Morgan Stanley baru-baru ini menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi "underweight". Langkah ini mencerminkan kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Indonesia dan penguatan dolar AS, yang dinilai membawa risiko terhadap investasi saham di negara tersebut.
Dalam catatan yang ditulis oleh para ahli strategi, termasuk Daniel Blake, pada 10 Juni 2024, mereka menyatakan adanya ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan. Mereka juga mencatat kelemahan di pasar valuta asing (valas) di tengah tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat.
Salah satu faktor yang menimbulkan kekhawatiran adalah janji kampanye Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto. Beberapa janji kampanyenya, seperti penyediaan makan siang dan susu gratis untuk pelajar, dianggap dapat menyebabkan "beban fiskal yang besar" bagi negara. Selain itu, prospek pendapatan Indonesia juga diperkirakan memburuk.
Penurunan peringkat ini terjadi ketika dolar AS mulai menunjukkan tren yang lebih tinggi menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve pada 12 Juni dan keputusan Bank Indonesia pada minggu berikutnya. Penguatan dolar AS dan suku bunga yang tinggi di Amerika Serikat cenderung memberikan tekanan pada mata uang dan pasar saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Secara keseluruhan, pandangan Morgan Stanley ini menyoroti risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh investor di pasar saham Indonesia dalam waktu dekat, seiring dengan perkembangan kebijakan fiskal dan kondisi ekonomi global yang berfluktuasi.
Pada hari Rabu, 12 Juni 2014, setelah pengumuman oleh Morgan Stanley tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) turun 0,08 persen, berakhir pada level 6.850,09.
Perdagangan hari itu menunjukkan 141 saham menguat, 418 saham melemah, dan 224 saham stagnan, dengan total volume perdagangan mencapai 19,52 miliar lembar saham senilai Rp 10,17 triliun (US$ 627,49 juta).
Penurunan ini tidak hanya mempengaruhi indeks utama tetapi juga menyebabkan tekanan pada sektor-sektor tertentu. Hanya sektor infrastruktur yang mencatat kenaikan sebesar 0,21 persen, sementara 10 sektor lainnya jatuh ke zona merah.
Sektor teknologi, transportasi, dan bahan baku mengalami penurunan paling dalam masing-masing sebesar 2,24 persen, 1,73 persen, dan 1,04 persen.
Sejarah dan Dampak Rekomendasi "Underweight"
Sejarah mencatat bahwa penurunan rekomendasi oleh Morgan Stanley bukan pertama kali terjadi. Pada Juli 2013, Morgan Stanley juga menurunkan rekomendasi pasar saham Indonesia dari "equal weight" menjadi "underweight".