum muda tidak terwakili," katanya. "Saya mencoba untuk meningkatkan kepedulian kaum muda."
Gen Z di Indonesia: Dominasi Anak Muda dalam Investasi
Sementara itu, di Indonesia, fenomena yang serupa juga terjadi. Animo anak muda, khususnya generasi Millennial dan Gen Z, terhadap investasi terus meningkat. Data dari KSEI menunjukkan bahwa hampir 80% dari total investor di pasar keuangan domestik terdiri dari kelompok usia ini.
Pada tahun 2023, jumlah total investor mencapai 12,13 juta, dengan investor Generasi Z (berusia di bawah 30 tahun) mendominasi lebih dari setengah dari jumlah tersebut.
Investor GenZie (sebutan popular untuk Generasi Z) pada tahun 2023 tercatat mencapai 56,5% dari total, yaitu sekitar 6,85 juta orang.
"Dominasi anak muda pada demografi investor juga ditandai dengan tingginya jumlah kepemilikan reksa dana melalui agen penjual efek reksa dana berbasis financial technology," ungkap Direktur Penyelesaian, Kustodian, dan Pengawasan KSEI, Eqy Essiqy pada konferensi pers di awal tahun 2024.
Fenomena ini menunjukkan minat yang kuat dari generasi muda Indonesia dalam dunia investasi, memanfaatkan teknologi keuangan untuk berpartisipasi lebih aktif di pasar keuangan. Mereka memanfaatkan platform digital untuk mengakses informasi investasi, membeli saham, dan berpartisipasi dalam berbagai instrumen keuangan dengan mudah.
Menghadirkan Perspektif Baru dalam Perekonomian
Dengan meningkatnya keterlibatan Gen Z dalam perekonomian, baik di Amerika Serikat maupun Indonesia, terdapat peluang besar untuk mengembangkan kebijakan dan pendekatan yang lebih inklusif dan representatif.
Kyla Scanlon dan jutaan anak muda di Indonesia menunjukkan bahwa generasi muda memiliki potensi besar untuk mempengaruhi dan mengarahkan perekonomian masa depan.
"Memiliki perspektif yang unik dan suara yang beragam sangat penting," kata Scanlon. Dengan semakin banyaknya keterwakilan dan partisipasi dari generasi muda, diharapkan dunia keuangan dan kebijakan ekonomi akan lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi mereka.
Fenomena "vibecession" dan dominasi anak muda dalam investasi adalah bukti bahwa generasi ini tidak hanya memahami, tetapi juga aktif berpartisipasi dan mengarahkan perubahan dalam perekonomian global. Mereka membawa perspektif baru yang segar, yang dapat membantu membentuk masa depan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H