Mohon tunggu...
Merza Gamal
Merza Gamal Mohon Tunggu... Konsultan - Pensiunan Gaul Banyak Acara

Penulis Buku: - "Spiritual Great Leader" - "Merancang Change Management and Cultural Transformation" - "Penguatan Share Value and Corporate Culture" - "Corporate Culture - Master Key of Competitive Advantage" - "Aktivitas Ekonomi Syariah" - "Model Dinamika Sosial Ekonomi Islam" Menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman agar menjadi manfaat bagi orang banyak dan negeri tercinta Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makna Wukuf Bagi yang Tidak Sedang Menunaikan Rukun Haji di Arafah

14 Juni 2024   21:15 Diperbarui: 14 Juni 2024   21:15 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, para Jamaah haji mulai berangsur dari Mekkah menuju Arafah untuk melaksanakan wukuf esok hari. Wukuf di Arafah adalah puncak dari seluruh rangkaian ibadah haji, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Haji adalah Arafah."

Wukuf adalah saat yang sangat penting, tidak hanya bagi mereka yang melaksanakan haji, tetapi juga bagi seluruh umat Islam yang dapat mengambil hikmah dari makna mendalam yang terkandung dalam peristiwa ini.

Makna Perenungan di Arafah

Hari Arafah adalah saat yang tepat untuk merenungkan tentang Allah SWT, Sang Pencipta. Ini adalah waktu untuk memikirkan kebesaran-Nya, rahmat-Nya, dan segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Perenungan ini dapat memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita kepada-Nya.

Hari Arafah mengingatkan kita untuk merenungkan tujuan penciptaan kita di dunia ini. Allah SWT menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya dan menjadi khalifah di muka bumi. Perenungan ini membantu kita memahami peran dan tanggung jawab kita sebagai hamba Allah dan sebagai pemimpin di bumi.

Arafah sering diibaratkan sebagai potret kecil dari hari Mahsyar, hari ketika manusia akan ditimbang amal perbuatannya. Mahsyar digambarkan sebagai hari yang sangat terik dan mencekam, di mana manusia akan merasakan kegelisahan dan ketakutan menantikan nasib mereka, apakah akan masuk surga atau neraka.

Demikian juga, di Arafah, para jamaah berkumpul dalam kondisi yang sederhana, tanpa ada penghalang dari terik matahari, mengingatkan kita pada keadaan di Mahsyar.

Hari Arafah adalah saat yang penuh harap dan cemas, karena doa-doa yang dipanjatkan pada hari ini sangat mustajab. Ini mengingatkan kita pada hari Mahsyar, di mana nasib manusia akan ditentukan. Di Arafah, kita memohon ampunan dan rahmat Allah, berharap agar di Mahsyar nanti kita termasuk orang yang beruntung mendapatkan surga.

Geografi Arafah

Padang Arafah merupakan sebuah lembah yang terletak di antara Muzdalifah dan Thaif. Terbentang mulai dari perbatasan kawasan Arafah sampai di gunung yang dinamakan Jabal Arafah, mengelilingi lembah ini mulai dari arah timur berbentuk seperti setengah lingkaran.

Di ujung sebelah selatan adalah jalan menuju Thaif dan ujung utara terdapat Jabal Rahmah. Jabal Rahmah adalah tempat di mana menurut tradisi, Nabi Adam dan Hawa bertemu kembali setelah berpisah selama 200 tahun. Tempat ini menjadi simbol pertemuan, pengakuan, dan permohonan ampun.

Di sebelah barat Arafah terdapat sebuah bukit bebatuan, tempat di mana Rasulullah SAW berkhutbah pada haji terakhirnya. Tempat ini memiliki nilai sejarah yang sangat penting dan menjadi titik utama wukuf. Jarak antara batas awal Arafah dengan kaki gunung Arafah sekitar 1500 meter.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Ketentuan Wukuf di Arafah

Wukuf di Arafah dianggap sah jika dilakukan di salah satu bagian dari kawasan yang telah diterangkan, dengan syarat berada dalam keadaan ihram.

Wukuf dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Jamaah haji berkumpul untuk mendengarkan khutbah Arafah, kemudian melaksanakan shalat Dzuhur dan Asar dengan cara jamak takdim qasar, diikuti dengan doa-doa dan dzikir.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Semua kawasan padang Arafah merupakan tempat berwukuf, kecuali kawasan Uranah. Menurut ijma' ulama, wukuf di Uranah tidak sah. Wukuf diutamakan dilakukan di bebatuan (shakharat), tempat di mana Rasulullah SAW melaksanakan wukufnya.

Makna Wukuf di Arafah dan Refleksinya bagi Orang yang Tidak Berhaji

Wukuf di Arafah adalah puncak ibadah haji yang memiliki makna mendalam baik dari sisi spiritual maupun praktis. Berikut ini adalah beberapa aspek penting tentang wukuf di Arafah dan refleksi bagi orang yang tidak berhaji.

Sebelum melaksanakan wukuf, disunatkan untuk mandi terlebih dahulu, memakai pakaian ihram, dan mempersiapkan diri secara spiritual. Jamaah dianjurkan untuk memperbanyak dzikir, membaca tahlil, takbir, talbiyah, bershalawat kepada Rasulullah SAW, dan berdoa dengan penuh kesungguhan. Hal ini mengajarkan pentingnya kebersihan dan kesucian dalam beribadah serta mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Selama wukuf, jamaah haji diharapkan berdiam diri, memperbanyak istighfar, dzikir, dan bermunajat kepada Allah SWT. Berbeda dengan thawaf atau sai yang melibatkan gerakan fisik, wukuf lebih menekankan pada aspek perenungan dan penghayatan spiritual.

Ibn Rajab dalam Lathaiful Ma'arif menyarankan agar orang yang tidak berhaji tetap dapat mengambil makna dari wukuf di Arafah dengan merenungkan hukum-hukum Allah dan taat kepada-Nya. Kita diajarkan untuk mengenali dan mengatasi hawa nafsu, mendekatkan diri kepada Allah, dan memperbaiki hubungan dengan-Nya.

Wukuf secara bahasa berarti berhenti atau berdiam diri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita memerlukan momen-momen untuk berhenti sejenak dari kesibukan duniawi dan merenungi kehidupan kita. Shalat lima waktu adalah wukuf harian yang telah Allah tetapkan untuk mengingatkan kita agar selalu mengingat-Nya di tengah kesibukan.

Shalat Jumat adalah wukuf mingguan bagi kaum lelaki beriman, di mana mereka meninggalkan aktivitas duniawi untuk berkumpul dan mengingat Allah. Demikian pula, puasa di bulan Ramadhan adalah wukuf tahunan bagi tubuh, di mana kita berhenti dari menikmati makanan, minuman, dan hubungan suami-istri pada waktu tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Wasana Kata

Wukuf di Arafah mengajarkan kita banyak hal tentang pentingnya perenungan, introspeksi, dan kesadaran diri dalam beribadah. Bagi yang tidak berhaji, kita tetap dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini dengan menciptakan momen-momen perenungan dalam kehidupan sehari-hari melalui shalat, puasa, dan ibadah lainnya.

Lebih dari sekadar ritual, wukuf di Arafah adalah sebuah panggilan untuk berhenti sejenak, merenung, dan melihat ke dalam diri. Ini adalah kesempatan untuk menilai kehidupan kita, memeriksa hubungan kita dengan Allah dan sesama manusia, serta memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan.

Wukuf mengajarkan kita bahwa di balik segala aktivitas duniawi, ada kebutuhan mendalam untuk koneksi spiritual dan penyerahan diri yang tulus kepada Allah SWT.

Shalat lima waktu, shalat Jumat, dan puasa di bulan Ramadhan adalah "wukuf" harian, mingguan, dan tahunan yang ditetapkan oleh Allah agar kita selalu mengingat-Nya dan mendapatkan kembali kesadaran spiritual kita. Ini adalah momen-momen yang disediakan untuk kita agar tidak terlena oleh dunia dan selalu ingat akan tujuan penciptaan kita.

Bagi kita yang tidak berhaji, kita diajak untuk merasakan kehadiran Allah yang dekat, lebih dekat dari urat leher kita, dan menjadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk bertaubat, berdoa, dan memperbaiki diri.

Sebagaimana Ibn Rajab mengingatkan, jika kita tidak bisa berdiam di Arafah, kita bisa berdiam di hadapan Allah dengan mematuhi hukum-Nya, jika kita tidak bisa bermalam di Muzdalifah, kita bisa bermalam dengan ketaatan kepada Allah, dan jika kita tidak bisa menyembelih hewan di Mina, kita bisa menyembelih hawa nafsu kita.

Dengan mengambil hikmah dari wukuf di Arafah, kita bisa memaknai setiap momen hidup kita sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri, dan mempersiapkan diri untuk hari akhir.

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari wukuf di Arafah dan menerapkannya dalam kehidupan kita sehari-hari, sehingga kita selalu berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT.

Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal
Sumber gambar: Dokumentasi Merza Gamal

Akhirnya, semoga perenungan tentang makna wukuf ini membawa kita pada kesadaran akan pentingnya kebersamaan, persaudaraan, dan kasih sayang antar sesama. Kita belajar untuk saling mengingatkan dalam kebaikan, saling membantu dalam kesulitan, dan bersama-sama mencari ridha Allah.

Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi hamba yang taat, tetapi juga menjadi khalifah yang adil dan bijaksana di bumi ini.


Penulis: Merza Gamal (Pensiunan Gaul Banyak Acara)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun