Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Sebuah Pelajaran dan Renungan tentang Cinta dan Keikhlasan Bunda Hajar

18 Juni 2024   07:47 Diperbarui: 18 Juni 2024   07:55 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Dalam sejarah Islam, kisah Bunda Hajar adalah salah satu cerita yang paling mengharukan dan menginspirasi tentang cinta, keikhlasan dan pengabdian kepada Allah SWT.

Peristiwa ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah umat Muslim, tetapi juga memberikan pelajaran yang mendalam tentang kepasrahan, keteguhan hati, dan keyakinan mutlak atas cinta kepada Allah SWT.

Protes dan Pengabdian Bunda Hajar

Mengapa suaminya meninggalkan dia dan Ismail, anaknya yang masih kecil, di padang pasir yang tandus tanpa siapapun dan apapun? Bunda Hajar hanya menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya, yang belum juga bisa memberinya putra.

Ketika Nabi Ibrahim AS meninggalkan mereka di tengah gurun, Hajar mengejar suaminya dan berteriak:

"Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini, bagaimana kami bisa bertahan hidup?"

Ibrahim AS terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh membasahi pipinya. Perasaannya terjepit antara pengabdian dan pembiaran. Hajar masih terus mengejar sambil menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit.

"Wahai suamiku, ayahanda Ismail, apakah ini perintah Tuhanmu?"

Kali ini Ibrahim AS, Sang Khalilullah, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim AS. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah.

Pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semuanya terkesiap. Ibrahim AS membalik tegas, dan berkata:

"Iya, ini perintah Tuhanku!"

Hajar berhenti mengejar, dan dia terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang mengagetkan semua malaikat, serta menggusarkan butir pasir dan angin:

"Jika ini perintah Tuhanmu, pergilah wahai suamiku. Tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir, Allah akan menjaga kami."

Ibrahim AS pun beranjak pergi. Dilema itu sirna sudah. Ini sebuah cinta dan pengabdian, atas nama perintah Allah, bukan pembiaran.

Makna Ikhlas

Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak kepada Sang Maha Mutlak. Ini adalah kepasrahan, bukan mengalah atau menyerah kalah. Ikhlas adalah ketika engkau sanggup untuk berlari, mampu untuk melawan, dan kuat untuk mengejar, namun engkau memilih untuk patuh dan tunduk.

Ikhlas adalah kekuatan untuk menundukkan diri sendiri dan semua yang engkau cintai. Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa. Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir.

Ikhlas tak pernah berhitung, tak pernah pula menepuk dada. Ikhlas itu tangga menuju Allah. Mendengar perintah-Nya, menaati-Nya. Ikhlas adalah ikhlas itu sendiri. Murni tanpa embel-embel kepamrihan apapun. Suci bersih 100 persen, hanya karena Allah dan mengikuti kehendak Allah, tidak yang lain.

Ikhlas adalah karunia Allah yang diberikan Allah kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya.

Mujizat Air Zamzam

Setelah ditinggal suaminya, Ibrahim AS, Hajar menggendong putranya Ismail. Sambil lapar dan haus, Hajar terduduk setelah perjuangannya mencari air dari Shafa ke Marwa dan dari Marwa ke Shafa sebanyak tujuh kali. Sementara itu, kaki Ismail mengepak-ngepak ke pasir dan keluarlah air, air zamzam, yang menjadi sumber kehidupan bagi mereka.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Di situlah Hajar dan Ismail hidup selama belasan tahun. Setelah Ismail remaja, datanglah Ibrahim AS dengan perintah Allah untuk menyembelih Ismail anak semata wayangnya, yang sangat dicintainya, yang lama dia harapkan, yang dikaruniai Allah setelah ia berumur 100 tahun, anak yang sangat shaleh.

Ibrahim dan Ismail, ikhlas, patuh, dan sabar akan perintah Allah. Ketika Ismail sudah dibaringkan dan siap disembelih, ternyata Allah SWT mengganti Ismail dengan domba yang besar.

Pelajaran dari Kisah Bunda Hajar

Sekarang, setiap kita adalah "Ibrahim" dan setiap "Ibrahim" punya "Ismail". Ismailmu mungkin hartamu, jabatanmu, gelarmu, atau egomu. Ibrahim tidak diperintah Allah untuk membunuh Ismail, Ibrahim hanya diminta Allah untuk membunuh rasa kepemilikan terhadap Ismail. Karena hakekatnya semua adalah milik Allah.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menganugerahkan kesalihan dan keikhlasan Nabi Ibrahim serta keihlasan dan kesabaran Nabi Ismail kepada kita semua. Karena di hadapan Allah, hanya ketaqwaan kita yang diterima-Nya.

Wasana Kata

Kisah pengabdian Bunda Hajar adalah cermin bagi kita semua tentang apa arti sejati dari keikhlasan dan kepasrahan kepada Allah SWT.

Di tengah cobaan yang tampak mustahil, Bunda Hajar menunjukkan kepada kita bahwa dengan keimanan yang kuat dan keyakinan penuh kepada Allah, segala kesulitan dapat dihadapi dan diatasi. Keikhlasan beliau, yang tidak pernah meragukan keputusan Allah, menjadi inspirasi yang tak ternilai bagi umat Islam di sepanjang zaman.

Saat kita merenungkan kisah ini, marilah kita mengambil pelajaran untuk mengikhlaskan segala sesuatu dalam hidup kita kepada Allah. Mari kita lepaskan rasa kepemilikan yang berlebihan terhadap dunia dan segala isinya, dan serahkan segalanya kepada Sang Maha Pencipta.

Melalui kisah Bunda Hajar, kita diingatkan bahwa setiap tantangan yang Allah berikan selalu disertai dengan kemudahan dan rahmat-Nya. Air zamzam yang muncul dari hentakan kaki Ismail adalah bukti nyata bahwa di tengah kesulitan, selalu ada pertolongan Allah yang datang tepat pada waktunya.

Semoga kita dapat mengamalkan pelajaran dari kisah ini dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk menjalani setiap ujian dengan ikhlas, dan semoga keikhlasan kita mendekatkan kita kepada Allah SWT.

Aamiin ya Rabbal 'Alamin.

Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun