Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

New World Pilihan

Persamaan Antara Startup Teknologi dan K-pop: Studi Kasus Hybe

1 Juli 2024   06:48 Diperbarui: 1 Juli 2024   07:02 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Koleksi Merza Gamal

Ketika kita berbicara tentang inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan eksponensial, baik industri startup teknologi maupun dunia K-pop muncul sebagai contoh utama. Kedua industri ini, meskipun berbeda dalam esensi, berbagi banyak persamaan yang menarik.

Mari kita lihat bagaimana Hybe, perusahaan hiburan raksasa di Korea Selatan, menunjukkan kesamaan ini melalui kisah sukses dan strategi bisnisnya. (Sumber: Fortune, 28 Juni 2024) 

Dari Big Hit ke Hybe: Transformasi Melalui BTS

Hybe, yang awalnya dikenal sebagai Big Hit Entertainment, mengalami transformasi besar berkat boyband mega-sukses, BTS. BTS tidak hanya menjadi ikon global tetapi juga mengubah nasib perusahaan kecil menjadi raksasa hiburan.

Professor Grace Kao dari Yale menyamakan BTS dengan Rolling Stones yang akan selalu menarik penonton meski tidak lagi menduduki puncak tangga lagu, mirip dengan ikon musik seperti Bruce Springsteen.

BTS mengubah Big Hit menjadi Hybe, sebuah perusahaan yang tak hanya bergantung pada satu grup namun juga melakukan diversifikasi melalui berbagai strategi bisnis, termasuk merger dan akuisisi (M&A).

Strategi M&A dan Diversifikasi


Sama seperti perusahaan startup teknologi yang menggunakan strategi M&A untuk tumbuh, Hybe juga mengakuisisi sejumlah perusahaan hiburan untuk memperluas portofolionya. Akuisisi ini termasuk Pledis Entertainment, Source Music, dan Lab Kepercayaan.

Langkah paling mencolok adalah akuisisi Ithaca Holdings milik Scooter Braun, yang membawa artis besar seperti Justin Bieber dan Ariana Grande ke dalam keluarga Hybe. Langkah ini menandai ekspansi Hybe ke pasar musik Amerika Serikat, pasar musik terbesar di dunia.

Soojin Lim, peneliti dari Daishin Securities, mencatat bahwa sebelumnya 80% pendapatan Hybe berasal dari BTS. Namun, dengan akuisisi dan pengembangan artis-artis lain, Hybe berhasil mengurangi ketergantungan ini dan menciptakan aliran pendapatan yang lebih beragam.

Tantangan dan Ketidakpastian

Seperti halnya startup teknologi yang menghadapi ketidakpastian ketika tokoh kunci tidak aktif, Hybe juga menghadapi tantangan ketika BTS memasuki masa jeda hingga tahun 2025 untuk menyelesaikan wajib militer mereka.

Ketidakhadiran BTS menciptakan ketidakpastian, namun juga memberikan kesempatan bagi Hybe untuk membuktikan kemampuan mereka dalam mempertahankan relevansi dan pertumbuhan tanpa bergantung pada satu grup.

Hybe juga menghadapi tantangan industri seperti penurunan penjualan K-pop dan kontroversi internal, seperti tuduhan penipuan dan plagiarisme yang melibatkan anak perusahaannya, Ador, yang mengelola girl band NewJeans.

Strategi untuk Mengatasi Ketidakpastian

Menghadapi ketidakpastian ketika BTS, yang merupakan sumber pendapatan utama, sedang tidak aktif, Hybe perlu mengembangkan berbagai strategi untuk memastikan kelangsungan dan pertumbuhan perusahaan.

Diversifikasi, kolaborasi global, inovasi digital, dan penguatan merek menjadi pilar utama dalam upaya Hybe untuk mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada.

  1. Diversifikasi Portofolio Artis: Hybe mengakuisisi berbagai perusahaan dan membina artis-artis lain untuk mengurangi ketergantungan pada BTS.
  2. Kolaborasi Global: Menggunakan koneksi internasional melalui akuisisi Ithaca Holdings untuk memperluas jangkauan K-pop secara global.
  3. Inovasi Digital: Menghadirkan konten dan pengalaman digital yang inovatif seperti konser virtual untuk tetap menjaga hubungan dengan penggemar selama masa jeda BTS.
  4. Penguatan Merek: Mengembangkan Hybe sebagai entitas hiburan global yang kuat dan serbaguna.

Meskipun menghadapi tantangan, prospek industri K-pop tetap cerah. Diperkirakan pendapatan langsung untuk perusahaan K-pop mencapai sekitar $5 miliar pada tahun 2023, dengan pasar yang diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2030.

Hybe, dengan strategi diversifikasi dan ekspansi globalnya, berada dalam posisi yang baik untuk memanfaatkan pertumbuhan ini.

Kesimpulan

Hybe dan BTS telah menunjukkan bahwa industri K-pop memiliki banyak kesamaan dengan dunia startup teknologi. Inovasi, kreativitas, strategi M&A, dan penggunaan teknologi canggih adalah elemen-elemen yang menghubungkan kedua industri ini.

Hybe terus beradaptasi dan berinovasi untuk mempertahankan posisinya di pasar global yang kompetitif. Ketika BTS kembali, Hybe diharapkan akan menjadi lebih kuat dan siap untuk memanfaatkan momentum baru dengan kehadiran mereka.

Dengan memahami kesamaan ini, kita bisa melihat bahwa kesuksesan di kedua industri ini tidak hanya bergantung pada satu faktor, tetapi pada kombinasi strategi bisnis yang cerdas, inovasi berkelanjutan, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan.

Penulis: Merza Gamal (Advisor dan Konsultan Transformasi Corporate Culture)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun