Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Dunia Tertinggal dalam Mencapai Tujuan Iklim, Kesehatan, dan Kelaparan Berdasarkan Laporan PBB 2024

20 Juni 2024   07:56 Diperbarui: 24 Juni 2024   05:54 586
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Menurut laporan terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dirilis pada 17 Juni 2024, dunia masih jauh dari mencapai sebagian besar Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs= Sustainable Development Goals) yang telah disepakati pada tahun 2015. (Sumber: Reuters, 17 Juni 2024)

Laporan tahunan ini menilai kinerja 193 negara anggota PBB dalam menerapkan 17 tujuan yang mencakup pengentasan kemiskinan dan kelaparan, peningkatan akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, penyediaan energi bersih, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa tidak satu pun dari 17 tujuan ini akan tercapai pada tahun 2030, dengan sebagian besar target menunjukkan kemajuan yang terbatas atau bahkan terbalik. Penyebab utama dari kemunduran ini adalah kekurangan pendanaan, ketegangan geopolitik, dan dampak pandemi COVID-19.

Laporan PBB tersebut menyoroti tiga faktor utama yang menghambat kemajuan:

  1. Kekurangan Pendanaan: Pendanaan yang tidak memadai menjadi salah satu hambatan terbesar dalam mencapai SDGs. Kurangnya sumber daya finansial menghalangi implementasi banyak program penting di berbagai negara.
  2. Ketegangan Geopolitik: Konflik dan ketegangan antarnegara menghambat kerja sama internasional yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
  3. Pandemi COVID-19: Pandemi telah memperburuk situasi global, menambah beban pada sistem kesehatan dan ekonomi, serta mengalihkan perhatian dan sumber daya dari upaya pencapaian SDGs.

Kemajuan yang Terbatas atau Terbalik

Sebagian besar target menunjukkan "kemajuan yang terbatas atau terbalik," yang menunjukkan stagnasi atau bahkan kemunduran dalam beberapa aspek penting. Guillaume Lafortune, Wakil Presiden Jaringan Solusi Pembangunan Berkelanjutan PBB dan penulis utama laporan tersebut, menyatakan bahwa "bahkan sebelum pandemi ini terjadi, kemajuannya sudah terlalu lambat."


Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Laporan ini mengidentifikasi beberapa bidang utama di mana kemajuan sangat kurang, termasuk:

  • Penanggulangan Kelaparan: Banyak negara masih menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kelaparan, dengan jumlah orang yang mengalami kekurangan pangan meningkat di beberapa daerah.
  • Penciptaan Kota Berkelanjutan: Urbanisasi yang cepat dan tidak terencana menyebabkan banyak kota di dunia menghadapi masalah seperti kemacetan lalu lintas, polusi, dan akses yang buruk terhadap layanan dasar.
  • Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Darat dan Air: Kehilangan habitat alami, penangkapan ikan yang berlebihan, dan perubahan iklim mengancam banyak spesies dan ekosistem.

Selain itu, tujuan politik seperti kebebasan pers juga mengalami "kemajuan yang terbalik," menunjukkan adanya penurunan dalam kebebasan berekspresi dan akses informasi di berbagai negara.

Performa Negara-Negara

Dalam laporan tersebut, Finlandia, Swedia, dan Denmark menduduki peringkat teratas dalam daftar negara yang paling berhasil dalam mencapai SDGs. Tiongkok juga menunjukkan kemajuan yang lebih cepat dari rata-rata. Namun, negara-negara termiskin di dunia justru tertinggal jauh di belakang. Laporan ini menyoroti perlunya negara-negara berkembang untuk mendapatkan akses yang lebih baik terhadap pendanaan internasional.

Lafortune juga menambahkan bahwa lembaga-lembaga seperti lembaga pemeringkat kredit harus didorong untuk mempertimbangkan kesejahteraan lingkungan hidup dan ekonomi jangka panjang, bukan hanya sekedar likuiditas jangka pendeknya.

Kolaborasi Global

Laporan PBB menyoroti pentingnya kolaborasi global untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kolaborasi internasional melalui lembaga-lembaga PBB menjadi krusial dalam menghadapi tantangan global yang kompleks seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan ketidaksetaraan.

Laporan PBB ini menilai kesediaan negara-negara untuk bekerja sama secara global, menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar negara mendukung kolaborasi, ada beberapa negara besar yang tidak sepenuhnya mengikuti aturan mainnya. "Sebagian besar negara mendukung kolaborasi, namun ada sejumlah negara besar yang tidak mengikuti aturan mainnya," kata Guillaume Lafortune.

Mengapa Kolaborasi Global Penting?

  1. Masalah Global Membutuhkan Solusi Global: Tantangan seperti perubahan iklim, kelaparan, dan pandemi tidak mengenal batas negara. Kerja sama internasional memungkinkan berbagi pengetahuan, sumber daya, dan teknologi untuk mengatasi masalah-masalah ini secara efektif.
  2. Sinergi dan Efisiensi: Kolaborasi dapat menghindari duplikasi usaha dan sumber daya, serta memaksimalkan efisiensi melalui sinergi antara negara-negara dan organisasi internasional.
  3. Pendanaan dan Dukungan: Negara-negara berkembang seringkali kekurangan dana dan sumber daya untuk mencapai SDGs. Dukungan internasional melalui pendanaan, bantuan teknis, dan kemitraan dapat membantu mengatasi kesenjangan ini.

Tantangan dalam Kolaborasi Global

Meskipun penting, kolaborasi global menghadapi beberapa tantangan, termasuk:

  • Ketegangan Geopolitik: Konflik dan persaingan antarnegara dapat menghambat kerja sama internasional. Ketegangan politik sering kali menghalangi upaya kolaboratif yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama.
  • Komitmen yang Berbeda-beda: Tidak semua negara memiliki tingkat komitmen yang sama terhadap SDGs. Beberapa negara besar, seperti Amerika Serikat, terkadang menunjukkan kurangnya kepatuhan terhadap aturan dan kesepakatan internasional, yang dapat mengganggu usaha kolektif.
  • Prioritas Nasional yang Berbeda: Negara-negara mungkin memiliki prioritas dan kepentingan nasional yang berbeda, yang bisa bertentangan dengan kebutuhan untuk kolaborasi global. Ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mencapai konsensus dan tindakan bersama.

Contoh Kolaborasi yang Berhasil

Meskipun ada tantangan, ada banyak contoh kolaborasi internasional yang berhasil dan dapat menjadi model untuk upaya masa depan:

  • Kesepakatan Paris: Perjanjian ini adalah contoh utama bagaimana negara-negara dapat bekerja sama untuk menghadapi perubahan iklim. Melalui Kesepakatan Paris, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon dan membatasi pemanasan global.
  • Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan: SDGs sendiri merupakan hasil dari kolaborasi global yang melibatkan semua negara anggota PBB. Agenda ini menetapkan tujuan bersama dan peta jalan untuk pembangunan berkelanjutan.

Langkah Maju untuk Meningkatkan Kolaborasi

Untuk meningkatkan kolaborasi global, laporan PBB merekomendasikan:

  1. Meningkatkan Dialog dan Diplomasi: Memperkuat komunikasi dan diplomasi antarnegara untuk mengurangi ketegangan dan membangun kepercayaan.
  2. Reformasi Lembaga Internasional: Mengadaptasi dan memperkuat lembaga-lembaga internasional seperti PBB untuk lebih efektif dalam mengkoordinasikan dan memfasilitasi kolaborasi.
  3. Mendorong Keterlibatan Sektor Swasta dan Masyarakat Sipil: Mengajak sektor swasta dan organisasi masyarakat sipil untuk berpartisipasi aktif dalam upaya pencapaian SDGs melalui kemitraan publik-swasta dan inisiatif komunitas.

Kesimpulan

Laporan PBB ini menegaskan bahwa dunia masih menghadapi banyak tantangan besar dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Meskipun ada kemajuan di beberapa negara, sebagian besar dunia masih jauh dari jalur yang tepat. Upaya yang lebih besar, pendanaan yang memadai, dan kerja sama internasional yang lebih kuat sangat diperlukan untuk memastikan bahwa SDGs dapat tercapai pada tahun 2030.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Kesadaran dan tindakan kolektif dari masyarakat global sangat penting untuk menghadapi masalah-masalah ini. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil harus bekerja sama untuk mempercepat kemajuan dan mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Laporan ini juga menggarisbawahi pentingnya reformasi dalam sistem PBB dan lembaga keuangan internasional untuk mendukung keberlanjutan jangka panjang dan kesejahteraan global.

Dengan komitmen dan tindakan yang tepat, masih ada harapan untuk mencapai tujuan-tujuan ini dan menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang. Laporan ini harus menjadi panggilan untuk bertindak bagi semua pihak yang terlibat, dari pembuat kebijakan hingga masyarakat umum, untuk berkontribusi dalam perjalanan menuju pencapaian SDGs pada tahun 2030.

Penulis: Merza Gamal (Pemerhati Sosial Ekonomi Syariah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun