Ketika kita berbicara tentang inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan eksponensial, baik industri startup teknologi maupun dunia K-pop muncul sebagai contoh utama. Kedua industri ini, meskipun berbeda dalam esensi, berbagi banyak persamaan yang menarik.
Mari kita lihat bagaimana Hybe, perusahaan hiburan raksasa di Korea Selatan, menunjukkan kesamaan ini melalui kisah sukses dan strategi bisnisnya. (Sumber: Fortune, 28 Juni 2024)Â
Dari Big Hit ke Hybe: Transformasi Melalui BTS
Hybe, yang awalnya dikenal sebagai Big Hit Entertainment, mengalami transformasi besar berkat boyband mega-sukses, BTS. BTS tidak hanya menjadi ikon global tetapi juga mengubah nasib perusahaan kecil menjadi raksasa hiburan.
Professor Grace Kao dari Yale menyamakan BTS dengan Rolling Stones yang akan selalu menarik penonton meski tidak lagi menduduki puncak tangga lagu, mirip dengan ikon musik seperti Bruce Springsteen.
BTS mengubah Big Hit menjadi Hybe, sebuah perusahaan yang tak hanya bergantung pada satu grup namun juga melakukan diversifikasi melalui berbagai strategi bisnis, termasuk merger dan akuisisi (M&A).
Strategi M&A dan Diversifikasi
Sama seperti perusahaan startup teknologi yang menggunakan strategi M&A untuk tumbuh, Hybe juga mengakuisisi sejumlah perusahaan hiburan untuk memperluas portofolionya. Akuisisi ini termasuk Pledis Entertainment, Source Music, dan Lab Kepercayaan.
Langkah paling mencolok adalah akuisisi Ithaca Holdings milik Scooter Braun, yang membawa artis besar seperti Justin Bieber dan Ariana Grande ke dalam keluarga Hybe. Langkah ini menandai ekspansi Hybe ke pasar musik Amerika Serikat, pasar musik terbesar di dunia.
Soojin Lim, peneliti dari Daishin Securities, mencatat bahwa sebelumnya 80% pendapatan Hybe berasal dari BTS. Namun, dengan akuisisi dan pengembangan artis-artis lain, Hybe berhasil mengurangi ketergantungan ini dan menciptakan aliran pendapatan yang lebih beragam.
Tantangan dan Ketidakpastian
Seperti halnya startup teknologi yang menghadapi ketidakpastian ketika tokoh kunci tidak aktif, Hybe juga menghadapi tantangan ketika BTS memasuki masa jeda hingga tahun 2025 untuk menyelesaikan wajib militer mereka.
Ketidakhadiran BTS menciptakan ketidakpastian, namun juga memberikan kesempatan bagi Hybe untuk membuktikan kemampuan mereka dalam mempertahankan relevansi dan pertumbuhan tanpa bergantung pada satu grup.
Hybe juga menghadapi tantangan industri seperti penurunan penjualan K-pop dan kontroversi internal, seperti tuduhan penipuan dan plagiarisme yang melibatkan anak perusahaannya, Ador, yang mengelola girl band NewJeans.